77. New Chapter 📁

442 52 13
                                    

Seminggu sudah semenjak mereka kehilangan si bungsu, keadaan didalam rumah sungguh berbeda dari biasanya. Tak ada sapaan dan gelak tawa takkala mereka terkumpul, sekarang semuanya seolah berjalan sendiri-sendiri. Pukul sepuluh malam Aideen tiba dirumah, ia membuka pintu sendiri dan melihat kearah ruang tamu yang begitu sunyi dan hampa. Rumah itu terasa kosong dan gelap. "Aku pulang" ucapnya pelan. namun tak ada sahutan apapun.

Aideen meletakkan kunci mobil dan mengaitkan coat miliknya. Ia pandangi figura foto yang menampilkan potret mereka. yang mana posisi Javie berada ditengah dan dipeluk oleh mereka semua, mereka tampak bahagia dengan bibir yang melengkung lebar. Rasa rindu tentu bersemayam didalam lubuk hatinya tetapi ia memilih diam seraya berdoa, Aideen sungguh kehilangan tempat ia pulang, rumah yang selalu menyambutnya hangat kini tak ada lagi. Masing-masing dari mereka selalu menyibukkan diri guna mengalihkan perhatian dari rasa rindu juga sakit. Matt dan Aleen yang selalu lembur begitu juga Rans yang pergi pagi pulang pagi, Chand dan Aireen selalu pulang telat. Sedangkan Daddy lelaki itu paling akhir pulang dan mengunci diri di kamar.

Aideen menghembuskan nafas berat, ia usap air matanya kasar, didalam ruangan gelap ini diam-diam ia menanggis. Dia adalah kaka yang kehilangan adik tetapi rasanya seperti kehilangan seluruh keluarga, mereka sibuk mengalihkan rasa sedih daripada saling menguatkan dan merangkul, Aideen juga sama lelahnya ia harus berpura-pura kuat seorang diri sedangkan saudaranya yang lain terus menanggis dan mengingat Javie. "Dek, kamu liatkan! semuanya berubah semenjak kamu pergi, kamu kenapa pergi sih? kamu pasti sedih ya liat kelurga kita seperti ini? maaf abang gagal tepati janji ke kamu, Abang nggk bisa kembalikan senyum di wajah mereka, Abang nggk sehebat seperti apa yang kamu bilang" lirih Aideen sambil terus berjalan mengitari tempat yang paling sering didatangi oleh Javie ketika bersamanya.

Aideen duduk seorang diri bersandar di rak buku yang berdiri kokoh, ia menenggelamkan wajah diantara tangan dan lutut. Aideen kalah ia sudah lelah menahan semua ini, tangisan teramat pilu itu biar menjadi rahasia nya dengan Tuhan. Baru seminggu tetapi rasanya sangat asing. Aideen hampir tak merasakan hangatnya keluarga lagi. Mengenai Nathelia, wanita itu masih sama, ia terus meratapi kesedihannya dan berada disamping Niel juga Nia. Nathelia juga mengalami masa yang sulit ia terus memikirkan Javie dan seolah jika Javie sedang melakukan tugas luar, wanita itu terkadang tidak tidur dan berdiri dibalkon menunggu kepulangan suaminya. Aideen dan Nathelia kini jarang berbicara hanya sekedar sapaan biasa dan bertanya kabar. Aideen sudah mencoba tetapi Nathelia masih belum bisa menerima dirinya.

Setengah jam berlalu, Aideen menenangkan dirinya dan menghapus seluruh sisa air matanya. ia mencoba untuk terus menguatkan dirinya. Yang lain boleh saja hancur tetapi dirinya jangan. Ia harus bisa mengembalikan kehangatan didalam keluarga mereka. Aideen tak ingin Javie kesulitan disana.

"Nath...."

Panggil Aideen pelan saat mendapati wanita itu berdiri diruang tengah dengan tangan bersidekap didada. Nathelia tak menyahuti panggilan dari Aideen, ia hanya tersenyum getir. "Javie belum pulang ya! padahal masa tugasnya sudah berakhir?" tanya Nathelia dengan mulut yang bergetar.

Senyuman Aideen luntur, ia kira Nathelia menantikan kehadirannya tetapi itu salah besar, Nathelia menunggu suaminya. Aideen melangkah lalu membawa tubuh itu kedalam dekapannya. Nathelia menyamankan diri dan membalas pelukan Aideen, ia menanggis tersedu-sedu, ia sadar Javie tak akan mungkin pulang kerumah lagi, karena lelaki itu sudah pindah ke rumah Tuhan. "Jangan menanggis lagi ya...nanti kamu sakit" ucap Aideen pelan sambil menghapus jejak air mata yang membasahi pipi wanita itu. Mata Nathelia berembun kantong matanya mulai menghitam.

"Tadi Niel dan Nia bilang rindu ayah, dia menanggis sambil memelukku, aku harus bagaimana Jae? aku juga rindu Javie, mulutku tak bisa menjelaskan apapun kepada mereka, aku bodoh Jae, aku tak bisa mengendalikan diri dihadapan mereka" adu Nathelia dengan rengekannya yang membuat hati Aideen sakit.

Wijaya's Univers |Nct Dream ft Johnny| NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang