74. Surat dan Janji 📖

441 58 6
                                    

Tepat seminggu sudah bungsu keluarga Wijaya melakukan perawatan intensif dirumah sakit dan kondisinya berangsur membaik meskipun Aideen dan Rans menjelaskan sangat banyak hal yang perlu diperhatikan karena semua luka yang Javie dapatkan cukup buruk dan ada beberapa luka bisa berakibat fatal. Selang oksigen belum terlepas dari rongga pernafasan lelaki itu. Bagian dadanya menghantam sesuatu sangat keras sehingga ia selalu kesulitan bernafas dan sewaktu melakukan operasi juga telah Rans jelaskan dada bagian kanan Javie mengalami kerusakan sehinggan jantungnya sedikit tak berfungsi kecuali dipasangkan sebuah alat untuk pertahanan.

Javie duduk bersandar disisi kanan dan kirinya ada Aideen juga Nathelia. sang istri tak pernah meninggalkan tempat itu kecuali mengurus Niel dan Nia. Mata wanita itu selalu berkaca-kaca dan memandangi suaminya penuh dengan perasaan yang tak bisa digambarkan dengan jelas.

"ada apa hmm?" tanya Javie dengan susah payah kepada istrinya yang tak pernah melepaskan pandangannya. Nathelia berkaca-kaca dan mengusap punggung tangan suaminya, rasanya ingin sekali mendekap lelaki itu tetapi tubuhnya masih sangat lemah dan ia takut menyakitinya. Nathelia meletakkan kepalanya diatas paha sang suami lalu bercucuran air matanya. "Menanggis? kenapa? aku sudah disini sayang, takut ya lihat aku? atau mau peluk?" ucap Javie sesekali menarik nafas yang amat berat tak lupa ia belai sang istri.

Aideen tersenyum dengan langkah pelan ia mundur untuk keluar, memberikan ruang untuk Javie dan Nathelia. Belum jauh melangkah Javie menarik lengannya dan menatap kearahnya. Mau tak mau Aideen diam ditempat. "Sayang, aku rindu Niel dan Nia, bisa kau bawakan mereka untukku?" ucap Javie

"Akan kubawa mereka padamu, tunggu aku ya sayang, Niel dan Nia pasti senang melihat Ayahnya" ujar Nathelia sambil mengangguk, ia bergegas berdiri dan berlari kearah pintu namun berbalik sebentar dan mengecup kening suaminya dengan penuh kasih sayang. Javie tersenyum melihat kepergian istri cantiknya itu dan kini didalam ruangan hanya menyisakan mereka berdua. Javie mendongkak melihat kearah sang kaka yang masih diam membisu. Javie menyungging senyuman tipis, Aideen paham lalu ia mendekat dan duduk disamping adiknya sambil mengusap pelan pucuk kepala Javie.

"Abang—" lirihnya

Aideen mendekat lalu mengusap pelan wajah pucat adiknya dengan pelan dan penuh rasa sayang. "Ada apa? kamu perlu sesuatu?" tanya Aideen.

Javie menarik nafas dan sesekali menghembuskannya berat. Tubuh lemah itu bergerak lalu meletakkan kepalanya di pundak sang kaka. Mau sebesar apapun dirinya, ia itu tetap menjadi adik kecil bagi saudaranya. "dek, tolong banget semoga ini yang terkahir kami kiat kamu begini!!! nggk enak dek, rasanya kami hancur dan ketakutan setengah mati. Kamu itu manusia biasa bukan spiderman atau batman yang punya kekuatan. Udah ketiga kalinya kami liat kamu diambang kematian. Ingat dekk, Daddy sama keluarga kamu bisa hancur liat kondisi kamu begini, dan!! kami juga. Kalau seperti ini ada bagusnya abang minta bantuan sama Abang Matt supaya kamu berhenti di kepolisian!"

Susah payah Javie bernafas tetapi rasanya tetap sulit, dadanya terasa di robet dan rasa panas serta nyeri yang menjalar. Javie lemas tiba-tiba beruntung Aideen menahannya kuat. "Dek, berhenti ya, kamu masih muda masih bisa melakukan pekerjaan yang lain" bujuk Aideen.

Javie menggeleng pelan. "A—abang, maafin adek" lirihnya pelan. Javie menjauhkan tubuhnya lalu menatap dalam manik mata sang kaka. Javie mengambil sesuatu yang berada dibawah selimutnya. Lelaki itu hanya tersenyum lalu menyerahkannya dihadapan Aideen. "Ini sudah yang ketiga kali bang, setelah ini aku tidak tahu lagi bagaimana kedepannya, Jantungku tidak bisa berdetak seperti semulakan? dan jantung ini bisa berhenti kapan saja bahkan aku tidak tahu kapan Tuhan menjemputku—"

"bicara apa kamu ini" Bentak Aideen, lalu berdiri memberikan sedikit jarak.

"Hanya abang yang bisa ku andalkan, hanya abang!!! Nathelia tidak boleh menanggis sendirian dan kembar tidak boleh tumbuh tanpa orang tua yang lengkap—abang tolong, aku tahu abang pasti bisa melakukan ini" ucap Javie pelan.

Wijaya's Univers |Nct Dream ft Johnny| NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang