11. Positif

5.4K 136 5
                                    

Elang sudah berusaha untuk menelepon kakak perempuannya itu berulang kali. Ia turut panik dengan kondisi Ester yang sedang ada di dalam kamar saat ini tanpa ada sahutan sama sekali meski sudah ia panggil dan ketuk pintu kamarnya terus menerus. Vani pun juga khawatir dengan kondisi putrinya lantaran tak keluar dari kamar sejak tadi malam hingga petang ini. Tentunya Ester sudah melewatkan makan pagi hingga menjelang malam kembali, padahal kemarin mereka masih melihat kondisinya tampak baik-baik saja dan tak ada sesuatu hal yang salah.

"Gimana? Bisa?"

"Gak diangkat sama sekali, Ma."

"Aduh cece mu ini kenapa sebenernya? Dari kemarin gak keluar kamar sama sekali. Padahal ini bukan weekend, nggak biasanya dia ninggal pekerjaan kecuali sakit."

"Tapi kemarin cece gak kenapa-napa, Ma. Gak ada keliatan sakit sama sekali kok."

Memang benar seperti yang dikatakan oleh Elang barusan. Kondisi fisik dari Ester itu sama sekali tak menunjukkan adanya rasa sakit atau gejala sedikit pun. Hal tersebut menjadi faktor utama yang membuatnya berspekulasi lain tentang kakaknya.

"Ya kan siapa tau paginya sakit. Kalau gitu dobrak aja pintunya sekarang. Pakai kunci cadangan juga percuma kalau cece mu selot pintu dari dalem."

"Gak nunggu papa aja, Ma?"

"Kelamaan. Papa masih pulang besok siang. Kalau cece kenapa-napa di dalem gimana? Papa juga bisa marah kalau kita malah diem aja sekarang."

Betul juga, jika Ester terluka ataupun sakit namun tak ada yang merawat apalagi mempedulikannya bisa mengundang amarah Bian. Begitu pula jika hal tersebut terjadi pada Elang.

"Oke tunggu sebentar, biar aku panggil Pak Umar dulu ya buat bantuin dobrak."

Elang bergegas pergi keluar rumah untuk memanggilkan seorang satpam yang saat itu sedang berjaga di pos nya. Sedangkan Vani masih setia berdiri di depan pintu kamar putrinya dengan kembali mengetuk dan memanggil namanya berulang kali.

"Ce kalau kamu sakit tolong bilang sama mama. Jangan diem aja di kamar, kenapa dari kemarin kamu gak keluar sama sekali, Nak? Mama khawatir."

Hati seorang ibu mana yang akan tenang jika tahu anaknya sedang dalam kondisi yang mengkhawatirkan seperti Ester sekarang, begitu pula yang dialami oleh Vani karena sejak tadi belum juga mendapatkan sahutan dari putrinya itu.

Sedangkan di dalam kamar sana Ester masih terbaring di atas ranjangnya dengan kedua mata yang sembab. Ia sudah lama menangis hari ini lantaran harus menerima kenyataan yang tak pernah ia inginkan. Perempuan itu terus menyalahkan diri sendiri dan menyesali perbuatannya itu. Jika saja bukan karena mabuk juga tak akan berakhir demikian.

<<Flashback>>

Sudah berhari-hari Ester merasakan tubuhnya yang mudah lelah dan terkadang sakit itu membuatnya heran. Padahal tak ada aktivitas atau kegiatan berat yang dilakukan olehnya selain bekerja rutin seperti biasa di kantor. Namun entah kenapa tubuhnya sulit sekali diajak kompromi untuk bisa kuat menyelesaikan pekerjaannya yang tak seberapa itu. Karena pada akhirnya Ester sering kali meninggalkan pekerjaan terlebih dahulu lantaran tak kuat menahan diri lagi.

Bahkan Clarissa saja juga heran, Ester yang dikenal pantang untuk menunda pekerjaan apalagi sampai meninggalkannya sebelum tuntas itu mengundang tanyanya. Tak hanya kali ini, sejak 1 bulan yang lalu pun sang puan sudah menunjukkan banyak perubahan dan juga gelagat yang berbeda dari biasanya.

"Ke rumah sakit aja deh, Ces. Aku anterin. Daripada harus minum obat-obatan tanpa resep padahal belum jelas sakitnya apa, biar cepet sembuh juga. Udah hampir sebulan loh kamu lemes dan banyak perbedaan gini. Kayak bukan Ester yang aku kenal."

One Night Sleep Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang