32. Pernikahan

2.8K 99 7
                                    

Damian sudah berdiri di atas altar dengan kedua tangan yang berkeringat dingin. Ia juga sedikit tremor tanpa bisa menyembunyikan rasa gugupnya saat ini. Dengan menghadap ke depan semua tamu undangan yang tak lain hanyalah keluarga dan kerabat dekatnya sendiri itu berdiri menunggu kedatangan Ester yang diantarkan oleh Bian menuju ke altar. Jantungnya berdebar sangat cepat dari biasanya, meski ini bukanlah pernikahan impian mereka berdua dengan orang yang dicintai tetap tak melunturkan respect Damian atas pernikahan ini.

Sampai akhirnya pintu depan terbuka lebar, ketukan langkah kaki terdengar jelas memasuki ruangan. Setiap mata memandang ke arah 2 orang yang datang berjalan beriringan dengan sang mempelai yang menggandeng lengan ayahnya erat. Ester tiba bersama Bian untuk melangsungkan pernikahan dengan Damian, gaun putih yang anggun dan penutup kepala yang dikenakan sama sekali tak melunturkan pesona dan kecantikan wanita 25 tahun tersebut.

Tak dapat dipungkiri jika saat ini Ester pun merasakan hal yang serupa dengan Damian. Ia turut gugup dan deg-degan luar biasa sejak tadi. Rasanya seperti tak mampu menahan beban tubuhnya sendiri di atas kedua kaki, benar-benar sulit dideskripsikan.

"Jangan gugup, tenang aja," bisik Bian dengan mengusap punggung tangan putrinya lembut saat Ester tak sengaja mencengkram lengannya untuk menyalurkan rasa gugupnya saat ini.

Kedua langkah kaki mereka menyusuri karpet yang tergelar menuju altar, maka di sepanjang itu pula Damian tak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari seseorang yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.

Cantik.

Hingga keduanya tiba di depan altar, Bian langsung menyerahkan Ester pada calon suaminya.

"Aku serahkan putriku padamu, jaga dan cintai dia dengan tulus. Jangan pernah kamu kecewakan saya untuk yang kedua kalinya," pesan Bian dengan mengarahkan tangan Ester pada Damian sebelum beliau meninggalkan keduanya dan duduk bersama istrinya.

"Saya terima dengan sepenuh hati, Pak."

Damian menerima uluran tangan itu dan menggenggam Ester dengan hati-hati agar bisa berdiri di depannya. Tatapan mereka saling bertaut beberapa detik sebelum Ester menundukkan kepala. Barulah pernikahan benar-benar dimulai untuk inti acaranya. Kedua mempelai sudah berdiri berhadapan, siap mengucap janji suci pada Tuhan dengan disaksikan banyak orang.

Vani yang sejak tadi melihat putrinya di depan sana tak bisa menghentikan tangisan harunya sekarang. Air mata terus luruh membanjiri pipi dan riasannya. Begitu pun dengan Elang, laki-laki itu tak mengalihkan pandangan dari apa yang dilihatnya saat ini. Menyaksikan kakak perempuan satu-satunya menikah dengan pria yang sangat unexpected itu membuatnya tak bisa berkata apa-apa lagi.

Atas dasar keyakinan dan kesadaran penuh, Damian mengucapkan janji nikahnya dengan baik sampai akhir. Pria itu begitu teguh tanpa keraguan sedikit pun dari sorot matanya yang tak lekang menatap Ester sekarang.

"Ester?" panggil Damian kala ia hanya diam dan menunduk.

Sang puan sontak mendongak dan refleks membuka suara untuk menjawab pernyataan Damian sebagai calon suaminya di depan semua orang. Meski sedikit terbata dan suaranya yang sempat terdengar gemetar, Ester berhasil menyelesaikannya. Ada napas lega yang terhembus dari pihak Damian setelahnya, kedua mata yang semula biasa saja kini mendadak berkaca-kaca tanpa diduga.

Pria itu ingin menangis.
Tapi tertahan dan dibendungnya agar tidak sampai luruh membasahi pipi.

"Sekarang kalian sudah sah sebagai suami dan istri," ucap pernyataan sang pendeta.

Setelah dinyatakan sah dan resmi menjadi pasangan suami dan istri, Damian langsung menyematkan cincin pernikahan mereka lebih dulu di jari manis istrinya sebelum dilanjutkan oleh Ester kemudian.

One Night Sleep Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang