21. Amarah dan kecewa

3K 109 4
                                    

⚠️ Segala alur peristiwa adalah FIKSI. Jangan sangkut pautkan dengan dunia nyata❗

[One Night Sleep]

Vani berjalan cepat menghampiri putrinya saat sudah ada di depan mata. Beliau senang luar biasa dengan kepulangan sang puan setelah menghilang tanpa kabar selama 4 hari terakhir. Pelukan erat dan usapan lembut di punggungnya menjadi penyambut hangat kepulangan Ester kali ini. 

"Ya ampun sayang, kamu kemana aja? Kenapa gak ada kabar sama sekali? Mama khawatir sama kamu, kamu juga keliatan kurusan banget. Kamu baik-baik aja kan?" tanya Vani dengan beruntun. Beliau memandangi tubuh putrinya dengan seksama karena dibuat khawatir melihat kondisi putrinya yang tampak kurang sehat.

"Aku baik-baik aja kok, Ma."

Saat menyadari jika Ester tidak pulang sendirian, Vani menoleh ke arah samping dimana Damian berada. Bahkan pria itu juga masih menggenggam erat tangan Ester karena enggan untuk melepaskannya sekarang yang membuat beliau salah fokus.

"Dia siapa, Ce?"

Belum sempat Ester memperkenalkan Damian, pria itu sudah lebih dulu membuka suara dan menjelaskan siapa gerangan dirinya.

"Selamat malam, Bu. Saya Damian—"

"Ada siapa Ma?"

Suara Bian menyahut dari dalam rumah—lebih tepatnya arah ruang makan, dan Damian terpaksa menghentikan kalimatnya. Ester yang melihat dengan jelas bagaimana Bian mulai melangkahkan kaki mendekat ke arah mereka membuatnya refleks untuk menggenggam semakin erat tangan Damian. Rasa takutnya tak akan pudar selama permasalahan yang dialaminya belum menemukan jalan keluar.

"Cece, Pa. Anak kita pulang."

Bian tak lagi menjawab lantaran beliau sibuk memandangi wajah asing Damian saat berjalan ke arahnya.

"Darimana aja kamu? Tiba-tiba hilang tanpa kabar dan sekarang pulang tiba-tiba. Siapa dia?"

Ester menelan salivanya getir sebelum menjawab pertanyaan dari ayahnya barusan. Saat ia hendak melepaskan genggamannya, lagi-lagi Damian menolak. Pria itu justru menegaskan bahwa ia tak akan melepaskan itu tanpa seizinnya dengan kode melalui jemarinya yang semakin erat menggenggam.

"Selamat malam, Pak. Saya Damian, maaf—"

Baru saja Damian mengatakan maaf, Bian sudah memotongnya cepat. Kali ini dengan raut wajah yang berubah drastis dari sebelumnya.

"Jangan-jangan kamu pria yang sudah menghamili anakku? Iyaa?"

Bentakan lantang dari suara Bian mengundang penghuni rumah jadi berdatangan, seperti contohnya Elang saat ini. Sang empu sampai meninggalkan makanannya di meja makan dengan berlari kecil menuju ruang tamu setelah mendengar suara milik ayahnya barusan.

"Benar, Pak. Saya datang kesini karena bermaksud ingin bertanggung jawab."

Plak.

Tamparan keras tiba-tiba menyapu pipi kirinya tanpa aba-aba. Bian mulai meradang karena mengetahui sebuah fakta bahwa pria yang ada di depannya saat ini adalah orang yang paling ia cari beberapa hari terakhir. Namun Damian sudah memperkirakan hal ini akan terjadi, alhasil ia tidak terlalu kaget dan berusaha mengimbangi tanpa harus melawan.

"Paa."

Ester yang ada di sampingnya jelas saja terkejut. Ia sampai refleks menarik tubuh Damian mundur dari jangkauan Bian.

"Berani-beraninya kamu menyentuh putriku, hah? Bahkan dengan lancang kamu hamili dia seperti sekarang ini? Siapa kamu?"

Seakan angin lalu, Bian benar-benar mengabaikan Ester. Bahkan Vani sendiri yang biasa berusaha melerai ataupun menengahi pun sekarang hanya mampu diam, karena beliau juga sama marah dan kecewanya terhadap Ester apalagi Damian.

One Night Sleep Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang