19. Denial

3.2K 99 0
                                    

"Sementara kau tidur di sini, nanti setelah menikah baru kita tidur satu kamar."

"Dih siapa juga yang mau menikah denganmu?"

Ester sangat muak dengan rasa percaya diri Damian yang begitu kuat. Bahkan dengan entengnya sang empu terus mengatakan seolah dirinya setuju atas semua yang direncanakan olehnya.

"Mau taruhan?" tantang Damian.

"Gak penting banget, lagian mau nikah atau enggak juga kalau sekamar pun ogah."

"Kita pernah tidur bareng sampai jadi anak, kalau kau lupa," imbuh Damian membuat Ester mendengkus sebal.

"Ck, udah pergi sana."

Ester berusaha mengalihkan topik dan rasa salah tingkahnya dengan mengusir pria itu. Pandangannya ingin segera terbebas dari wajah menyebalkan yang tak ingin dilihatnya lagi.

"Kalau kau butuh sesuatu bilang aja, kamarku ada di sebelah kamar ini. Dan berhubung kau wanita pertama yang datang dan menginap di sini, kau bisa pakai bajuku dulu di almari."

Tak ada sahutan atau respon sama sekali, Ester pun langsung menutup pintu kamar tanpa aba-aba. Namun belum lama ditutup, terdengar suara ketukan dari luar pintu. Satu kali dua kali sengaja ia abaikan sampai ketiga kalinya baru membuatnya terpaksa untuk membuka.

"Satu lagi."

"Apa lagi sih?"

"Kau kenal pria bernama Diego?"

Kontan raut wajah Ester berubah. Dahinya yang semula biasa saja langsung mengkerut. Mendengar nama itu yang keluar dari mulut Damian barusan sangat bukan sebuah kebetulan kan?

"Diego siapa?" tanyanya balik, seolah asing dengan nama itu.

"Oke, akan aku cari tau sendiri."

Alih-alih menjelaskan, pria itu justru mengakhiri percakapan dengan keputusannya. Karena tak mendapatkan jawaban yang diinginkan dari Ester, Damian berinisiatif sendiri untuk mencari tahu tentangnya. Kini ia yang melenggang pergi dari hadapan sang puan saat Ester sedang kebingungan.

"Apa urusanmu dengannya?"

"DAMIAN!"

Seruan lantang dari Ester sama sekali tak diindahkan, Damian malah terus melangkah masuk ke dalam kamar yang berada tepat di sebelah kanan kamar Ester sekarang ini.

"Dia mau ngapain lagi sih? Ikut campur banget, heran."

[One Night Sleep]

Pagi pagi sekali Damian sudah lebih dulu bangun dari tidurnya. Bahkan ia sudah berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan bagi Ester. Hal ini sengaja dilakukan tanpa mengandalkan asisten rumah tangganya yang baru datang pukul 7 nanti. Terlebih lagi ia juga ada jadwal mengajar di kampus siang ini, alhasil ia ingin memanfaatkan waktu yang ada untuk menjamu Ester lebih baik, yang lebih tepatnya adalah untuk anak yang dikandung perempuan itu. Bahkan ia rela untuk menahan bau  menyengat yang membuat perutnya muak dari bumbu rempah demi mereka.

"Iya, tolong cari tau semua tentang Diego. Lebih cepat lebih baik," ujar Damian melalui teleponnya setelah panggilan terangkat.

"Dan satu lagi, selidiki hubungan antara Ramor dengan Diego. Jangan sampai Clarissa apalagi Ester tau ya, Sam," lanjutnya.

"Tau soal apa?"

Damian sontak menoleh ke belakang dan mendapati Ester yang sudah berdiri di sana. Ternyata perempuan itu sempat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh sang empu. Bergegas Damian mematikan teleponnya dengan Samuel setelah menitah untuk melanjutkannya nanti.

One Night Sleep Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang