Belum sempat didobrak, pintu kamar Ester sudah dibuka lebih dulu dari dalam oleh sang empunya. Hal tersebut sengaja dilakukan oleh Ester karena ia sudah jengah mendengar segala kegaduhan yang terjadi di luar kamarnya sejak tadi. Mau tak mau juga ia terpaksa harus menghadapi mereka sekarang, meskipun hanya sekadar satu kalimat pernyataan singkat darinya.
"Cee? Akhirnya kamu mau bukain pintu juga. Kamu baik-baik aja kan? Apa yang sakit?"
Vani langsung meneliti sekujur tubuh putrinya tersebut dari ujung kepala sampai kaki dengan baik.
"Astaga kenapa baru keluar sih, Ce?" sambung Elang kemudian.
Sang puan sendiri belum sempat menjawab namun ia terus diberondongi banyak pertanyaan yang membuat kepalanya pusing.
"Mata kamu sembab banget, kamu habis nangis ya? Ada apa? Kenapa-"
"Maa."
Seketika Vani menghentikan kalimatnya karena Ester membuka suara.
"Iya?"
"Aku pengen sendiri dulu. Tolong jangan ganggu."
Kalimat singkat dan jelas itu menjadi satu-satunya pernyataan dari Ester sebelum akhirnya ia kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Vani bersama Elang hingga seorang satpam yang masih ada di depan kamarnya pun beberapa saat masih terdiam sampai akhirnya suara Elang kembali terdengar.
"Kayaknya si cece masih patah hati, Ma," tebak Elang yang tiba-tiba berasumsi demikian.
"Patah hati kenapa?"
"Ya kan dia udah putus sama pacarnya. Mungkin karena itu dia mogok makan dan galau sekarang."
"Kamu tau darimana?"
"Dari sahabatnya, Clarissa. Dia waktu itu cerita kalau cece habis diselingkuhin sama pacar miskinnya itu," jelas Elang.
Mendengar fakta baru tersebut membuat Vani paham. Terdengar masuk akal dan sedikit melegakan bagi beliau saat ini, karena mengetahui jika Ester tidak sedang sakit secara fisik yang serius. Setidaknya sudah ada alasan kenapa Ester tiba-tiba mengurung dirinya seperti itu sampai detik ini juga.
"Baguslah kalau udah putus. Gak papa cece patah hati sekarang daripada hubungan mereka lanjut seterusnya, mama gak bisa terima."
Benar saja, tak hanya Clarissa yang selama ini menentang hubungan Ester dengan mantan kekasihnya-Diego itu, melainkan ibu bahkan ayahnya pula. Hanya saja Ester yang selalu keras kepala dan tak pernah mengindahkan nasihat mereka sama sekali sampai terkadang harus diam-diam menemui Diego secara langsung.
Dan asumsi dari Elang tadi nyatanya tak sepenuhnya benar, karena seperti yang sudah terjadi hari ini jika sumber ketakutan dan kesedihannya saat ini adalah dikarenakan oleh fakta kehamilan yang tidak ia inginkan itu. Tentu saja hal tersebut bahkan lebih menakutkan baginya daripada harus menghadapi kenyataan jika pria yang ia cintai sudah berselingkuh darinya. Mengingat bahwa ayahnya selalu menegaskan untuk bisa menjaga diri di luaran sana setiap hari, jika Bian tahu bahwa dirinya sedang hamil sekarang pasti Ester akan dapat lebih dari sekadar amukan semata.
[One Night Sleep]
Pagi pagi sekali Ester sudah keluar dari kamarnya. Hari ini ia sudah memiliki agenda yang akan ditujunya, namun bukan pergi ke kantor untuk bekerja melainkan rumah sakit tanpa sepengetahuan siapapun, terutama keluarganya sendiri.
"Ce?"
Sontak langkah kaki Ester terhenti saat suara dari belakang menginterupsinya. Ia menoleh dan mendapati Vani sudah berjalan menghampiri ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Sleep
RomantizmBACA GRATIS SELAGI ON GOING❗ ⚠️ 21+ area. (Jangan DENIAL baca jika masih di bawah umur!). ⚠️ Contains harsh language, swearing and vulgarity. ⚠️ Full Fiction. ~~~ Bukan CEO, bukan mafia, apalagi starboy ibu kota. This is the sole heir to the misch...