Ternyata lama tak mendengar kabar Laura yang biasa mengusiknya bukan berarti Damian bebas dari presensinya yang tak akan pernah berhenti datang meski berulang kali ia tolak. Sejak pertemuan mereka terakhir kali di apartemen Damian itu membuat keduanya sempat lost contact, lebih tepatnya pria itu yang sengaja tidak pernah membalas pesan darinya.
"Yan."
"Maa."
"Maaf, Dam. Mama gak bermaksud."
Sahara langsung meralat panggilannya terhadap Damian karena masih sering kelepasan tanpa sengaja. Bukan tanpa alasan, sejak kecil Damian memang paling tidak suka bahkan benci ketika seseorang menyebutnya dengan memanggil nama belakangnya itu karena bisa membuatnya teringat dengan pria tua yang tidak akan pernah termaafkan olehnya seumur hidup.
"Di ruang tamu ada temen kamu cariin, katanya udah dihubungi tapi kamu gak pernah bales. Bener, Dam?"
Wanita paruh baya itu duduk di samping kursi makan Damian saat pria tersebut sibuk menyantap makanannya sendiri. Dengan respon santai Damian hanya menganggukkan kepala. Ia benar-benar tak tertarik sama sekali meski untuk sekadar menemui Laura di ruang tamu. Bahkan makanan di hadapannya saat ini lebih menggoda perhatiannya tanpa berpaling sedikit pun.
"Suruh dia pulang aja, Ma. Atau bilang aku lagi gak di rumah."
"Kenapa harus bohong? Kamu ada masalah sama dia?"
Gelengan kepalanya membuat Sahara mulai bingung.
"Terus kenapa? Kalau gak ada masalah ya temui aja, dia juga temen kamu dari dulu kan."
"Justru itu aku gak mau ketemu sama dia, aku tau dia orangnya gimana, Ma."
Meski awalnya Sahara tak memberitahukan nama sang tamu yang mencarinya itu Damian sudah feeling. Karena sebelumnya Laura mengirim pesan singkat lagi jika ia akan datang ke rumah untuk berbicara dengannya entah untuk soal apa.
"Tapi kasian dia udah jauh-jauh ke sini, Nak."
Damian menelan kunyahannya cepat sebelum kembali menjawab pernyataan ibunya.
"Aku gak minta dia dateng ke sini, Ma. Itu urusannya. Lagi pula aku hanya ingin menjaga hati calon istriku, gak ada perempuan lain yang perlu aku khawatirkan sekarang selain Ester."
Kali ini Sahara tak lagi memaksa, justru beliau malah tersenyum tipis dan berniat untuk beranjak pergi.
"Tapi kalau dia gak percaya kamu pergi gimana? Mobil kamu aja di teras."
"Bilang kalau pakai mobil satunya aja, Ma. Kalau dia tanya lagi kemana ya jawab ke kampus aja. Dia gak akan nyusulin kalau tau aku di kampus."
Beliau menganggukkan kepala dan akhirnya kembali untuk menyampaikan kebohongan yang terpaksa dilakukan untuk putranya itu. Sedangkan Damian sendiri melanjutkan kenikmatan makanannya tanpa ingin diganggu lagi. Sudah cukup lama ia kehilangan nafsu makannya karena sering mual dan tak berselera beberapa waktu terakhir, sekarang ia akan membayar lunas semua itu sekarang dengan sangat puas.
"Maaf, Nak. Saya lupa kalau Damian lagi gak ada di rumah. Tadi dia mampir cuman sebentar terus langsung pergi lagi pakai mobil yang satunya."
Laura langsung bangkit dari sofa dan memasang raut wajah kecewa.
"Pergi kemana, Tante? Bukannya sekarang hari sabtu ya? Apa dia nggak libur?"
"Dia ada di kampus, kurang tau kalau soal ada urusan apanya di sana."
"Pulangnya jam berapa, Tan?"
"Wah saya juga gak tau, Nak. Gak tentu kalau Damian pulang dari kampusnya. Atau kamu mau nitip sesuatu yang ingin disampaikan? Biar saya yang kasih tau ke Damian kalau dia pulang ke sini nanti."

KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Sleep
RomanceBACA GRATIS SELAGI ON GOING❗ ⚠️ 21+ area. (Jangan DENIAL baca jika masih di bawah umur!). ⚠️ Contains harsh language, swearing and vulgarity. ⚠️ Full Fiction. ~~~ Bukan CEO, bukan mafia, apalagi starboy ibu kota. This is the sole heir to the misch...