"Kenapa kau biarkan mereka pergi berdua sih, Sam? Ini udah jam berapa?"
Damian mulai uring-uringan setelah Ester tak menjawab ponselnya sejak 2 jam lalu.
"Sorry, Dam. Tadi Clarissa bilang kalau mau quality time berdua katanya."
"Persetan quality time. Kau lupa Ester hamil, hah? Kalau dia kenapa-napa gimana?"
Emosinya sudah tak terbendung di situasi seperti ini. Tepat pukul 7 malam Ester masih belum bisa juga untuk dihubungi, dan wanita itu pun tak mengatakan sama sekali jika ia akan pergi keluar bersama Clarissa hari ini. Hal tersebut tentu membuat Damian khawatir, karena ia tak dapat memantau dan mengetahui kondisi sang puan.
"Ya sorry, Dam. Aku juga gak tau kalau Ester gak bilang dulu sama kau. Aku pikir ya mereka berdua emang fine fine aja."
Damian meraup wajahnya gusar. Ia menghela napas berat dengan menyandarkan tubuh pada punggung kursi.
"Kalau Ester kasih tau aku, aku juga gak akan mendesakmu untuk datang ke sini dan mencari mereka sekarang."
"Sejak pagi aku sibuk di kampus dan baru selesai tadi sore. Makanya aku gak sempat cek HP dan pantau kondisi Ester," lanjutnya yang mengklarifikasi kebenarannya dengan setelan kemeja yang ia kenakan saat di kampus tadi dan belum sempat ia ganti.
Sebenarnya Samuel tak mengerti dengan pasti kenapa sahabatnya itu sangat cemas dan overprotective seperti ini. Padahal Ester pergi tidak sendirian, itupun juga masih dalam batas waktu wajarnya sekarang yang belum terlalu larut malam. Kenapa Damian bisa sampai uring-uringan tak jelas dan seakan panik jika kehilangan contact sedikit saja dengan Ester?
"Aku udah coba hubungi Clarissa juga gak ada balesan sama sekali. Terakhir dia bilang kalau lagi shopping dan batrenya low. Dan sekarang gak tau—"
"Kita ke sana sekarang," potong Damian cepat dengan beranjak dari tempat duduknya untuk segera keluar dari cafe tersebut.
"Damian! Astaga, kenapa sih sama itu orang? Marah-marah mulu. Heran," gumam Samuel menyusul langkah Damian cepat.
Selama di perjalanan Damian tetap bungkam dan fokus melajukan mobilnya menuju mall yang telah disebutkan oleh sahabatnya. Jika bukan karena mencari 2 perempuan yang hilang kontak itu sekarang pasti Samuel sangat enggan untuk bergabung di mobil bersamanya. Sudahlah didiamkan belum lagi harus kebingungan untuk mencari cara agar segera menemukan Ester dengan Clarissa saat tiba di mall nanti.
"Pelan-pelan, Dam! Kalau mau taruhan nyawa gak usah ajak-ajak," Samuel tak bisa memungkiri dengan kecepatan yang dilajukan Damian sangat menakutkan.
Apalagi di tengah jalan yang sedang padat pengendara lainnya seakan tak memberikannya ruang untuk bersabar sebentar saja.
Sedangkan di satu sisi yang lainnya, Ester tengah menikmati makanannya bersama dengan Clarissa di sebuah restoran tempat favorit mereka setiap kali datang ke mall. Hari ini akan menjadi hari yang paling menyenangkan bagi Ester setelah mengalami masa-masa sulit beberapa waktu terakhir, karena ia bisa bebas pergi dan makan apa saja yang ia inginkan tanpa beban. Karena Bian hanya tahu jika ia sedang pergi bersama Damian.
"Ces jangan banyak-banyak. Itu pedes banget loh. Jangan siksa ponakanku begini," Clarissa bersusah payah menghentikan aksi sahabatnya yang nekat memakan nasi goreng pedas dengan brutal, bahkan Ester sampai meminta waitress agar bisa menambahkan cabe rawit di atasnya.
"Cuman dikit doang, Ca."
"Dikit apanya? Udah habis 3 cabe rawit begini langsung dikunyah dikata dikit? Itu wajahmu merah sampe ingusan gak bisa bohong, Ces."

KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Sleep
RomanceBACA GRATIS SELAGI ON GOING❗ ⚠️ 21+ area. (Jangan DENIAL baca jika masih di bawah umur!). ⚠️ Contains harsh language, swearing and vulgarity. ⚠️ Full Fiction. ~~~ Bukan CEO, bukan mafia, apalagi starboy ibu kota. This is the sole heir to the misch...