37. Cemburu

2.5K 91 15
                                    

"Biar aku aja. Kamu yang tinggal ambil."

Damian mengambil alih troli dari tangan Ester, keduanya urung pergi ke supermarket melainkan swalayan untuk mendapatkan bahan makanan yang lebih lengkap. Ester sendiri juga tak menolak, karena memang ia juga membutuhkan bahan-bahan yang kemungkinan besar tak ada di supermarket.

"Kau mau makan apa?"

Tumben sekali. Ester menanyakan itu pada Damian untuk pertama kalinya. Tentulah pria itu sedikit heran namun tak dipungkiri juga merasa senang.

"Aku udah makan tadi bareng rekan dosen, jadi kamu aja."

"Oh pantesan pulang malem gak bilang, ternyata lagi asyik makan," kata Ester sedikit ketus.

Wanita hamil itu berjalan mendahului suaminya karena tiba-tiba merasa kesal mendengar pernyataan Damian barusan. Padahal ia sendiri sedang kelaparan di rumah, namun Damian malah asyik makan di luar dengan teman-temannya tanpa kabar pula.

"Ester."

Damian sampai kesulitan menjajarkan langkahnya dengan sang puan, di tempat tak begitu luas ditambah troli yang harus didorongnya semakin mempersulit usaha Damian.

"Maaf, baterai ponselku habis. Aku lupa bawa charger, mangkanya gak sempat kabari kamu."

Damian berusaha menjelaskan dengan jujur namun Ester sendiri tampak enggan untuk mendengarkan.

"Kamu marah?"

"Dih ngapain? Mau pulang malem atau besok pagi juga aku gak peduli."

"Coba ulang lagi, ngomong depan aku."

Ester dipaksa menghadap ke arah Damian karena pria itu menarik tangannya untuk mendekat.

"Pak Damian?"

Seketika Ester menghela napas lega karena panggilan seseorang barusan membuat cekalan tangan pria itu perlahan mengendur. Itu menjadi kesempatan bagi Ester untuk melepaskan diri dan menjarak dari jangkauannya.

"Selamat malam, Pak."

Seorang perempuan muda menyalami tangan Damian kala tahu bahwa dugaannya benar. Ia memang sengaja datang menghampiri sang empu untuk memastikan apakah itu benar dosennya atau malah bukan.

"Sendirian?"

"Iya, Pak. Kebetulan juga lewat sini, jadi sekalian mampir karena ada yang ingin dibeli."

Di tengah percakapan itu Ester hanya terdiam dan menyibukkan diri dengan berpura-pura melihat bumbu penyedap makanan yang ada di depannya. Tanpa perlu dijelaskan, ia dapat mengira jika perempuan yang ada di antara mereka sekarang adalah mahasiswi Damian. Tak heran jika ia datang menyapa dan menyalami dosennya sendiri.

"Sebentar lagi jadwal sidang akan ditutup, selesaikan revisimu dan segera daftar ujian dalam waktu dekat."

Padahal mereka sedang berada di luar kampus, namun bahasan yang diucapkan Damian selalu saja tak berubah jika berbicara dengan mahasiswa apalagi anak bimbingannya sendiri.

"Baik, Pak. Saya perlu untuk mengonsultasikan revisi saya lagi sebelum draft akhir dan cek plagiasi, kiranya bapak ada waktu luang, saya pasti akan datang untuk bimbingan kapan saja."

Ia hanya menganggukkan kepala. Karena saking seriusnya, Damian sampai melupakan keberadaan istrinya yang sejak tadi mematung tanpa suara di tempat semula. Ia menoleh dan mendapati Ester sengaja membelakangi dirinya berpura-pura membaca ingredients yang sebenarnya tak betul-betul dibaca.

"Pak Damian juga sendirian?" lanjut perempuan itu bertanya membuat atensi Damian teralih lagi.

"Tidak, saya dengan istri ke sini."

One Night Sleep Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang