Tengah malam, Seruni terbangun dari tidurnya.
Ketika tak didapati papanya disebelah, dia pun bergegas duduk dan menolehkan kepalanya ke ranjang sebelah.
Disana, ada Anye, Bagas, dan Dipta yang tengah terlelap saling berpelukan dengan posisi Anye yang di tengah.
Melihat pemandangan itu, Seruni pun terdiam.
Dia tidak pernah tidur dengan papa dan bundanya menggunakan satu ranjang.
Kadang ia tidur dengan papanya, seringnya dengan bunda dan Mbok Siem.
"Kenapa mama lebih sayang sama cucunya Ambu Nina, dibandingkan Seruni?" Tanya Seruni di dalam hatinya.
Flashback on
"Bunda, kenapa Seruni gak bisa bobo bareng sama bunda dan papa?" Tanya Seruni bingung pasalnya teman-teman TK-nya sering bercerita jika mereka selalu tidur bersama orang tuanya."Kamar bunda kan disini bareng mbok, ditambah Seruni saja sudah sempit apalagi sama papa." Jawab Eline tersenyum pahit.
"Kita pindah aja ke kamar papa, disana luas. Cukup buat papa, Seruni, dan bunda." Ujar Seruni meyakinkan, ekpresinya yang berlebihan membuat Elina geli.
Elina tertawa mendengar penuturan putrinya. "Kalau kita tidur disana, gimana sama mbok? Kasian, sudah tua masa ditinggalin. Lagian itu bukan cuma kamar papa, tapi juga kamar Mama Anye."
"Mama Anye? Siapa?" Tanya Seruni bingung, pasalnya dia belum pernah mendengar satu orangpun di rumah ini menyebutkan nama itu.
"Mama Anye, istrinya papa dan juga mamanya Seruni." Jawab Elina lembut.
Seruni mengerutkan dahinya berpikir. "Seruni kan sudah punya bunda?"
"Itu karena anak bunda spesial, jadi selain punya bunda, kamu juga punya mama." Elina berusaha mengenalkan Seruni akan sosok Anye.
Seruni sama sekali tidak mengerti dengan ucapan bundanya. "Terus, Mama Anye kemana? Kok Seruni gak pernah lihat."
"Mama Anye kerja, jadi dia gak tinggal disini. Suatu saat nanti, Seruni pasti bakalan ketemu sama Mama Anye." Jawab Elina sendu.
"Kapan, Bunda?" Seruni sangat penasaran dengan sosok mama Anye.
"Nanti, boleh bunda minta tolong sama Seruni?" Lirih Elina menatap Seruni lekat.
Seruni menganggukan kepalanya antusias.
"Nanti kalau Seruni sudah bertemu dengan Mama Anye, tolong bujuk Mama Anye pulang ke rumah ini. Biar bisa tinggal bareng lagi sama papa, kakek, nenek, dan tante." Ujar Elina penuh keseriusan.
Elina mengakui jika dia memang pengecut, membuat banyak masalah bagi orang-orang terdekatnya hanya karena ketidakmampuannya mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri.
Dia merasa bersalah, terlebih pada Anye.
"Baik. Nanti, Seruni bakalan bujuk Mama Anye pulang kesini." Jawab Seruni yang malah membuat Elina semakin merasa bersalah.
Elina memeluk dan mencium Seruni penuh sayang.
Dia yang membuat onar, tapi malah anaknya yang ia minta untuk bertanggung jawab.
Hanya saja, Elina tahu jika dia tidak akan bertahan lebih lama.
Elina hanya berharap jika Anye mau menerima dan merawat Seruni selayaknya anak sendiri.
Tidak tahu diri memang, tapi hanya Anye yang bisa dia harapkan.
Anye yang menyebalkan, namun sangat menggemaskan.
Elina terkekeh mengingat bagaimana lucunya wajah antagonis Anye saat tengah cemburu padanya.
Flashback off***
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir Tak Pernah Layu
General Fiction"Mama ... ." Suara seorang gadis kecil mengagetkanku saat membuka pintu. Apa dia panggil aku barusan? Mama? HELL, NO. Mama, Mama. Mama dari Hongkong gitu. Jangan harap aku bakal luluh seperti halnya wanita dalam novel, lalu berakhir menjadi ibu samb...