Bab 28

14.1K 701 0
                                    

Pagi pertama Anye di pemukiman padat penduduk diwarnai oleh ramainya para pedagang yang berlalu lalang untuk mulai mengais rezeki, suara musik dangdut yang sengaja disetel keras-keras untuk menjadi penyemangat di awal hari, dan tentunya kerumunan emak-emak berdaster yang tengah mengerubuni tukang sayur gerobak sembari cekikikan bergosip.

"Bu, katanya ada tetangga baru ya?" Bisik ibu berdaster ungu sembari melihat ke arah rumah yang sekarang ditempati oleh Anye.

"Iya, di rumah Pak Rohimat. Dibawa si Haryono kemaren pagi, tau deh siapanya." Jawab ibu bertubuh tambun dengan nada bergosip.

"Gosipnya cantik, mirip artis katanya. Siapa namanya?" Tanya si ibu berdaster ungu lagi.

"Boro-boro tau namanya, keluar rumah juga kagak." Sahut ibu dengan rambut dicempol tinggi.

"Itu siapanya si Haryono?" Ucap ibu berhijab singset ikut nimbrung.

"Gak tau gue, temennya atau sodaranya kali." Jawab si ibu berbadan subur yang tak lain adalah istri Pak RW disana.

"Udah kawin apa belom? Gawat kalo dia belom kawin, bisa-bisa laki kita pada kesengsem." Ujar ibu berdaster ungu rada was-was, maklum lakinya suka jelalatan kalau lihat yang bening dikit.

"Gue gak tau dia udah kawin apa belom, tapi kayaknya udah gak periwiw deh. Jamin deh, keliatan banget bohay depan belakang." Jawab ibu yang khas dengan cempolan untanya.

Mang Ade, si pedagang sayur, hanya bisa geleng-geleng kepala tak habis pikir dengan ibu-ibu disini. Gosip terus, gak cape apa.

Lebih dari sepuluh tahun dia berkeliling menjajakan sayur di daerah ini, tidak ada sehari pun dirinya terbebas dari gosip ibu-ibu. Disini gosip, disana gosip.

Terutama jika sudah berurusan dengan Ibu RW dan rengrengannya. Selalu saja ada gosip baru setiap harinya. Aktual, tajam, dan terpercaya kalau kata di berita yang suka ditonton Mang Ade siang-siang.

"Iya, miris banget ya anak jaman sekarang. Nikah ogah, kawin udah kayak kucing."

Masih lanjut ternyata gosipnya.

"Hush, Bu. Belum tentu, siapa tau janda."

Ada yang ikut nimbrung lagi, makin panjang pasti.

"Lah, itu lebih gawat lagi. Laki jaman sekarang lebih doyan jendes dibanding periwiw. Lebih berpengalaman katanya."

Dan gosip pun terus berlanjut. Entah berapa lama lagi Mang Ade harus menunggu para ibu haus gosip memilih sayur. Sudah hampir setengah jam, belum selesai juga.

"Eh, tapi malem gue liat laki ganteng maksimal masuk rumahnya. Tapi balik pas subuh-subuh."

Oke, yang ini nambahin bumbu. Jelas Bagas tidak berhasil masuk rumah kok.

"Wah, gawat Bu. Jangan-jangan dia pelakor lagi, wanita simpanan. Kalo itu laki bener, gak mungkin datang malem balik nyubuh."

"Bener, Bu. Itu laki pasti pergi pas istrinya udah tidur terus pulang sebelum istrinya bangun, biar gak ketauan abis selingkuh. Gak bener ini, dia pasti pelakor. Secara, muka dan badannya sangat mendukung."

"Masa sih? Ibu yakin?"

"Yaelah, terserah deh. Intinya Bu, Ibu. Kita harus ektra jagain laki kita, biar gak digodain tuh perempuan genit."

"Awas aja kalau berani godain laki gue, gue gibeng tuh melon."

"Saya setu ... " Ucapan si ibu punduk unta terhenti saat lengannya dicubit oleh Bu RW.

"Apa sih, b ... "

Suara krasak-krusuk itu spontan berhenti saat mendengar pintu rumah orang yang sedang digosipkan terbuka.

Anyelir Tak Pernah LayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang