"Anyelir. Sumpah ya, hidup loe itu drama banget. Gue yakin, kalau dibikin ftv, auto laku pasti." Sindir Yulia dengan gaya khasnya.
"Iya, Mbak. Kayak drama Cina gak sih?" Ujar Sasti si pecinta drama Cina yang biasa mengusung peran CEO tampan, sexy, dan bucin.
Saat ini, komplotan Anye sedang ada di rumah keluarga Prawirohardjo dalam rangka pertemuan membahas cara penyelesaian gosip yang tengah panas beserta jajaran petinggi PR perusahaan.
"Udah, diem. Sini loe pada, gue kasih tau satu berita sensasional." Ujar Anye dengan nada sok misterius.
"Apaan?" Tanya Yulia basa-basi, tidak tertarik.
"Sini. Buruan." Perintah Anye tegas, meminta menejer dan asistennya untuk mendekat ke arahnya.
Dan acara bisik-bisik pun dimulai.
Sesekali terlihat ekpresi lebay yang disertai dengan seruan-seruan seperti :
"Apa?"
"Sumpeh. Demi apa, Sis?"
"Masa sih, Mba?"
"Nggak nyangka gue."
"Samudra yang itu, Mba?"
"Gue kepo maksimal gimana ekspresi si setan Alinda kalau tau?"
"Kasian banget Seruni. Mba Alinda kan lebih nyeremin dari pada Mba Anye."
"Bilang apa barusan?"
"Enggak bilang apa-apa kok, Mba. Hehe"
Anye terbahak riang setelah selesai dengan sesi gosipnya."Seneng kan, loe?" Ujar Yulia sembari mengedarkan pandangan ke sekitaran, siapa tau ada cogansi lewat depan pager.
"Jelas." Jawab Anye songong.
"Ulala, siapa dia? Yang kiyut kiyut kayak marmut." Ucap Yulia bernada sembari menatap lekat ke satu arah.
"Siapa, Mbak?" Tanya Sasti penasaran.
"Wah, Mas Doni makin ganteng aja." Lanjut Sasti yang entah sejak kapan terpesona oleh sosok asisten Bagas itu.
"Ayo, ayo ke ruang kerja." Ajak Yulia cepat yang diikuti oleh Sasti dengan antusias.
Anye menggelengkan kepala melihat tingkah ajaib keduanya, dia tau jika tujuan mereka bergegas adalah untuk tebar pesona pada Doni yang memang lumayan tamvan.
"Selamat pagi, Mas Doni." Sapa Arunika saat mendapati Doni dan beberapa orang lainnya masuk rumah.
Tidak nyaman dengan penampilan Arunika, karyawan PR yang datang bersama Doni memilih untuk segera kabur ke ruang kerja bos besar.
Sebagai karyawan yang paling dekat dengan keluarga bosnya, Doni tentu tidak mungkin mengabaikan bungsunya bos besar begitu saja.
"Uh. Pagi, Mba Arunika." Sapa Doni balik sembari mengedarkan pandangannya, menghindari tatapan sugestif dan penampilan wow Arunika.
Meski Anye menyebut Arunika kutilang darat, nyatanya si adik ipar tidak seperti yang disebutkan Anye.
Hanya saja, jika dibandingkan dengan body Anye yang sekel depan belakang, Arunika memang agak sedikit kalah. Inget, hanya sedikit loh.
Paduan tanktop dan hot pant super ketat dan pendek, cukup untuk membuat laki-laki manapun panas dingin.
Arunika beri tau satu rahasia. Sebenarnya, tadi dia melapisi tanktop dan hot pant yang dikenakannya dengan kaos kebesaran yang mampu menutup hingga tengah paha.
Bisa ditebas junjungan, jika ia menggunakan pakaian tidak layak pakai saat rumah akan kedatangan banyak orang.
Tapi saat mendengar suara Doni si lugu, dia melepas kaos yang dikenakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir Tak Pernah Layu
General Fiction"Mama ... ." Suara seorang gadis kecil mengagetkanku saat membuka pintu. Apa dia panggil aku barusan? Mama? HELL, NO. Mama, Mama. Mama dari Hongkong gitu. Jangan harap aku bakal luluh seperti halnya wanita dalam novel, lalu berakhir menjadi ibu samb...