Bab 16

14.9K 894 11
                                    

Keriuhan mewarnai acara peluncuran seri terbaru merk perhiasan milik keluarga Prawirohardjo yang diselenggarakan di salah satu mall besar di Jakarta.

Para model dan artis papan atas mondar-mandir di atas cat walk, memamerkan perhiasan yang mereka kenakan pada para penonton.

Tampak di barisan depan diisi oleh tokoh berpengaruh seperti para selebriti dan influencer terkenal, pejabat tingkat tinggi perusahaan dan keluarga, serta tidak lupa anggota keluarga Prawirohardjo lengkap.

Kilatan kamera semakin intens saat Bunga Anyelir Danuarta keluar, memamerkan satu set perhiasan yang menjadi pamungkas pertunjukan hari ini. Cantik dan elegan.

"So cantik." Dumel Bude Sulastri saat melihat aksi Anye memperkenalkan perhiasan yang dipakainya dengan gaya khas Anye. Centil dan menggoda.

Setelah pertunjukan, bincang-bincang pun dilakukan sebagai upaya promosi agar masyarakat lebih mengenal produk yang tampilkan, dengan Anye, Bagas, dan perancang perhiasan sebagai narasumber.

Setelah tanya jawab seputar merk dan perhiasan yang panjang dan lebar, topik pun berganti.

Yang namanya orang Indonesia, gak lengkap kalau gak bahas masalah pribadi. Prestasi sih nomor sekian, yang utama tentu saja gosip. Lebih rame.

"Sebelumnya saya ucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Bu Elina Putri selaku istri dari Bapak Bagaskara Prawirohardjo, CEO Prawirohardjo Group saat ini. Ada info yang beredar jika satu set perhiasan yang dikenakan Anye merupakan bukti cinta yang dipersembahkan oleh Pak Bagas untuk Bu Elina, benar atau tidak Pak?" Tanya pembawa acara persis seperti pemandu acara gosip, laki kok lemes banget.

"Bukti cinta? Pret, ah. Mana ada orang baru ditinggal mati, langsung nemplok sama yang lain." Sarkas Anye di dalam hati.

Bagas melirik Anye tidak enak hati, sialan Doni. Asistennya terlalu ceroboh memilih host dan tidak melakukan sensor pada sesi tanya jawab. Ingatkan Bagas untuk memangkas THR Doni setengahnya lebaran nanti.

"Terima kasih sebelumnya. Semua perhiasan yang ditampilkan hari ini murni berasal dari ide-ide cemerlang designer perusahaan kami, tidak ada sangkut-pautnya dengan urusan pribadi siapapun termasuk saya." Jawab Bagas bijak dan hati-hati.

Salah jawab, siap-siap tidak dapat jatah.

"So bijak." Gumam Anye sambil tersenyum manis.

"Terima kasih untuk jawabannya, Pak Bagas. Baiklah, sekarang kita beralih tanya-tanya Anye. Nye, bener atau nggak?" Tanya Duta, si pembawa acara, to the point yang tentu saja memacu semangat jiwa gosip penonton.

"Bener atau nggak apanya?" Jawab Anye sok bingung.

"Kura-kura dalam perahu nih." Seru Duta yang disoraki para penonton.

Bagas? Jangan tanya, asem.

Bagas bersumpah tidak akan lagi menggunakan pria ini sebagai host di semua acara Prawirohardjo.

Anye hanya tertawa menanggapi. "Jangan gosip deh. Namanya Pak Andri, guru sekaligus tetangga aku pas jaman SMP. Waktu itu gak sengaja ketemu, trus aku ajakin makan bareng. Pulangnya malah hujan, dan karena aku gak bawa mobil. Jadi diajakin bonceng deh."

"Yakin?" Goda Duta dengan mimik jahilnya.

"Jangan ngadi-ngadi, Pak Andri udah punya istri. Mba Fika, jangan marahin Anye ya, nanti Anye mampir nengokin si gembul." Ucap Anye sambil melambai pada kamera, menyapa istri dan anak pak Andri.

"Yah, penonton kecewa Kakak." Ucap Duta mengundang tawa orang-orang disana.

***

Musuh bertemu di jalan sempit.

Anyelir Tak Pernah LayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang