Sore yang cerah dihabiskan oleh Tuan Prawirohardjo dengan bersantai di gazebo halaman belakang rumahnya sembari memberi makan kumpulan ikan koi peliharaannya.
Kedamaiannya terusik saat sang istri datang menghampirinya dengan linglung.
"Bisa ayah jelaskan, apa maksud foto-foto ini?" Tanya Nyonya Prawirohardjo melemparkan beberapa foto suaminya dengan Dipta.
Nyonya Prawirohardjo tidak sengaja menemukan beberapa foto tidak biasa sang suami dengan seorang anak lelaki di laci meja kerja suaminya yang tidak terkunci saat membereskan ruang kerja.
"Bagaimana menurut bunda?" Tanya balik Tuan Prawirohardjo dengan nada santai, memang benar tidak ada rahasia yang akan bertahan selamanya.
"Loh kok tanya bunda, mana bunda tau. Anak haram ayah kali, soalnya rada mirip sama Bagas waktu kecil."
Nyonya Prawirohardjo berusaha tenang tidak peduli seberapa takutnya dia akan kenyataan yang mungkin menyakitinya itu, panik dan histeris tidak akan menyelesaikan masalah.
"Bunda cemburu?"
"Ayah jangan berbelit-belit, jawab saja pertanyaan bunda."
"Kalau iya?"
"Marah dan kecewa itu pasti, tapi bunda tau ayah tidak mungkin melakukan hal seperti itu."
Nyonya Prawirohardjo masih cukup mempercayai karakter suaminya.
"Lalu kenapa bertanya?"
"Karena bunda tau, semua tidak sesederhana itu."
Tuan Prawirohardjo menghela nafas sebelum mulai bercerita.
"Namanya Dipta, Pradipta Raditya Prawirohardjo. Cucunya ayah, cucu kita."
Nyonya Prawirohardjo terdiam mendengar ucapan suaminya, "Maksud ayah? Bagas? Dia selingkuh?"
"Anak Bagas dan Anye."
"Anyelir? Bunda gak ngerti, bisa ayah jelaskan!"
"Waktu itu Anye pergi tanpa tau jika ia sudah hamil, dia baru menyadarinya di bulan ketiga kehamilannya."
Nyonya Prawirohardjo memejamkan matanya untuk coba kontrol emosi.
Mantunya itu kok sontoloyo banget, bikin emosi aja bisanya.
"Kenapa dia tidak pulang? Kenapa tidak mengatakan apapun pada kita?"
"Bukannya bunda membenci Anye?"
"Bunda gak benci sama Anye, bunda cuma kesel sama dia yang selalu ngerecokin Bagas. Astagfirullah."
"Tapi selama ini bunda selalu bersikap dingin pada Anye."
"Ayah kan tau bunda orangnya seperti apa, dulu bunda tidak suka karena Anye selalu membuat keributan di rumah dan kemaren-kemaren bunda diam karena bunda kecewa pada Anye yang pergi begitu saja."
"Sejak kapan ayah tau?"
"Dari awal. Ayah tidak sengaja melihat Anye saat dia meninggalkan rumah di malam itu, lalu meminta salah satu pengawal ayah untuk membuntutinya. Sejak itu ayah selalu tau apa yang terjadi dan apa yang dilakukan oleh Anye, termasuk perihal Dipta. Selama ini ayah selalu mengamati Anye dan Dipta, tapi Anye tidak pernah menyadarinya."
"Loh bukannya kata ayah, Anye tidak sadar. Tapi kenapa ayah punya banyak foto bareng Dipta?"
"Karena Dipta sadar jika ayah selalu mengamatinya. Anye bahkan gak tau jika ayah dan Dipta berhubungan baik, lucu kan."
Tuan Prawirohardjo sengaja tidak memberitahu istrinya perihal Anye yang meninggalkan Dipta di desa. Biar saja, semoga istrinya tidak akan pernah mengetahui hal itu. Bisa gawat jika istrinya tau cucu semata wayang mereka di tinggalkan begitu saja oleh sang mantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir Tak Pernah Layu
General Fiction"Mama ... ." Suara seorang gadis kecil mengagetkanku saat membuka pintu. Apa dia panggil aku barusan? Mama? HELL, NO. Mama, Mama. Mama dari Hongkong gitu. Jangan harap aku bakal luluh seperti halnya wanita dalam novel, lalu berakhir menjadi ibu samb...