Bab 15

15.2K 844 10
                                    

Sesaat setelah Bagas melihat gosip yang beredar, badai pun menerpa perusahaan. Tidak terhitung berapa banyak eksekutif perusahaan dan karyawan yang menjadi pelampiasan emosinya, membuat suasana kantor semakin mendung namun mampu membuat orang-orang di dalamnya berkeringat dingin.

Begitupun Doni. Meski sudah hampir lima tahun menjabat sebagai asisten pribadi Bagas, tidak serta merta membuat Doni kebal dengan amarah sang bos.

"Cari tau apa yang dilakukan Anye kemarin, dan laki-laki itu." Perintah Bagas tenang, namun menyimpan bahaya. Serem.

"Baik, Pak." Patuh Doni tidak berani membuat kesalahan sedikitpun.

"Lakukan cepat, saya tunggu laporannya paling lambat sore ini. Mengerti." Tutur Bagas tanpa bisa di bantah.

"Siap, Pak." Jawab Doni sambil menahan nafas.

Masalah rumah tangga, kenapa mereka yang jadi korban. Pikir Doni pasrah.

***

Hari ini, Anye tidak memiliki jadwal apapun sehingga hanya berdiam santai di apartemennya.

Dering telpon mengganggu waktu Anye yang tengah menonton drama kang duda. Ini maksudnya Song Jongki loh ya, bukan Bagas.

"Apaan?" Ucap Anye tanpa ribet basa-basi.

"Anyelir, kemarin pamitnya mau makan siang bareng Pak Andri terus pulang. Kenapa ada bonceng-boncengan di tengah hujan segala? Loe mau main India-Indiaan?" Sembur Yulia dengan nafas terburu.

"Loe tuh yang apa-apaan, main sembur aja. Boncengan apa? India-Indiaan apa? Kalo ngomong yang jelas dong." Sembur Anye tak kalah emosi.

"Online sekarang juga, liat noh berita loe sama Pak Andri heboh dimana-mana. Udah ada di TV juga, pening gue banyak yang telpon nanyain gosip loe." Cerocos Yulia yang baru kali ini menghadapi gosip percintaan Anye.

"Iya, iya, udahlah orang cuma boncengan doang kok heboh segitunya. Biarin aja, biar makin terkenal gue. Klarifikasinya lusa aja pas acara launching perhiasan Prawirohardjo." Ucap Anye santuy, resiko jadi artis.

"Yaudin, gue tutup. Baik-baik loe di amuk kang duda." Ujar Yulia mengingatkan.

"Gak takut. Bodo amat." Jawab Anye tak peduli.

Menutup telpon dari Yulia, Anye langsung melempar handphone-nya ke sudut sofa terjauh dari tempat ia duduk.

Dasar netizen, kepo amat sama hidup orang.

"Aw, Mama. Kok Seruni dilempar pake handphone, sih?" Pekikan Seruni sukses menghentikan aksi misuh-misuh Anye.

"Lagian ngapain kamu disitu? Kalo sakit ya istirahat di kamar, sana tidur lagi." Omel Anye yang kaget saat mendapati Seruni tengah duduk di sofa tak jauh darinya.

Sejak kapan tuh bocah ada disana, kok Anye gak mudeng.

Hari ini Seruni tidak masuk sekolah karena sedikit demam dan pilek akibat kehujanan sepulang dari supermarket kemarin, payah padahal gak kuyup.

Sekarang memang sudah mulai memasuki musim hujan, jadi hampir setiap hari turun hujan. Hujan kemarin sore saja belum berhenti sampe sekarang, berita banjir pun sudah memenuhi layar kaca. Heran, heboh amat. Perasaan banjirnya juga terjadi tiap tahun, apanya yang aneh.

Seruni yang dimanja, mana mungkin kuat. Beda cerita sama Dipta, dia mah besar di kampung. Main hujan, udah jadi kebiasaan.

"Mama, dingin."

"Ya pake jaket lah, pake selimut juga kalau perlu."

"Ini udah pake, tapi masih dingin."

Seruni mencoba peruntungannya untuk mendapatkan perhatian Anye.

Anyelir Tak Pernah LayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang