Kos itu terasa sunyi.
Syena baru saja tiba dengan firasat buruk. Padahal hari Minggu, biasanya Selena akan duduk di teras kos sambil memainkan handphonenya atau sekedar melakukan peregangan.
"Kok nggak ke kunci?" Syena masuk dengan cepat, matanya membulat sempurna kala menemukan Selena terbaring di lantai dengan lengan yang menutup wajahnya.
"Selena!"
Merasa dipanggil, Selena hanya melirik sekilas lalu kembali menutup wajahnya. Dia bahkan membalikkan badan memunggungi Syena, tak peduli dengan sepupunya yang khawatir.
"Lo jatuh?" tanya Syena duduk di sisi sepupunya, lalu memegang lengan Selena.
"Gue sengaja menjatuhkan diri."
"Bodoh! Lo ngapain, sih? Kayak bukan lo banget," ucap Syena mencubit lengan sepupunya gemas.
"Lagi pengen diem aja, sih, gue."
Tidak ada manusia yang sengaja menjatuhkan diri dari atas tempat tidur, dan Syena tidak percaya dengan hal itu. Cewek itu curiga, pasti ada masalah yang Selena sembunyikan tanpa ingin memberitahukannya.
"Lo baik-baik aja, kan?" Syena bertanya hati-hati.
"Hmm."
Selena bangun dari baringannya, menatap Syena lama, lalu beranjak ke kamar mandi. Setelah beberapa saat, cewek itu keluar sambil mengeringkan rambutnya yang memanjang. Kalau terus begini, bisa-bisa rambutnya akan dirazia karena terlalu panjang untuk ukuran cowok.
"Lo ngapain ke sini?" tanya Selena duduk di depan cermin, dia memakai sunscreen dan menatap Syena lewat cermin.
"Tadinya pengen ngajak main ke Mall, tapi liat lo nggak semangat, bikin gue nggak mood," balas Syena mengedikkan bahu acuh.
"Trus, gue ketemu tukang sate anjir! Ganteng banget, pengen deh gue pacarin dia!"
Sembari mendengarkan, Selena mengambil handphonenya lalu melihat pesan dari Daniel. Sampai saat ini, nomor yang mengaku sebagai sekretaris Arkan itu tak pernah Selena simpan.
Masih asing dan mencurigakan baginya. Namun, Selena tetap mengiyakan ajakan itu.
"Gue ada urusan, lo tinggal aja di sini," ucap Selena mengganti bajunya lebih bebas.
Dengan croptop serta kemeja yang dikenakan, Selena menatap cermin sekilas. Ternyata menggunakan celana cargo juga cocok dengan style ini, tanpa sadar Selena tersenyum tipis.
"Tumben baju lo kayak gitu, udah dapat ijin sama Om Arkan?" tanya Syena yang sedang ingin mencereweti sepupunya.
"Belum, gue pengen aja," ungkap Selena menyisir surai hitamnya. "Lo mending pulang, gue ada janji sama orang."
"Ikut!"
"Nggak! Lo pulang aja, besok gue temenin sepuas lo mau ke mana pun."
Syena menghela napas. "Okey, janji, ya?"
"Iya, cantik."
Syena tertawa geli, dia suka sekali ketika dipuji oleh sepupu cantiknya. Dengan senang hati, Syena mengambil tas dan keluar setelah pamitan.
"Siapa pun nggak boleh tau soal ini, cukup gue aja," gumam Selena sambil mengunci kosnya, lalu pergi dengan motor kesayangannya.
✨✨✨
Di sinilah Selena.
Dia sudah berada di jalan Siliwangi sambil menatap sekitar. Cewek itu duduk di atas motornya, memainkan handphone sambil menghubungi Daniel, memberitahu bahwa dirinya sudah berada di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) a Boy
Teen FictionDevan Reliaz. Siapa bilang dia cowok? Dia adalah cewek tulen yang menyamar sebagai cowok di SMA Starlight, memiliki paras manis, tinggi, jago berkelahi, suka tebar pesona, bahkan sikapnya sudah persis seperti cowok pada umumnya. Tidak ada yang tahu...