45. See you Devan Reliaz

147 23 23
                                    

Siapkan bantal!
Aingna gemes nulis ini wkwk
PART MACAM APA INIII, WOYY

2700+ words

✨✨✨

Selama satu Minggu semenjak pertemuan Selena dengan Arkan, selama itu pula cewek itu mengurus semua hal terkait dirinya sendiri. Identitas Devan Reliaz harus dihilangkan, karena intensitasnya di dunia ini sebenarnya tidak ada.

Devan hanyalah bayangan semu yang nyata.

Memakai seragam khas Devan Starlight, Selena memutuskan untuk membuat Devan pindah ke luar negeri dengan alasan mengikuti orangtuanya. Tentu, dia harus merelakan jabatan Kapten basket di sekolah ternama itu, tidak masalah, terpenting Selena kembali ke kodratnya lagi.

Walau ada rasa tidak rela.

"Ayo, Nak. Saatnya pamitan dengan sekolah lamamu."

Selena mengangguk.

Begitu sampainya di Starlight, Arkan lebih dulu menemui wali kelas Selena dan membicarakan perihal kepindahan ke luar negeri. Sedangkan Selena, masuk ke kelas atas arahan wali kelas. Dia akan pamitan saat pulang sekolah nanti.

"Van! Lo ke mana aja? Gue kangen!" Rafly melompat, berusaha memeluk Selena.

Namun, dihadang oleh Zain. Cowok itu menahan kepala Rafly dengan kuat, bagaimana pun Devan yang mereka kira cowok, bukanlah cowok. Zain harus melindungi cewek itu agar tak disentuh cowok lain.

"Alay lo," ejek Selena sambil menyentil kening Rafly.

"Lagian kapten ngilang terus, gue curiga bakal resign," sahut Haikal menepuk bahu Selena sekali, lalu duduk di atas meja memperhatikan cewek itu.

Resign, ya? Selena tersenyum kecil mendengarnya, apa yang diucapkan oleh Haikal sangat benar. Cewek itu tak memberitahu kepindahannya, dia benar-benar akan menghilang dari semua kehidupan manusia di sekolah ini.

"Kalo iya, emang kenapa?" tanya Selena dengan nada bercanda, padahal dia serius bertanya seperti itu.

"Jangan anjir! Nggak ada yang pantes jadi kapten selain lo," protes Rafly menyipitkan matanya curiga.

"Ada Zain yang gantiin gue."

"Gue nggak bakal ngomen si Zain, tapi tetep aja gue nggak mau lo lengser jabatan, enak aja congor lo," cibir Rafly tidak suka.

"Kalo sampe lo lengser jabatan, gue bakal manggil lo boti selamanya," ancak Haikal serius.

"Halah bodo amat, menang aja kagak 1 lawan 1, sok-sokan manggil gue boti segala." Selena memukul punggung Haikal gemas.

Haikal tak membalas, dia cemberut karena apa yang dikatakan oleh Selena benar. Dari dulu sampai sekarang dia tak bisa merebut bola dari cewek itu, Haikal selalu lengah dan berakhir kalah.

"Nanti jam istirahat kita latihan tanding, 3 lawan 3 aja," ucap Selena yang langsung diangguki Rafly semangat.

"Kalian ada bawa seragam basket?" lanjut Selena ragu-ragu.

"Kami selalu bawa, takutnya ada dadakan kayak gini," sahut Alex di belakang Haikal, cowok itu duduk di kursi guru.

Mendengar itu, Rafly dengan cepat mengambil handphone, lalu memberitahu bahwa kapten basket Starlight menginginkan latih tanding saat istirahat pertama nanti dan harus memakai seragam basket.

Bukan hanya Rafly, tukang gosip di pojok yang mendengar itu, langsung mengumumkan di grup angkatan Starlight. Hampir seluruh warga Starlight bersorak di grup untuk menonton nanti.

I'm (not) a BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang