kabur

2.4K 194 40
                                    

"Nabila!". Teriak Paul saat dirinya melihat Nabila seperti maling yang mengendap ngedap keluar dari rumah Salma dengan gembolan tas yang cukup besar itu.

"Husttt berisik banget si om om ini". Ucap Nabila sambil membekap mulut Paul dengan tangan nya. "Ikut nab!". Nabila bertemu dengan Paul seakan akan di antara mereka sama sekali tak ada masalah apapun.

Saat Nabila berhasil membawa Paul ke tempat yang aman menurut nya. Dia pun melepas tangan nya dari Mulu Paul.

"Kamu mau kemana nab?. Bawa tas segala pula". Paul.

"Bukan urusan om". Jutek Nabila.
"Saya tanya sekali lagi mau kemana?". Paul.

"Kepo amat si om om satu ini. Aku bilang bukan urusan om!". Nabila.

"Yaudah kalau ga bilang, saya gendong kamu terus saya serahkan kamu ke bang Rony. Gimana?". Ancaman Paul.

"Dikit dikit ngancem. Heran saya mah!". Dengan nada jutek nya.

"Jawab Nabila. Kamu mau kemana heum?". Paul.

"Nab mau ke panti. Nab ga mau ikut bang Rony. Kalau nab ikut dia, nab ga bisa ketemu lagi sama papah". Nabila.

"Nab, kamu ga benci saya?". Tanya Paul dengan nada takut nya itu.

"Untuk apa benci?. Ya nab tau si, kak Paul nyebelin". Nabila.

"Saya serius nab. Semuanya udah terbongkar, siapa saya". Paul.

"Kenapa harus benci?. Emangnya om yang lakuin itu ke mamah nya nab?. Nab ga mau menjadi orang yang menghakimi seseorang yang ga pernah Melakukan kesalahan itu. Nab ga mau benci sama orang yang hanya memiliki hubungan darah dengan orang yang menjadi titik permasalahan itu. Lagian, mamahnya om udah dapetin hukuman nya kan?. Kalau nab benci sama om, apa Untung nya buat nab?. Apa nab bisa lihat mamah Tiwi lagi?. Engga bisa kan?. Nab udah terbiasa merasakan kehilangan. Entah, ini sebuah rasa ikhlas atau memang hati nab udah kebal akan hal itu. Tapi jujur, nab sedih. Sedih banget. Orang yang nab tunggu 17 tahun itu. Nab harus kehilangan dia. Bahkan, ga sampai 24 jam nab kehilangan dia lagi. Tapi, nab tau. Itu udah jalan takdir nya nab". Paul benar benar tidak espek bahwa Nabila akan menanggapi permasalahan itu dengan sedewasa itu.

Paul yang merasa amat lega dengan perkataan Nabila yang sama sekali tidak membenci nya..ia pun dengan reflek nya, menarik tubuh mungil Nabila itu ke dalam dekapan nya.

Akhirnya, apa yang menjadi ketakutan nya dari kemarin tidak terjadi. Walaupun, saat ini Rony lah yang seperti nya sangat membencinya.
"Aku minta maaf atas nama mamah ku nab. Aku pun kalau bisa milih, aku ga mau di lahirkan dari rahim dia". Nabila yang awalnya tak mau membalas pelukan itu. Karena debaran jantung nya tak menentu saat Paul memeluk nya itu.

Akhirnya, Nabila membalas pelukan itu. "Husttt ga boleh ngomong gitu. Setidaknya om masih punya harapan untuk bisa bertemu dengan mamah kandung nya om Paul. Bahkan, kalian masih bisa lihat satu sama lain. Sedangkan nab dan kak bas?. Kita berdua udah ga bisa lihat wajah cantik ibu kita". Terbuat apa hati Nabila?. Dirinya benar benar selegowo itu menerima jalan takdirnya yang begitu menyedihkan. Namun, perempuan itu masih bisa menguatkan orang lain.

"Maaf kan dia om pul, jangan ada amarah yang menyelimuti di hati om. Om dikasih waktu banyak sama Allah untuk bertemu dengan ibu kandung om Paul, walaupun sekarang posisi mamahnya om Paul ada di jeruji besi itu. Tapi, setidaknya om Paul masih bisa kasih dia support agar menjadi orang yang lebih baik lagi". Nabila.

Pelukan itu semakin erat. Betapa beruntungnya Paul jika ia benar benar bersanding dengan perempuan sekuat dsn sedewasa Nabil?. Seperti nya akan sulit jika dia akan bersanding dengan Nabila. Karena, Rony tak akan pernah merelakan itu semua.

2 Hati 1 CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang