Chapter 59. Spekulasi Clarenne

85 14 2
                                    

Ketika Anyla akhirnya mematikan panggilan kepada Ariana dan mulai makan dengan tenang, Clarenne tiba-tiba saja berdiri dan membanting telapak tangannya keatas meja.

"Aku tahu! Aku mengerti sekarang!"

Perhatian semua orang dengan cepat terkumpul kepadanya.

Clarenne tersenyum, lalu menunjuk kearah Anyla.

"Bibi Anyla! Aku sudah memecahkan misterimu sekarang! Dengarla - Arghh!! Tanganku!"

Sayangnya, mungkin karena dia barusan membanting telapak tangannya keatas meja, tangannya sekarang memerah dan terasa perih.

Untuk sementara waktu, dibawah tatapan menyakitkan semua orang, Clarenne berjongkok dan mengusap telapak tangannya demi meredakan rasa nyeri.

"Dasar bodoh."

Setelah beberapa saat, Ferrene tidak dapat menahan perasaan ingin berkomentar dan mengatakan itu.

"Ugh!"

Seolah sebuah belati paling tajam baru saja menusuk jantungnya, rasa perih membuat dada Clarenne terasa sesak. Berlinang, dia menatap Ferrene dengan ekspresi wajah hampir menangis.

-Beberapa menit kemudian.

"Uhum!"

Terbatuk, Clarence berdiri dihadapan semua orang dengan rasa percaya diri yang sangat jarang muncul darinya.

"Pertama, sebelum itu, Bibi Anyla!" Clarenne menunjuk Anyla, "Apakah Bibi benar-benar tidak dapat mengingat ketika Bibi melahirkan atau menetaskan Silk dan Thena lalu anak perempuan mu yang lain, Lena, bertemu Tuan Curt, bertemu kami berdua, bertemu dengan Lue - anak perempuan yang lain lagi dan berbagai kejadian yang lain?"

"Aku benar-benar tidak ingat..." Anyla mengangguk dengan tenang.

Anyla sebenarnya bahkan tidak memiliki ingatan tentang apa yang terjadi setelah tubuhnya berubah menjadi Arachne untuk sesaat dan membunuh kelompok prajurit yang mengejarnya.

Clarenne mengangguk, lalu mengambil dua buah daun dan meletakkannya diatas meja.

"Sejak dahulu kala, otak adalah organ tubuh paling misterius dan paling fatal yang dimiliki makhluk hidup."

Perhatian semua orang kembali tertarik kearah Clarenne. Bahkan Silk dan Thena juga terlihat tertarik sekarang.

Clarenne memegang dua daun itu dengan satu daun di setiap tangannya.

"Pernahkah kalian memperhatikan bagaimana kalian bersikap dan berpikir di setiap situasi yang kalian hadapi? Di situasi yang dipenuhi rasa putus asa, kalian mungkin berpikir untuk mati atau tiba-tiba saja mendapatkan motivasi untuk bangkit dari keadaan itu."

"Sementara di situasi bahagia, kalian akan mungkin cenderung berpikir untuk meningkatkan kebahagiaan kalian atau malah menjadi lalai akan hal itu."

Clarenne menempelkan dua daun itu sebelum memisahkannya lagi.

"Seseorang mungkin menjadi sangat dingin dan membenci semua orang ketika dia berjalan-jalan di luar, tetapi ketika dia kembali ke rumahnya - tempat yang ia anggap aman, dia akan menjadi seseorang yang sering bercanda dan ceria... Tidakkah menurut kalian ini cukup aneh? Perbedaan sikap seseorang terkadang akan membuat seseorang berpikir bahwa orang tersebut memiliki kepribadian lain selain yang mereka kenal, dan kemungkinan, itu memang benar."

Seketika, semua mata terkumpul di atas Anyla. Tampaknya semua orang mulai mengerti arah perkataan Clarenne.

"Maksudmu..."

Anyla terlihat gugup ketika dia juga mulai memahami kata-kata Clarenne.

"Ya. Menurutku Bibi Anyla kemungkinan memiliki dua kepribadian yang berbeda. Satu yang lain sampai sebelum hari ini bersama kami, sementara sekarang Bibi Anyla yang tidak kami kenal adalah yang ada disana. Selain itu, pemisah antar kedua kepribadian Bibi Anyla sangat kuat hingga sampai-sampai membuat ingatan kalian tidak tercampur aduk!" ucap Clarenne dengan senyum percaya dirinya.

""Hoo...""

Suara tepuk tangan... Dan tepuk kaki sekarang membanjiri Clarenne.

"Kurasa... Itu benar?" Anyla juga mulai berpikir bahwa dugaan Clarenne tidaklah salah.

Hanya ada satu hal yang menurutnya janggal.

'Jika begitu, apa arti dari perkataan Kakak yang sebelumnya tentang kekuatan Arachneku? Apakah aku bukan manusia?'

Meskipun Anyla tidak bisa dibilang cerdik, dia yang menghabiskan setengah hidupnya melihat kebawah telah mengembangkan indera pendengarannya untuk menangkap semua kata-kata yang ditujukan kepadanya. Dahulu, telinganya hanya menangkap berbagai jenis ejekan dan kalimat yang mengiris hatinya, tetapi itu bukanlah kemampuan yang buruk untuk memiliki pendengaran yang baik.

Meski begitu, Anyla tidak memikirkan masalah ini terlalu dalam. Dia sudah memeriksa statusnya, jadi dia pasti seorang manusia.

Sementara itu, Ferrene mendekati Clarenne dengan wajah bingung.

"Ngomong-ngomong, Clarenne."

"Ada apa?"

"Sejak kapan kau tentang semua hal rumit semacam ini? Aku tidak yakin aku pernah melihat kau membaca sesuatu yang berhubungan dengan ini sebelumnya..."

Masih dengan wajah percaya diri yang entah mengapa membuat Ferrene semakin percaya tentang semua pembicaraan sebelumnya, Clarenne menjawab pertanyaan Ferrene.

"Tentu saja, aku membacanya di buku-buku yang disimpan di rumah Riafene!"

Ferrene mengingat kembali sosok gadis yang menjadi teman dekat kakak perempuannya ini.

"Riafene anak kepala desa itu?"

Clarenne mengangguk.

"Itu benar. Selain itu, aku juga membaca banyak buku lain dari koleksi buku yang Tuan Curt miliki, kau tahu."

Ekspresi Clarenne seakan meminta pujian, tetapi Ferrene mengabaikan itu dan hanya mencubit hidung kecil kakak perempuannya itu.

"Agh!"

'Riafene... Aku ingin tahu apakah dia dan teman-teman lain dari desa berhasil selamat dari kejaran tentara Iblis?'

***

Di suatu tempat di gurun Sandfield.

Di hamparan pasir kuning yang bersuhu panas, terdapat sebuah lembah kecil.

Terdapat sebuah lorong besar yang terbentuk secara alami di dalam sana.

Namun, ada jejak peradaban di tempat itu pada saat ini.

Disisi dinding lorong yang besar, barisan obor diletakkan sebagai sumber cahaya.

Lorong itu cukup panjang dan lembab. Di tengah jalan lorong, terdapat danau bawah tanah dengan mata air yang jernih.

Tempat ini sekarang telah menjadi tempat perlindungan bagi anggota ras Oni yang selamat.

Meskipun pencahayaan dan sumber makanan masih menjadi masalah yang belum diselesaikan bagi mereka, mereka hidup cukup layak di tempat ini.

Lebih jauh di dalam lorong, kelompok 5 orang Oni dengan persenjataan lengkap kini sedang menjelajah. Salah satu dari mereka memetakan semua jalan yang telah mereka lewati diatas kulit binatang.

Seorang pemuda Oni yang berjalan di depan dan membawa obor berbalik kearah kelompok setelah menemukan sesuatu di depan sana.

Dia khususnya menoleh kearah pria Oni kekar yang memiliki luka di sisi kiri wajahnya dan sebuah tanduk yang patah.

"Kakak Gallim, aku menemukan pintu didepan sana! Pintu yang sangat besar."

Gallim langsung menoleh dengan wajah terkejut.

"Pintu? Di tempat seperti ini?"

Pria Oni pembawa obor mengangguk dan mulai mengajak yang lain untuk mengikutinya.

"Itu Kakak! Lihatlah itu..."

Setelah berbelok ke kanan, mereka semua dihadapkan dengan sebuah pintu logam besar setinggi 20 meter. Pintu itu berwarna logam kehijauan dengan ukiran aneh diatasnya yang memiliki dua sisi yang berbeda.

Pintu di kanan memiliki ukiran sebuah planet bulat yang disinari oleh cahaya matahari dan bulan dan terlihat damai, sementara pintu di kiri memiliki ukiran planet penuh sayatan dan terlihat penuh kekejaman. Tidak ada sumber cahaya bagi planet yang satu ini.

Gallim mengerutkan kening.

"Pintu apa ini?"

Isekai Mom - They Are My ChildsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang