1

2.8K 33 0
                                    

Daun-daun kering itu satu persatu berguguran dari pohonnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daun-daun kering itu satu persatu berguguran dari pohonnya. Bukan karena angin, hujan atau apapun. Tetapi karena memang sudah waktunya musim gugur.

Begitu juga dengan kematian Austeen, segala sesuatu yang menjadi penyebab kematiannya adalah melainkan sudah suratan takdir jika kematian Austeen sudah pada waktunya.

Walau sudah mencoba untuk berusaha untuk ikhlas namun tetap hati Deana menolak, kehilangan Austeen begitu mengguncangan jantungnya, walau Austeen tidak terlahir dari rahimnya sendiri, karena ia terlahir dari rahim mendiang istri pertama suaminya. Tetapi bagi Deana Austeen sudah seperti anak kandungnya. Ia tidak pernah membeda-bedakan kasih sayangnya dengan kedua anak kandungnya sekalipun yaitu Serena dan Seara.

Tak ubahnya Deana, Austeen pun demikian, yang ia tak mengganggap Deana sebagai ibu tirinya melainkan sudah seperti ibu kandungnya, juga seorang Kakak untuk kedua adik tirinya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintupun langsung membuyarkan lamunan Deana.

Terbukalah pintu kamar Deana, muncul wajah Rose maid pribadinya juga Ivar yaitu tangan kanan mendiang Austeen yang begitu sangat dipercayai.

"Permisi Nyonya, semuanya sudah siap" Kata Ivar

Rose pun segera membantu Deana untuk beranjak dari duduknya, begitu juga Rose membantu membenarkan syal yang bertengger dipunggung Deana karena cuaca diluar cukup dingin.

Rose dan Ivar begitu prihatin melihat keadaan Deana, yang terlihat begitu terpukul kehilangan putra sulungnya.

Setelah berbagai macam rangkaian acara pemakaman Austeen Simon pun telah selesai. Bukan hanya segenap keluarga ataupun teman. Bahkan semua pegawai dan pelayan yang bekerja dengannya begitu kehilangan sosok Austeen.

Seara tak hentinya menitikan air matanya. Serena sebagai Kakak yang hanya terpaut dua tahun lebih tua darinya berusaha terus menerus menenangkan adik bungsunya itu.

"Ayo Seara kita pulang" Ucap Serena sambil merangkul punggung Seara.

Seara menggelengkan kepalanya. "Kakak pulang duluan saja, aku masih ingin disini"

"Cuaca diluar sangat dingin, aku tahu kau merasa kehilangan Kak Austeen, tapi kau tidak boleh terus meneurus seperti ini Seara"

"Sudahlah Kak, Kakak pulang duluan saja, lagi pula setelah ini aku masih ada urusan diluar" Balas Seara

Serena mengehela nafasnya. Ia pun memutuskan mengalah untuk pulang duluan karena cuaca semakin dingin. Disertai semua orang sudah mulai meninggalkan pemakaman.

Orang-orang merasa prihatin melihat Seara yang masih tinggal seorang diri.  Orang mengira Seara merupakan orang yang paling terpukul atas kematian Austeen.

Namun yang sebenarnya terjadi adalah Seara begitu kehilangan kekasih hatinya.

Kekasih yang membuat ia hari-hari nya begitu berwarna. Kekasih yang tidak diketahui oleh semua orang, bahkan mereka harus sembunyi-sembunyi untuk pergi bersama dan menghabiskan waktu bersama.

Seara pun beranjak berjalan perlahan meninggalkan pemakaman yang sudah sepi.

Seara menyusuri jalan sendirian, jalan yang ia sering lalui bersama kekasih yang telah pergi meninggalkanya untuk selama-lamanya.

Langkah kakinya terhenti saat melihat kedai icecream yang sedang tutup tepat didepannya. Namun yang Seara lihat adalah melihat dirinya tengah duduk bersama laki-laki pujaan hatinya.

"Kau harus mencoba icecream punyaku" Ucapnya

Seara menggelengkan kepalanya. "Tidak mau, icecream yang kau pilih itu rasa rumput, tidak enak!"

"Rasa rumput ? Memangnya kau pernah makan rumput?" Tanyanya lagi.

Seara tekekeh. "Belum, ya tapi kan dari baunya saja sudah tercium!" balas Seara diikuti kekehan lagi.

"Makanya kau harus mencobanya dulu, ini rasanya enak" Ucapnya dengan terus membujuk Seara untuk mencicipi icecream miliknya.

Tubuh Seara tiba-tiba tersenggol oleh seseorang.

"Hei kau jangan menghalangi jalan orang!" Ucap orang tersebut dengan kesal.

Namun Seara hanya terdiam dengan wajah datarnya tanpa menanggapi orang tersebut yang  sudaj melanjutkan perjalanannya.

Seara menghela nafas panjangnya, kemudian ia melanjutkan langkahnya meninggalkan kedai icecrem yang penuh kenangan.

Hati Seara semakin bergetar, tubuhnya semakin lama terasa begitu dingin, saat ia tiba ditempat tujuan yaitu disebuah bangunan yang bertuliskan Rowan Pharmacy.

Seara beberapa kali mengambil nafas untuk mengisi paru-parunya yang terasa begitu sesak.

Dengan berat ia berusaha melangkahkan kakinya untuk membuka pintu bangunan tersebut.

Bunyi detringan bel karena pintu terbuka itu pun membuat pemilik bangunan itu langsung beranjak dari duduknya untuk mengetahui siapa yang masuk.

Saat mengetahui adalah seorang gadis yang ia kenal dengan cepat ia mengampirinya dan langsung memeluknya.

"Paman..." Lirih Seara yang tak lama dari itu menumpahkan semua tangisannya dipelukan Paman Rowan sipemilik pusat obat-obatan di kota tersebut.

Rowan mengelus lembut punggung Seara, menenangkannya.

"Paman dia tidak salah, dia tidak membunuh, dia tidak mungkin membunuh Kakakku. Ini tidak adil paman!" Ucap Seara disela tangisannya.

Rowan terus menenangkan Seara. "Paman juga sangat tahu, dia tidak mungkin melakukan hal itu. Sudahlah  kau harus tenang dulu"

Seara melepaskan pelukan dari Rowan. Ia mengusap wajahnya mengahapus air matanya.

"Aku harus mengetahui siapa sebenarnya yang membunuh Kakakku, dan akan kubuktikan jika kekasihku tidak bersalah, dan dia hanya korban fitnah dalam masalah ini" Ucap tegas Seara dengan wajah yang penuh keyakinan.

Seara memegang lengan Rowan.

"Paman jangan tinggal diam juga, Paman harus buktikan jika keponakan paman tidak bersalah. Ayo  Paman kita harus menyelesaikan masalah ini" Ucap Seara.

Rowan hanya tersenyum sambil mengangguk.

___________________________________________

___________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See you from mamak rumput 🌱

THE SIMON (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang