14

350 21 7
                                    

Seara terduduk di balkon kamarnya, sambil menatap langit yang cerah penuh bintang, melihat bintang - bintang yang bertebaran membuat ia teringat masa kecil bersama ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seara terduduk di balkon kamarnya, sambil menatap langit yang cerah penuh bintang, melihat bintang - bintang yang bertebaran membuat ia teringat masa kecil bersama ibunya.

"Ibu bagaimana cara menghitung semua bintang itu?" Pertanyaan itulah yang sering ia tanyakan pada ibunya.

"Untuk menghitungnya kita harus terbang" Jawab Deana sambil tersenyum sambil mengelus rambut Seara.

Mendengar jawaban dari sang ibu, membuat Seara menyita banyak perhatian, bagaimana ia agar bisa terbang tinggi seperti burung, bisa melihat hamparan tanah, dan rumah-rumah, tentu pikirnya itu adalah hal yang sangat indah. Sebab itu Seara selalu bertanya pada setiap orang yaitu pada Ayahnya Marvin, pada Kakaknya Austeen serta pada Rose asisten ibunya. Bagaimana cara agar bisa terbang.

Namun kini cara pandang Seara berbeda lagi. Bintang - bintang gemerlap di langit itu adalah gambaran arwah manusia yang telah mati, yang menatap bumi dengan segala kerinduan.

Seara tak henti-hentinya memandang langit yang gemerlapan itu. Hatinya bertanya dimana gerangan bintang yang mewakili Ayahnya, atau disisi mana bintang yang mewakili Kakaknya. Dan dimana gerangan bintang yang mewakili seseorang yang pernah membuat ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, seseorang yang membuat ia merasakan dunianya begitu berwarna, dan menjadi mendung hingga gelap.

Seara menggeserkan padangannya pada langit belahan timur ada bintang dengan cahaya kekuningan.

"Mungkinkah itu kau rafa?" Gumamnya.

Terdengar suara pintu kamarnya terbuka, namun Seara tetap dengan posisinya. Suara langkah kaki itu pun mendekat kearahnya.

"Seara kau belum tidur?"

Sudah ia duga itu adalah suara dari suaminya, Nathan.

Seara tak menjawab, ia masih terdiam dengan memandang langit, namun bintang yang ia tandai itu kini lenyap diantara ribuan bintang kecil.

Kemana bintang yang tadi? Kenapa menghilang?

Mata Seara menyapu mencari-cari bintang itu namun ia benar-benar tidak menemukannya.

"Seara, maafkan aku tadi aku baru saja mengurus pemakaman Sananta anak buahku" Ucap Nathan.

Melihat istrinya yang tak kunjung menjawab, Nathan pun mendekati kursi untuk melihat wajah istrinya.

"Seara..." Ucap Nathan.

Dengan perlahan Seara pun mendongkakkan wajahnya menatap datar wajah suaminya.

THE SIMON (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang