Jari-jari lentik itu menari-nari diatas tuts-tuts putih yang bejejer rapi. Dentingan piano pun mengalun indah.
Nathan berdiri melihat Seara yang tengah memainkan piano kesayangannya. Nathan pun tiba-tiba berjalan mengambil biola kesayangannya, lalu ia memainkan mengikuti alunan nada piano Seara.
Seara sedikit terkejut, ia menoleh kesamping, terlihat Nathan yang sedang menggesek-gesekan biolanya untuk mengikuti nadanya.
Seara mengalihkan pandangannya kembali fokus memainkan pianonya. Kini mengalunlah buaian-buaian indah nada-nada melody perpaduan antara piano milik Seara dan biola milik Nathan.
"Kau dengar alunan musik itu?" Tanya maid wanita yang berambut coklat.
"Iya" Jawab maid wanita yang berambut blonde
"Aku jadi tidak percaya pada gosip yang beredar itu"
Maid berambut blode itu mengkerutkan keningnya.
"Gosip apa maksudmu?""Katanya pernikahan tuan Nathan dan nyonya Seara tidak harmonis seperti pernikahan tuan Justin dan nyonya Serena"
Ia langsung terkekeh. "Kau percaya pada gosip murahan seperti itu? Lihatlah sekarang mereka sedang berduet memainkan alat musik favorit mereka, bukankah ini terdengar romantis. Aku juga tahu nyonya Seara dan tuan Nathan memang jarang menampakan keromantisannya didepan banyak orang. Tapi mungkin mereka punya cara tersendiri seperti sekarang ini"
Maid itu pun memfokuskan mendengarkan alunan musik itu, bahkan wajahnya seperti terbuai masuk kedalam alunan tersebut.
"Ahh...benar juga katamu. Tapi apakah kau sadar jika melodinya terdengar seperti seseorang yang tengah merindu"
"Memangnya kau mengerti soal musik?"
Maid yang berambut coklat itu pun tersenyum lebar pada teman disampingnya. "Tidak" jawabnya yang kemudian diikuti kekehan bersama.
Alunan nada perpaduan dari piano dan biola membuat siapa saja yang mendengarkannya, terdengar candu, hingga semakin lama alunan nada nya semakin cepat, jika ada seorang maestro mungkin seorang maestro itu pun akan mempercepat gerakan tangannya.
Jari-jari Seara bergerak cepat dan lincah, begitu juga dengan gesekan biola Nathan yang mampu mengimbangin kecepatan nada piano Seara. Hingga kecepatan nada itu akhirnya sampai dipenghujung, Seara dan Nathan pun langsung menghentikannya.
Seara langsung menunduk mengambil beberapa kali nafas cepat, Nathan langsung menyimpan biolanya dan memeluk Seara dari belakang.
Seara masih terdiam dengan masih mengatur energinya yang cukup terkuras hanya karena memainkan satu buah lagu saja.
"Croatian Rhapsody" bisik Nathan, menyebutkan judul musik intrumental yang telah mereka mainkan barusan.
Seara menghela nafas panjangnya, ia memegang tangan Nathan yang masih memeluk pada dadanya sambil tersenyum.
Ia beranjak berdiri dan membalikan badannya menatap Nathan.
"Bagaimana apa kau sudah memutuskan? Apakah Irene sudah ditemukan?" Tanya Seara dengan tenang diikuti senyuman manisnya.
Seketika wajah Nathan langsung menegang kembali saat Seara bertanya mengenai hal itu. Pertanyaan itulah yang selalu Nathan takutkan selama berhari-hari. Rasa tak nyaman juga rasa bersalah pada Seara.
"Aku akan membantumu jika kau kesusahan mencari dia" ucap lagi Seara.
"Seara..." Lirih Nathan
Jika beberapa hari yang lalu Seara masih kecewa dan marah pada Nathan, sehingga Seara mendiamkan Nathan. Namun setelah Seara berpikir dengan hati yang tenang, dan pikiran yang lebih jernih.
Seara merasa justru dirinyalah yang merebut Nathan dari Irene walau secara tidak langsung ini bukan keinginannya,dan telah merebut seorang Ayah dari bayi kecil yang tidak tahu apa-apa.
Seara berniat jika Irene sudah ditemukan, ia akan benar-benar merelakan dan melepaskan Nathan untuk Irene.
"Tapi aku boleh minta sesuatu padamu?" Tanya Seara
Nathan mengerutkan keningnya bingung.
"Sebelum kita bercerai dan kau akan kembali pada Irene. Aku ingin kita menjalani pernikahan sesungguhnya layaknya suami istri, berseperti aku ingin membantumu dalam menyiapkan keperluanmu, pergi bersama keluar walau hanya menemaniku membeli icecream di kedai" ucap Seara sambil tersenyum menampakan lesung dipipinya.
Hati Nathan seketika bergetar, dadanya terasa begitu sesak mendengar kata-kata dari Seara, rasanya ia menjadi manusia paling jahat didunia. Nathan begitu menyesal andaikan saja dulu ia menolak perjodohan ini, ia tidak akan kehilangan Irene dan bayinya, begitu juga dengan Seara yang tidak akan tersakiti olehnya.
Andaikan saja waktu bisa diulang kembali...
Andaikan saja...
Andaikan...
"Apa kau akan memaafkan manusia paling jahat didunia ini Seara?" Tanya Nathan dengan suara paraunya.
Seara terkekeh. "Kenapa kau berkata seperti itu? Tidak ada jahat disini. Ini hanyalah takdir."
Seara menundukan wajahnya. "Maafkan juga jika malam itu aku keterlaluan kepadamu dan mendiamkanmu selama beberapa hari. Waktu itu aku terlarut dalam emosi"
Nathan dengan cepat mendekat pada Seara, dan menangkup wajah cantik istrinya. Nathan menggelengkan kepalanya. "Tidak Seara. Bahkan jika kau mau menghukumku pun aku siap. Karena ini murni semua kesalahanku"
Nathan langsung memeluk Seara, dengan ragu Seara pun membalas pelukan Nathan. Seara pun akhirnya menyandarkan kepalanya pada dada Nathan mencari kenyamanan. Tanpa disadar Nathan pun
Seara sekarang bukan anak remaja lagi, ia sudah dewasa, harus bersikap dewasa, dan tidak boleh egois. Jika ingin bersikap egois bisa saja Seara memerintah anak buahnya untuk menghilangkan Irene, agar ia dapat memiliki Nathan seutuhnya, namun Seara tidak ingin melakukan itu semua. Biarlah agar semua masalahnya cepat terselesaikan.
______________________________________
See you from mamak rumput🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIMON (END)
Fantasy21+ !!! "Aku istrinya, tapi kenapa aku merasa bahwa akulah orang ketiga diantara mereka" ~Seara Simon