9

409 28 3
                                    

Deana merapikan penampilannya terlebih dahulu, sebelum ia kembali kedalam ruangan pesta dan kembali bergabung dengan yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deana merapikan penampilannya terlebih dahulu, sebelum ia kembali kedalam ruangan pesta dan kembali bergabung dengan yang lain.

Ia telah mengakhiri pembicaraannya dengan Shayne, karena mendengar
suara decitan meja diluar ruangan. Deana dan Shayne takut jika diluar ada orang yang menguping pembicaraannya.

Deana pun berjalan menghampiri keluarga Tjoe A On yang tengah mengobrol serius.

"Ada apa nyonya Welmi?" Tanya Deana

"Ah ini, Nathasya tiba-tiba saja dia bilang tidak enak badan dan ingin pulang" Jawab Welmi yang merasa tidak nyaman pada Deana.

"Astaga, akan ku panggilkan dokter, ayo tidak usah pulang, aku sudah menyiapkan kamar tamu juga khusus untuk kalian" Jawab Deana yang mendekati Nathasya.

Namun Nathasya malah menampakan wajah gelisahnya.

"Tidak perlu nyonya" Jawab Nasthasya gugup

"Padahal usianya sudah dua puluh tahun, tapi tetap saja anak ini tidak bisa tidur jika bukan dikamarnya sendiri" Jawab Welmi

Deana terkekeh. "Oh ya? Astaga Nathasya, bagaimana jika kau menikah nanti, dan suamimu mengajakmu pergi dari rumahmu?" Tanya Deana sambil memegang pundak Nathasya

Welmi, Deana, dan yang lainnya malah ikut tertawa dengan hal tersebut. Sedangkan Nathasya tetap dengan wajahnya yang gelisah dan tak nyaman.

Setelah berbagai rangkaian acara pesta pernikahan kedua putri Simon pun telah selesai, semua para tamu sudah pulang tak bersisa. Sekarang hanyalah ada puluhan maid tengah membereskan kembali Mansion milik keluarga Simon tersebut.

Deana yang seharusnya segera beristirahat, namun ia malah mundar mandir sejak tadi di kamarnya.

Pertemuannya dengan yang Shayne yang begitu tiba-tiba membuatnya tidak bisa tidur sama sekali. Deana tidak pernah membayangkan jika ia akan bertemu lagi dengan Shayne setelah puluhan tahun lamanya.

Dan yang membuat Deana lebih terkejut adalah jika dokter Rafael Struick itu ternyata adalah keponakannya Shayne.

Deana mengelus-ngelus lehernya, tiba-tiba ia teringat dengan deruan nafas Shayne, dan kumis tipis yang menyentuh kulit lehernya, serta beberapa kecupan yang Shayne lakukan pada lehernya membuat Deana bergidik merinding.

Astaga Deana, apa yang pikirkan! Shayne hanya masalalumu, bukankah kau sudah terlalu tua untuk memikirkan hal-hal seperti itu!

Namun pikiran Deana juga tak lupa dengan kalimat yang Shayne katakan, jika keponakannya hanyalah korban, dan ia malah menyuruh datang ke sebuah tempat jika ia ingin mengetahui siapa pembunuh Austeen sebenarnya.

Deana memijit keningnya yang terasa pening. Bagaimana jika apa yang dikatakan Seara dan Shayne itu benar, jika dokter Rafael bukanlah pelakunya, dan pembunuh Austeen sebenarnya adalah orang lain. Apa yang ia harus lakukan karena telah menghukum orang yang tidak bersalah.

THE SIMON (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang