4

572 27 0
                                    

Semua para pelayan berserta semua keluarga dan kerabat The Simon begitu takjub saat Serena dan Seara turun dari tangga dengan gaun yang indah, ditambah kecantikan perpaduan dari kedua orang tuanya yaitu Marvin Simon dan Deana Hayes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua para pelayan berserta semua keluarga dan kerabat The Simon begitu takjub saat Serena dan Seara turun dari tangga dengan gaun yang indah, ditambah kecantikan perpaduan dari kedua orang tuanya yaitu Marvin Simon dan Deana Hayes.

Perbedaan usia yang tidak terpaut jauh menyebab Serena dan Seara seperti layaknya saudara kembar.

Tak lama dari itu rombongan dua keluarga yaitu keluarga Hubner juga keluarga Tjoe A On akhirnya datang berbarengan.

Wajah Serena begitu merona saat ia melihat Justin Hubner putra bungsu keluarga Hubner yang akan menjadi calon tunangannya.

Begitu bahagianya dia, laki-laki yang sering ia curi- curi pandang yaitu sebagai rekan bisnis mendiang kakaknya, dan ternyata Austeen juga  memilih Justin sebagai calon adik iparnya.

Bukankah ini sebuah kebetulan dan keberuntungan dijodohkan dengan laki-laki idaman sendiri. Yang membuat Serena lebih bahagia bahwa cintanya tidak sendiri, Justin pun membalas cintanya.

"Apakah kau bahagia Serena?" Tanya Justin pelan disela dansa mereka.

"Tentu" Jawab Serena tersenyum. Mana mungkin ia tidak bahagia, karena Justinlah laki-laki yang ia inginkan.

"Austeen pasti ikut bahagia disana, karena melihat kita berdua bahagia"

Serena kembali tersenyum dan mengangguk setuju.

Dibalik rasa bahagianya Serena, namun ada seseorang yang justru tak merasakan apapun. Moment yang harusnya justru diidamkan semua wanita, namun Seara malah merasakan rasa hambar, bahkan jika bisa memilih, lebih baik moment ini tidak terjadi saja jika bukan dengan Rafael orangnya.

Andaikan saja Kakaknya tidak mati, maka kekasihnya pun tidak akan mati. Mungkin rasa yang ada didalam Seara pun tak akan ikut mati. Bahkan kini ia yang sedang berdansa dengan Nathan, laki-laki yang sudah menjadi tunangannya satu jam yang lalu, rasanya begitu hambar, tidak ada gejolak apapun yang dirasakan.

Bahkan dari awal acara hingga kini, berdansa pun Seara tidak mengeluarkan sepatah kata pun pada Nathan, begitu juga dengan Nathan, ia hanya mengikuti semua alur perjalanan acara dengan wajah datarnya.

Disaat yang lain tak ada yang menyadari dengan pasangan Seara-Nathan, namun ternyata ada sosok ibu yang langsung menyadari dengan keadaan anaknya, disepanjang perjalanan acara melihat sikap Seara yang berbanding terbalik dengan Serena yang begitu terlihat bahagia.

Deana tetap bersikap semestinya, walau dalam hatinya sudah tidak sabar ingin berbicara pada putri bungsunya tersebut.

Setelah berbagai rangkaian acara pertunangan dengan dua keluarga sekaligus. Disaat semuanya harus beristirahat, dengan tidak sabarnya Deana ingin mengunjungi kamar Seara.

Seara begitu terkejut dengan kedatangan Ibunya diwaktu yang diperuntukan untuk istirahat.

"Ibu..." Ucap Seara yang seraya akan bersiap hendak tidur, melihat kedatangan ibunya yang sudah bergaun tidur juga.

Deana tersenyum, ia berjalan untuk duduk diranjang milik Seara, begitu juga Seara yang ikut duduk disebelah ibunya.

"Kenapa ibu belum tidur?" Tanya Seara.

Deana tersenyum lembut, "ibu tidak akan bisa tidur, jika belum menanyakan hal ini kepadamu Seara" Ucapnya.

"Menanyakan apa bu?" Tanya bingung Seara.

"Ibu hanya ingin tahu apa yang kau rasakan nak, kau bisa saja menipu semua orang dengan raut wajahmu yang ini" Ucapnya sambil memegang wajah pipi Seara.

"Tapi tidak dengan ibumu ini, sebenarnya apa yang kau rasakan dengan pertunangan ini, apakah kau tidak menghendaki perjodohan mu dengan putra sulung keluarga Tjoe A On ini?"

Seara sedikit terkejut dengan ucapan ibunya tersebut, namun sebisa mungkin ia berusaha untuk terlihat tenang, walau sebenarnya dadanya berdebar.

Seara tersenyum getir. "Bu, kalaupun aku menolak perjodohan ini sedari awal apakah ibu akan menyetujuinya?"

"Seara sayang, kau tentu tahu jika perjodohan ini adalah keinginan mendiang kakakmu, dan ibu juga paham tidak mungkin kakakmu menjodohkan kalian tanpa alasan. Sebagaimana sikapnya pada kalian yang sudah seperti adik kandungnya sendiri, ibu yakin jika Justin dan Nathan lelaki pilihan untuk kalian, sebagaimana Austeen sudah mengenal dekat Justin dan Nathan sebagai teman sekaligus rekan bisnisnya"

Deana yang selalu mengajarkan tatakrama, sopan santun adalah bagian utama, Deana yang selalu menasehati anak-anaknya penuh kesabaran serta kelembutan. Sehingga membuat anak-anaknya tidak pernah berani marah, apalagi menaikan suaranya sedikitpun, bahkan ketika Serena dan Seara berumur tujuh dan lima tahun, yang bertengkar karena berebut anak kucing putih hadiah dari rekan bisnis Marvin, membuat Marvin sakit kepala hampir memarahi mereka, namun ternyata dengan kesabaran dan kelembutan Deanalah yang berhasil menenangkan mereka.

"Dari semua kalimat yang ibu ucapkan, bukankah jawabanku sudah tidak diperlukan lagi bukan?" Ucapnya Seara dengan tenang dengan senyuman tipisnya, senyuman kebohongan yang menutupi semua kegundahan hatinya.

Deana menghela nafasnya, mendengar jawaban dari putrinya, ia tahu Seara mengucapkan dengan biasa saja, tapi Deana juga paham dengan perasaan putri yang tidak menghendaki perjodohannya ini.

"Apakah sebelumnya sudah ada laki-laki yang sudah singgah dihatimu Seara?"

Seara meletakan kepalanya di atas pangkuan ibunya.

"Aku sudah bertunangan, dan dalam sepuluh hari lagi, aku akan menjadi istri seseorang bu. Aku rasa hal ini tidak ada gunanya lagi" Ucap Seara

Deana mengelus lembut rambut Seara, walaupun disituasi sekarang bukan keinginan Seara, namun sebagai sosok ibu, Deana ingin benar-benar tahu isi hati putrinya, apa yang ia rasakan, apa yang ia inginkan, meskipun jika ia mengetahuinya itu akan menjadi terbaik atau bukan untuknya.

"Siapa laki-laki itu nak, apakah dia seorang bangsawan seperti kita? Pembisnis? Atau—"

"Dia sudah pergi ibu, dia sudah meninggalkanku, meninggalkan dunia ini selama-lamanya" Potong Seara cepat tak terasa air matanya jatuh begitu saja, membasahi gaun tidur Deana.

"Maksudmu dia sudah mati?" Tanya Deana terkejut.

Seara mengangguk lemah.

"Boleh ibu tahu siapa nama laki-laki itu?" Tanya Deana yang semakin penasaran.

Seara terdiam lama, namun Deana masih menunggu jawaban dari Seara.

"Laki-laki yang dibenci oleh semua keluarga Simon bu" Jawab Seara yang kemudian isakannya tak bisa ia tahan lagi.

Seara semakin menenggelamkan wajahnya di pangkuan ibunya. Isakannya semakin menjadi jadi, seperti mengeluarkan sesuatu yang sudah lama terbendung.

Sedangkan Deana langsung terdiam membeku, jantungnya berderu lebih kencang saat mengetahui laki-laki yang mengambil hati putrinya itu, yaitu pembunuh anak sulungnya, sekaligus dokter pribadi keluarganya yaitu Rafael Struick.

___________________________________________

See you from mamak rumput 🌱

THE SIMON (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang