Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mansion kiri yang kini menjadi kediaman Serena Simon berserta suaminya Justin Hubner tidak kalah megah dari Mansion utama, jika Mansion milik Seara bernuasa putih dengan ornamen golden, berbeda dengan Serena yang bernuasa putih yang dipadukan dengan warna merah muda warna favoritnya, dan tentu Justin sebagai suaminya tentu menyukainya.
Jika Mansion kanan milik Seara, yang terasa penuh dengan teka-teki, kecanggungan, dan membingungkan penghuninya, sehingga membuat suasana Mansion itu lebih terasa sunyi.
Berbeda dengan Mansion kiri yang terasa kebahagiaan, dan lebih hidup. Suasana ini karena Serena merasa bahagia tengah menikmati bulan madunya bersama lelaki yang diidamkannya, nuasa putih disertai merah muda membuat Mansion kiri lebih bercahaya dibandingan Mansion kanan.
Setelah acara pernikahan selesai, Serena dan Justin benar-benar menghabiskan waktu berdua di kamar. Bahkan Justin meminta pengawal untuk siapapun tidak ada yang mengganggu mereka sampai menjelang pagi besok.
Mansion yang bernuasa putih merah muda itu pun menjadi saksi bisu penyatuan sepasang pengantin. Malam itu ruangan kamar Serena dan Justin penuh dengan suara desahan, erangan-erangan dari mulut kedunya.
Mereka tak henti-hentinya, saling menggigit, mencakar satu sama lain. Mereka melakukannya berkali-kali, dengan berbagai tempat, berbagai posisi, mereka lakukan itu semua sepanjang malam. Malam itu tidak ada pikiran lain selain menumpahkan cinta hasrat dari keduanya.
Tenaga dan energi mereka sudah kelelahan, belum lama mereka mengambil nafas untuk beristirahat, namun hasrat itu sudah bangkit lagi, membuat mereka melakukannya lagi dan lagi.
Justin tak henti-hentinya mengecup leher jengjang Serena.
"Mau melakukan dimana lagi?" Tanya Justin sambil mencium, menjilat leher Serena.
Serena terkekeh sambil terengah-engah. "Bahkan semua sudut sudah kita lakukan" Jawab Serena.
"Kamar mandi?" Tanya Justin
"Tidak mau, dingin" Jawab Serena manja.
"Aku akan membuatmu kepanasan disana" Ucap Justin dimana ciumannya turun ke dada Serena.
Serena tertawa sambil menahan geli apa yang dilakukan Justin. "Ini masih jam 3 pagi, aku tidak mau mandi terlalu pagi"
"Baiklah-baiklah, kalau begitu kita lakukan diatas karpet saja"
"Kau gila!" Jawab Serena terkejut, yang tak habis pikir dengan ucapan suaminya.
Justin terkekeh melihat ekspresi Serena.
"Baiklah mari kita tidur, kita lanjutkan besok" Ucap Justin yang membawa Serena kedalam pelukannya.
Serena memeluk erat Justin, sambil menenggelamkan wajahnya di dada Justin.
Hingga sinar matahari pun menembus tirai kamar mereka, dan pada saat itu mereka terbangun untuk melakukannya lagi. Tapi entah kenapa suasana dipagi justru hasrat itu jauh lebih besar dibandingkan malam hari.
Bahkan suara ketukan pintu itu dibiarkan begitu saja. Mereka tak menghiraukan suara ketukan yang entah sudah beberapa kali terdengar. Bahkan Justin sedikit kesal karena suara itu membuatnya terasa terganggu.
"Justin....hhh" rintih Serena
"Sebentar lagi Serena..." jawab Justin yang terus mempercepat pergerakannya.
Hingga puncak kenikmatan mereka pun mereka dapatkan secara bersamaan, membuat keduanya ambruk.
Serena langsung memejamkan matanya penuh kelelahan ulah aktivitasnya semalaman ditambah pagi ini hingga membuat kakinya terasa sakit.
Justin mencium puncak kepala Serena beberapa kali, hingga akhirnya Justin pun beranjak menggunakan jubah tidurnya, untuk mengecek siapa yang sudah berani menganggu aktivitas pentingnya sepagi ini.
Justin membuka pintu kamarnya, terlihat seorang pengawal yang sedari tadi berdiri menunggunya.
Justin langsung menampakan rasa kesalnya, dan menarik kerah baju pengawal tersebut.
"Apa kau tidak tahu kau telah menganggu aktivitas seorang pengantin hah?" Ucap Justin kesal sambil menampakan tatapan mata tajamnya.
Pengawal itu tertunduk ketakutan. "Maafkan aku tuan, aku hanya ingin menyampaikan jika paman tuan menunggu tuan di tempat biasa"
"Ada hal penting yang ingin disampaikan kepada tuan" lanjutnya.
Justin terdiam menerawang, hingga akhirnya ia melepaskan cengkraman tangannya tersebut.
"Baiklah, aku akan segera menemuinya" Jawab Justin.
Pengawal itu mengangguk, dan menunduk hormat hingga akhirnya ia meninggalkan Justin sendiri.
Justin langsung membalikan badannya melihat keadaan Serena. Ia berjalan mendekati Serena memastikan Serena sudah tertidur lelap.
Justin pun melangkahkan kakinya untuk keluar kamar, dan menutup pintu dengan pelan. Hingga akhirnya ia sudah menemukan orang yang sedari tadi menunggunya.
"Ada apa paman?" Tanya Justin
Orang yang disebut paman itu pun berdiri, ia melangkahkan kakinya mendekati Justin.
"Aku sudah melakukannya tadi malam, namun gagal" Jawabnya.
Justin hanya terdiam mendengar kalimat dari pamannya itu yang bernama Jordi Amat yaitu Kakak dari Ibunya Justin.
Jordi menempuk-nepuk punggung Justin.
"Namun kau jangan khawatir nak, paman mu ini akan berusaha untuk mengamankan kepentingamu, hingga saat kau menjadi penerus The Simon, pamanmu tidak akan segan-segan menggerogoti sedikit demi sedikit hingga ia akan menghembuskan nafas terakhirnya. Demi tahta, kedudukan dan kekuasaan The Simon, kau harus bisa mengesampingkan hubungan pribadimu dengan Nathan. Janganlah kau merasa kehilangan apabila Nathan nanti terbunuh. Untuk keperluan itu telah aku siagakan strategi untuk melakukannya"
Justin terdiam mencermati untaian demi untaian yang pamannya lontarkan itu. Hingga pembicaraan itu berakhir Jordi sudah meninggalkan Justin sendirian. Namun Justin masih terdiam terpaku.
Justin pun kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya, terlihat istrinya masih tertidur lelap akibat kelelahan.
Ia kembali menaiki ranjangnya memeluk Serena dari belakang, tak lama dari itu Justin kembali mengecup beberapa kali punggung mulus milik Serena.
"Serena...ayo bangun, kita mandi" Ucap nya pelan.
"Hmm" gumam Serena yang matanya masih terasa berat
Ia pun membalikan tubuhnya mengahadap Justin. Serena tersenyum menatap wajah tampan suaminya.
"Tapi kita tidak akan melakukannya lagi di kamar mandi kan?"