Seara tengah berdandan terfokus dengan suara beberapa mobil yang masuk melalui halaman utama. Ia yang tengah duduk bercemin langsung beranjak berjalan ke arah jendela.
Seara langsung menghela nafasnya.
Benar saja keluarga Tjoe A On sudah datang.
Terdengar sang ibu juga beberapa pelayan sedang menerima tamu yang tersebut.
Seara keluar kamarnya pelan-pelan, dan mengendap-ngendap melihat, apakah Nathan juga ikut datang atau tidak, karena yang ia tahu, jika hari ini yang akan datang hanyalah Nyonya Tjoe A On, namun kemungkinan Nathan juga bisa saja ia ikut datang bersama ibunya.
Terlihat Deana yang sedang menerima beberapa hadiah dari keluarga Tjoe A On dibantu dengan beberapa pelayan.
"Dimana Nyonya Welmi?" Tanya Deana yang menyakan pada pelayan yang mengantar hadiah tersebut.
"Nyonya Welmi meminta untuk menyampaikan permohonan maaf kepada anda Nyonya, beliau tidak bisa datang karena tiba-tiba saja nona Nathasya masuk rumah sakit" Ucap salah satu pelayan dari keluarga Tjoe A On.
Deana begitu terkejut, "Apa yang terjadi dengan nona Nathasya, apakah dia sakit?"
"Bukan nyonya, nona hampir saja menjadi korban penculikan, syukurlah kejadian itu dapat digagalkan karena nona Nathasya melakukan perlawanan, namun sayang paha beliau terkena besetan pisau dari penculik tersebut"
Mata Deana membebelak mendengar penuturan tersebut. Begitu terkejutnya ia mendengar berita itu.
"Kami mohon pamit Nyonya" Ucap pelayan keluarga Tjoe A On tersebut, setelah menyelesaikan semua tugas-tugasnya.
Seara yang sedari tadi menguping dari atas, ikut terkejut mendengar kabar duka yang terjadi pada keluarga calon suaminya.
Penculikan? Siapa yang berniat menculik nona Nathasya? Apa jangan-jangan keluarga Tjoe A On mempunyai musuh?
Hmmm, jika benar sungguh mengerikan!
Seara pun langsung kembali ke kamarnya untuk mengambil tasnya. Tak lama dari itu ia langsung menuruni anak tangga, di ruang bawah utama, masih banyak pelayan yang sedang memindahkan hadiah-hadiah dari keluarga Tjoe A On.
Deana yang menyadari kedatangan Seara langsung menoleh pada Seara.
"Nah Seara kau harus datang ke Rumah Sakit, untuk menjenguk nona Nathasya"
Namun Seara malah melewati ibunya begitu saja.
"Maaf bu, aku ada urusan" Jawabnya yang menuruni tangga luar.
"Seara? Kau mau kemana? Urusan apa ?"
Namun Seara segera cepat-cepat masuk kedalam mobil, dimana Alex yang sudah bersiap stanby didepan.
"Alex cepat jalan!"
"Baik nona" Jawabnya yang kemudian menjalankan mobilnya.
"Seara!" Panggil Deana dengan kesal.
Namun percuma saja, mobil Seara sudah berjalan jauh menjauhinya.
Ada sedikit nyeri di dada, selama ia hidup sudah 22 tahun, untuk pertama kalinya Seara berdebat dengan Ibunya.
Dan untuk pertama kalinya juga Ibunya meninggikan suaranya padanya. Hanya karena ia tahu laki-laki yang ia cintai itu adalah Rafael, kenapa semua orang begitu percaya jika kekasihnya yang membunuh. Padahal kekasihnya hanya korban fitnah, yang entah siapa pelaku sebenarnya. Mata Seara menitikan air matanya mengingat kejadian semalam bersama ibunya.
"Kenapa harus Rafael? Kenapa harus laki-laki yang membunuh Kakakmu yang kau cintai itu ? Kenapa? Tidak kah ada laki-laki lain hah?" Tanya Deana kesal.
Seara menatap lekat mata ibunya, "Bu...Rafael itu hanya korban fitnah, tidak mungkin ia yang membunuh kak Austeen. Dia sudah bekerja selama dua tahun dikeluarga ini, jika memang ia berniat membunuh kakak, kenapa tidak dari dulu saja ia membunuh kakak, dan ibu pikir selama dua tahun itu kak Austeen tidak pernah sakit? Siapa lagi yang mengobati kak Austeen jika bukan Rafael. Dan kenapa bukan dikesempatan saat itulah ia melakukannya. Apa ibu tidak sadar dengan hal itu ?" Ucap Seara yang sudah berderai dengan air mata.
"Kalau begitu mana buktinya jika dia tidak bersalah? Mana ibu mau lihat bukti jika dokter muda itu bukan pembunuhnya?" Tanya tajam Deana.
Seara terus terisak tak bisa menjawab.
"Kau sendiri saja tidak bisa membuktinya bukan?"
Seara mengadah menatap ibunya. "Lihatlah bu, akan ku buktikan nanti jika sudah saatnya jika kekasihku tidak bersalah! Akan ku buat semua orang menyesal karena sudah menuduh kekasihku, akan kubuat nama Rafael Struick itu bersih kembali!" Ucap Seara tegas dengan penuh keyakinan.
Deana yang berjalan menuju pintu, langkahnya terhenti ia kembali menoleh pada Seara yang masih terhuyung menangis dilantai.
"Buktikanlah, ibu sangat menunggu jika itu memang sesuai perkataanmu" Ucap Deana yang kemudian berlalu keluar dari kamar Seara.
Seara menutup matanya, air matanya mengalir tak tertahankan lagi. Alex yang sedang mengemudi sangat tahu apa yang terjadi dengan majikannya, sesekali ia melirik melalui kaca mobilnya, namun ia hanya bisa diam.
***
Deana kini sedang duduk dikursi ruanganya sambil memijit bagian keningnya. Tak lama dari itu suara ketukan pintu terdengar, hingga Deana membiarkan orang itu masuk.
Muncul Ivar yang memberikan sapa sopan kepada Deana.
Deana menatap Ivar, laki-laki yang usianya hampir sama dengan Austeen, dan menjadi orang yang paling dipercaya oleh Austeen, karena kecekatan hingga kecerdasannya, dan Deana pun mengakui hal itu, disaat ia tak bisa menggantikan Austeen dalam beberapa hal, Ivarlah yang menggantikannya.
"Ivar apa kau sudah mendengar berita tentang nona Nathasya?" Tanya Deana memulai permbicaraan.
"Sudah nyonya"
"Aku ingin kau mencari tahu, siapa yang berniat menculik nona Nathasya, dan apa tujuan mereka. Aku tidak ingin sesuatu terjadi menjelang pernikahan kedua putriku"
"Baik nyonya, aku akan segera menyiapkan beberapa orang untuk mengusut masalah ini"
Deana mengangguk, kemudian pandangannya ia alihkan pada bingkai foto besar didinding, foto keluarga yang berisikan dirinya, suaminya dan ketiga anaknya.
Deana menghela nafas panjangnya. Andaikan saja Marvin dan Austeen masih hidup. Andaikan saja Deana bisa menghabiskan masa tua bersama suaminya, hingga bisa melihat ketiga anaknya menikah dan melihat cucu-cucunya. Namun ternyata keinginan itu digagalkan oleh takdir semesta yang lebih dulu menjemput suaminya, dan Austeenn.
Deana kembali menatap Ivar. "Dan juga Ivar, aku ingin kau mengikuti segala yang dilakukan oleh Seara, kemana pun dia pergi, cari informasi apapun yang dia lakukan dan bersama siapa orang yang ia temui"
"Baik nyonya" Jawab Ivar.
"Baiklah, kau bisa keluar sekarang"
Ivar sedikit menunduk memberikan penghormatan hingga akhirnya ia meninggalkan ruangan Deana.
Deana menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, ia berpikir apa jadinya jika tidak ada Ivar, setelah kepergian Austeen, mau tak mau ia harus menggantikan posisinya, padahal rasanya ia sudah tidak pantas menduduki posisi ini.
Pikirannya pun teringat dengan penerus posisi ini, siapakah yang akan ia pilih untuk menggantikan posisi ini Serena atau Seara? Dua-duanya sama-sama putrinya, namun siapakah yang lebih pantas untuk menggantikan posisi yang menurutnya tidak mudah ini, kepala Deana rasanya malah semakin sakit karena terlalu banyak yang harus ia pikirkan.
___________________________________________
See you from mamak rumput🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIMON (END)
Fantasy21+ !!! Cerita Fiksi dengan karakter : - Nathan Tjoe A On - Justin Hubner - Rafael Struick - Ivar Jenner - Shayne Pattynama - Jay Idzes - Ragnar Oratmangoen - Ernando - Marcelino - Sandy Walsh Selamat datang di dunia Imajinasiku...