Manis dan Pahit

275 25 2
                                    


Hari ini dua bocah yang tak beda jauh kepribadiannya sedang duduk dengan kepala yang menunduk. Sedangkan di depannya terdapat dua perempuan yang hanya memperhatikannya. Siapa lagi kalau bukan Hasya dan Nisa.

Entah mengapa hari ini tepat di hari Jum'at siang Azizi dan Lily bolos sekolah hingga tidak mengikuti kegiatan wajib pramuka. Bukannya belajar tali temali, mereka justru pergi ke mall untuk berbelanja.

Ketika nama mereka tidak ada di daftar kehadiran, wali kelas mereka segera menghubungi kedua orang tua untuk mempertanyakan keberadaan Azizi dan Lily. Hal ini dikarenakan pihak sekolah takut jika kedua anak ini hilang atau terjadi sesuatu diluar pengawasan pihak sekolah.

"Ide siapa bolos kelas pramuka?"tanya Nisa dengan raut wajah menahan amarahnya.

Tak ada jawaban yang keluar dari Azizi dan Lily, hingga Nisa kembali mempertanyakan hal yang sama. "Kenapa pergi ke mall? Lagian kelas pramuka cuman dua jam dan cuman sehari seminggu. Kalau nilai kalian jadi jelek gimana?"sambung Nisa yang membuat Hasya hanya diam di samping Nisa.

Saat ini mereka sedang berkumpul di ruang tamu yang disediakan oleh pihak sekolah. Ruangan ini berfungsi untuk berdiskusi antara orang tua dengan murid. Seperti yang mereka lakukan saat ini.

"Zizi kalau ditanya harusnya jawab, iyakan?"celetuk Hasya dengan suara lembutnya dan tidak ada raut amarah dari wajahnya. Azizi yang mendengar suara Hasya pun seketika mengangkat kepalanya untuk menatap kearah Hasya.

Hasya tersenyum tipis yang membuat Azizi mulai mengeluarkan suaranya. "Maaf Bunda, maaf Tante Nisa. Ini salah Zizi yang ngajak Lily pergi karena Zizi males ikut kelas pramuka. Harusnya Zizi engga perlu ajakin Lily pergi biar Lily engga kena hukuman dari kepala sekolah."

Ucapan Azizi yang penuh sesal membuat Hasya mengulum senyumnya, ia senang jika anaknya bisa mengungkapkan semua yang dirasakan, ia senang jika anaknya bisa menyuarakan serta mau mengakui kesalahan.

"Lily kenapa mau-mau aja diajakin Azizi?"tanya Nisa dengan tatapan yang tertuju kepada Lily yang masih setia menundukkan wajahya.

"Karna kita bedua sama-sama engga suka pramuka."jawab Lily tanpa melihat kearah Nisa.

"Kamu juga engga suka sekolah? Kamu mau jadi apa sebenernya? Di suruh bimbel ini itu engga pernah mau, padahal itu biar Mama tau kamu bisanya di bidang apa. Di suruh les renang juga engga mau, di suruh ini itu juga gak mau. Kamu sebenernya mau apa?"

Omelan dari Nisa membuat Hasya sedikit tersentak, ia pun mengusap pelan punggung Nisa agar Nisa lebih santai dalam menghadapi anaknya. Setelah itu Hasya pindah duduk ke samping Azizi seraya merangkul pundak Azizi.

Azizi yang sedikit takut karena Nisa yang memarahi Lily pun sontak memeluk Hasya dengan erat.

"Maafin Zizi ya Bunda."lirih Azizi dengan suara bergetarnya. Ia tidak kuat mendengar omelan dari Nisa yang memarahi Lily secara langsung seperti ini. Hati Azizi yang sangat lembut ini seolah ikut disayat-sayat oleh kalimat Nisa.

"Aku suka ngelukis tapi Mama selalu larang aku untuk ngelukis."

"Kalo emang suka melukis silakan aja ngelukis. Tapi Mama gak setuju kalo melukis dijadikan pekerjaan utama. Mama mau nanti kamu punya pekerjaan tetap, jadikan melukis pekerjaan sampingan, Lily."

"Tapi aku engga tau sukanya apa selain melukis."

"Makanya kamu cobain semuanya biar kamu tau!"

"Kenapa sih kamu susah banget diatur? Padahal kamu tinggal ikutin aja apa kata Mama, atau kamu mau apa juga Mama kasih. Mau ikut pilates atau ballet juga Mama carikan tempat latihannya."

Kehidupan di 2045Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang