Malam ini di ruang operasi banyak dokter yang siap melakukan pengambilan organ vital Sandra untuk didonorkan kepada orang-orang yang membutuhkan transplantasi. Di ruang tunggu terdapat Claudia dan Daniel yang sedang menemani Anggi.
Jangan lupakan Nayla yang juga ikut serta menunggu operasi besar Sandra. Mereka sama-sama terdiam tanpa memulai obrolan. Saling berdoa untuk kelancaran operasi yang dilaksanakan sejak satu jam yang lalu.
Operasi ini kemungkinan akan memakan waktu sekitar 15 jam sesuai prediksi dari Vera yang sebagai dokter torakoplastik. Operasi di mulai pada pukul 19.00 WITA dan kemungkinan selesai di jam 07.30 WITA.
Meski teman-teman Sandra tahu ini membutuhkan waktu yang lama, tetapi mereka tetap ingin menunggu Sandra di dalam sana.
Daniel mahasiswa bersetelan kaos polos dengan celana bahan berwarna hitam itu menatap kearah Anggi yang duduk di bangku sebrangnya. "Nggi, kalo nanti Sandra udah di makamkan, malamnya sebagai penghormatan terakhir gimana kalo kita nyalain lilin di halaman kampus?"tanya Daniel.
"Boleh tuh apalagi Sandra berperan penting untuk keberlangsungan lima orang."timpal Claudia yang duduk di samping Anggi.
Anggi menatap lesu kearah Daniel, "Gimana baiknya aja deh, aku beneran sekehilangan itu. Aku engga tau nantinya bakal gimana kalo Sandra udah dimakamkan."jawab Anggi dengan kepala yang menunduk.
"Dari semester satu aku bareng dia, aku sering nugas bareng, kerjain skripsi bareng, nginep bareng. Dia temen terbaik yang aku punya dan sekarang aku harus kehilangan dia untuk selamanya."lirih Anggi dengan air mata yang mengalir dari hidung mancungnya dan jatuh membasahi tangannya yang tertaut.
Claudia pun mengusap lembut punggung Anggi agar teman satu kelasnya itu bisa lebih tenang. Claudia juga merasa kehilangan karena beberapa kali pernah satu kelompok dengan Sandra. Bahkan mereka sering kumpul bersama entah di kafe ataupun di kantin kampus.
"Aku engga tau malam itu dia kenapa, aku juga engga tau alasan dia naik motornya laju tuh kenapa. Setau aku dia kalo naik motor kayak siput."
"Harusnya malam itu aku temenin dia, mungkin kalo aku temenin dia. Sekarang kita masih bisa ngobrol sama Sandra."lanjut Anggi dengan penuh sesal.
Claudia menggenggam erat tangan Anggi, "Itu bukan salah kamu, semua udah masuk ke rencana Tuhan. Kalaupun malam itu kamu nemenin dia, kalo dia udah waktunya untuk pulang, gimanapun caranya pasti akan pergi. Kamu jangan salahin diri gitu, Nggi."tutur Claudia dengan lembut.
Daniel yang tak kuasa menahan rasa sedihnya pun memilih untuk menjauh dari Anggi. Rasanya ia ingin menangis, ia tak bisa berada di situasi seperti ini.
Claudia memilih untuk mengajak Anggi ke kantin untuk sekadar menikmati coklat panas ataupun kopi. Anggi pun mengikuti saran Claudia dan pergi ke kantin. Begitu juga dengan Daniel yang mengikuti dari belakang langkah dua mahasiswi berambut panjang itu.
Sedangkan di rooftop rumah sakit terdapat Hasya yang sedang berdiri termenung dengan pandangan yang tertuju pada barisan helikopter. Dua helikopter milik rumah sakit dan tiga helikopter lainnya milik pemerintah Nusantara.
Banyak anggota kepolisian dan juga militer yang siaga menjaga area rumah sakit. Hal ini menjadi salah satu prosedur ketika ada pengiriman organ yang akan di donorkan untuk menghindari hal buruk yang akan terjadi.
Ternyata hidup itu penuh kejutan, ada yang kejutannya membuat bahagia pun ada yang membuat sedih. Hasya menghembuskan napasnya, entah sudah berapa lama dirinya berdiri termenung sendirian di sini.
Tiba-tiba pendengarannya menangkap suara langkah kaki dari sepatu heels serta suara senandung dari seorang perempuan. Tanpa melihat siapa orangnya pun Hasya sudah tahu siapa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan di 2045
RomanceHasya seorang dokter gigi yang memiliki keluarga kecil semanis coklat dan selembut sutra ternyata harus menghadapi mahasiswi yang ingin merebut suaminya. Baginya ini bukan persaingan tetapi pembasmian. Ternyata tidak selamanya kehidupan itu selalu m...