Di Minggu pagi menjadi hari yang di senangi oleh Azizi, selain karena libur sekolah, dirinya bisa jalan-jalan bersama kedua orang tuanya. Sebenarnya hari Sabtu kemarin Azizi juga libur, tetapi kemarin dirinya hanya di rumah seharian karena kedua orang tuanya yang bekerja sampai sore.
Dan hari ini mereka melakukan rutinitas pagi dengan olahraga di gym yang ada di area mereka. Sejujurnya hanya Hasya dan Aleon saja yang fokus olahraga sedangkan Azizi hanya ikut ke area olahraga untuk bermain basket.
Di area olahraga ini yang berbentuk gedung lantai lima terdapat ruang gym, ruang yoga, ruang tenis yang satu ruangan dengan tenis meja, serta lapangan badminton yang bisa digunakan untuk lapangan voly dan basket.
"Zizi main basket yaa."izin Azizi ketika mereka telah masuk ke dalam gedung tepat di lobby gedung olahraga. Hasya menengok kearah Aleon yang ada di sampingnya, "Sayang temenin Azizi, yaa."pinta Hasya yang tentunya diiyakan oleh Aleon.
"Ayo sayang main basket."ajak Aleon seraya merangkul pundak Azizi.
Mereka pun masuk ke dalam lift dan menekan lantai 2 dan lantai 3. Lantai 2 untuk ruang gym dan lantai 3 lapangan basket.
Lift terbuka di lantai 2 dan Hasya pun segera keluar dan melambaikan tangannya kearah Azizi dan Aleon. "Dadah Bunda!"seru Azizi sebelum pintu Lift tertutup.
Hasya tersenyum kemudian segera berjalan memasuki ruang gym. Sesampainya di dalam ruangan, Hasya meletakkan botol minumnya di kursi kemudian berlalu pergi menuju loker untuk menyimpan jaketnya.
Hasya pun melakukan pemanasan sebelum memulai aksinya mengangkat beban ringan untuk mempertahankan otot ditubuhnya agar tidak kendur.
Sedangkan di lapangan basket, Azizi dan Aleon mulai lari di pinggir lapangan seraya meregangkan otot tangan mereka.
"Dulu Papa suka olahraga apa?"tanya Azizi yang berlari kecil di samping Aleon. "Suka semuanya, dulu Papa sering ikut turnamen futsal sama basket."
"Kalo kamu suka apa?"sambung Aleon yang sesekali menengok kearah Azizi.
"Baru suka basket sama badminton. Kita sih cuman ada waktu di hari minggu, coba aja Papa banyak waktu pasti aku juga bisa kayak Papa waktu muda."
"Anak cewe engga boleh main futsal."
"Sekarang itu udah engga ada membeda-bedakan gender, Papa ini ketinggalan zaman."
Aleon mendengus kemudian mempercepat larinya, "Balapan lari ayo!"seru Aleon menantang Azizi. Azizi yang tidak suka ditantang pun mulai berusaha menyusul kecepatan Aleon.
Meski usia sudah 45 tahun tapi bukan berarti stamina Aleon menjadi lemah. Wajahnya saja masih terlihat awet muda apalagi kekuatan yang dimiliki Aleon, sudah pasti masih bisa lari 12 putaran tanpa henti.
Azizi menghentikan larinya ketika napasnya sudah tidak beraturan, ia langsung duduk dengan kaki yang ia luruskan. Begitu juga dengan Aleon yang duduk di hadapan Azizi dengan wajah yang penuh keringat.
"Pulang aja apa ya, Pa?"tanya Azizi karena dirinya sudah sangat lelah. Aleon menendang pelan kaki Azizi yang terbalut sepatu, "Lemah banget, baru juga lari udah cape."ejek Aleon seraya memberikan jempol terbalik ke hadapan Azizi.
"Biarinlah namanya juga anak kecil."
Aleon memberikan ekspresi mengejeknya, usia Azizi memang masih 14 tahun tapi tubuh Azizi sudah tinggi bugar seperti anak usia 18 tahun. Entah mengapa anak-anak zaman Azizi memiliki tubuh yang segar bugar tidak seperti waktu Aleon SMP yang masih seperti anak ingusan yang tidak dirawat oleh kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan di 2045
RomanceHasya seorang dokter gigi yang memiliki keluarga kecil semanis coklat dan selembut sutra ternyata harus menghadapi mahasiswi yang ingin merebut suaminya. Baginya ini bukan persaingan tetapi pembasmian. Ternyata tidak selamanya kehidupan itu selalu m...