Selalu Cantik

269 25 7
                                    


Sore ini sebelum pulang ke rumah, Aleon akan pergi ke area Nusantara 48 yang akan menjadi target program sosial di perusahaannya. Aleon tidak sendiri, ia ditemani oleh Harlan teman di kantornya yang ada di bidang Corporate Social Responsibility.

Sesampainya di area 48 mereka di sambut oleh ketua RT dengan baik. Ada beberapa warga yang ikut menyambut mereka. Setelah memberikan penjelasan atas tujuan kedatangannya, kini Aleon dan Harlan melakukan observasi skala kecil.

Harlan mencatat beberapa data atau informasi penting yang dijelaskan oleh ketua RT yang bernama Surya.

"Kalau untuk pembuangan sampah, dari pemerintah udah sediakan kotak sampah dan akan di angkut setiap dua kali seminggu, Pak."ujar Surya seraya menunjuk kearah kotak sampah yang tersedia di setiap rumah warga.

"Sebenarnya untuk lingkungan di sini, bisa dikatakan bersih. Hanya saja, memang ekonomi warga di area ini tidak stabil, Pak."lanjut Surya sesekali menengok kearah Aleon yang berjalan di sampingnya.

Aleon mengangguk paham, "Kalau untuk pendidikan gimana, Pak? Apakah anak-anak di sini banyak yang sekolah?"tanya Aleon seraya mengukir senyumannya.

"Mungkin sekitar 80% anak-anak di sini sekolah, selain karena pendidikan adalah fasilitas dari pemerintah, anak-anak yang sekolah berdasarkan kemauannya sendiri."

"Kalau untuk periksa kesehatan, kira-kira apakah masyarakat di sini rutin melakukannya?"tanya Harlan .

"Wah kalo itu sepertinya jarang, warga di sini kalo gak sakit parah ya gak mau periksa. Kalo cuman pegel linu ya paling dibiarin nanti juga sembuh sendiri."jawab Surya seraya terkekeh.

Aleon ikut terkekeh, "Iya saya juga gitu Pak, kalo cuman pegel mending tidur dulu aja. Kecuali udah muntah darah baru deh ke dokter."timpal Aleon dengan kekehannya.

"Akses air gimana, Pak? Lancarkah?"tanya Aleon yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Surya.

Area 48 memang berisi orang-orang yang tidak mampu. Namun, beberapa kebutuhan sudah difasilitasi oleh pemerintah. Seperti biaya pendidikan dasar hingga akhir ditanggung oleh pemerintah. Akses air yang tercukupi, lingkungan yang selalu dibersihkan oleh petugas kebersihan.

Kurangnya mereka adalah pekerjaan yang tidak tetap. Sekalipun mendapatkan perkerjaan tetap, mereka hanya digaji seadanya saja. Hal ini dipengaruhi oleh ijazah pendidikan mereka dan juga kemampuan yang dimiliki.

Setelah perbincangan dan melihat-lihat lingkungan sekitar rumah warga 48, Aleon dan Harlan berpamitan untuk pulang. Tanpa Aleon sadari ternyata sedaritadi ada perempuan yang sedang memperhatikannya.

Aleon yang merasa diperhatikan pun memilih untuk melambatkan langkahnya dan diam-diam memperhatikan sekitarnya. Hingga ia menghentikan langkahnya tepat di hadapan perempuan dengan ikat cepol di kepalanya.

Aleon tersenyum kala perempuan di depannya tersenyum, "Sore Pak. Apakah Bapak masih ingat sama saya?"sapa perempuan itu yang membuat Aleon mengernyitkan dahinya.

"Maaf siapa, ya?"tanya Aleon karena ia benar-benar lupa. Perempuan itu mengulurkan tangannya dan tentu di sambut oleh Aleon.

"Saya Disya, Pak. Waktu lalu ketemu di kantor polisi, Bapak memihak saya kalau saya engga bersalah."jelas perempuan itu yang bernama Disya. Iya, Disya Ibu dari Ira.

Aleon tersenyum dan mengangguk, "Oh iya saya ingat, jangan panggil Bapak. Kayaknya kita seumuran juga, panggil saya Leon atau Aleon."

Disya menatap senang kearah Aleon laki-laki yang beberapa waktu ini ia cari akhirnya ketemu juga. Sesuai janji Disya, Disya akan membuatkan kue untuk Aleon.

Kehidupan di 2045Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang