Keesokan paginya Azizi keluar dari kamar dengan seragam sekolahnya. Kemeja putih lengan panjang dengan vest berwarna biru. Bawahan Azizi memakai rok skirt sebatas lutut. Azizi juga mengenakan sepatu berwarna putih polos karena memang pada zaman ini tidak ada ketentuan terkait penggunaan sepatu bagi murid.
Ia berjalan menuruni tangga yang di sepanjang dinding terdapat pajangan bingkai foto mereka bertiga yaitu, Hasya, Aleon dan Azizi.
Azizi mengembangkan senyumnya ketika melihat Aleon duduk manis di ruang makan. Azizi pun berlari kecil, "Papa! Selamat ulang tahun, yaa!"seru Azizi seraya memeluk leher Aleon.
Azizi pun mengecup singkat pipi Aleon kemudian duduk di kursi samping Aleon.
"Semalem Papa lama pulangnya padahal aku udah siapin hadiah buat Papa."ucap Azizi seraya menyerahkan kacamata hitam yang sedari tadi ada diatas kepalanya.
"Maaf ya sayang, semalem Papa ada urusan sama Bunda."balas Aleon seraya menyampirkan poni Azizi ke belakang telinga.
Aleon memakai kacamata hitam pemberian Azizi yang membuat Azizi tersenyum senang.
"Aku kasih Papa kacamata karna Papa sering pake kacamata. Yah meski pake uang Papa juga sih belinya, hehehe."
"Makasih ya cantikk."
Azizi mengambil roti dengan selai srikaya, menikmatinya seraya memainkan ponselnya. Pagi ini seperti ada yang kurang, kemana Bundanya?
"Bunda mana Pa?"tanya Azizi seraya menolehkan kepalanya ke Aleon yang masih memakai kacamata dengan mata yang fokus membaca berita dari ponselnya.
"Masih di kamar, hari ini Bunda ke rumah sakit agak siang."jawab Aleon kemudian menyesap teh hangat yang tadi dibuatkan oleh Ine.
Azizi mengangguk, "Nanti aku pulang naik bus boleh enggak?"tanya Azizi yang tentu mendapat gelengan dari Aleon. "Enggak enggak, nanti kalo kamu hilang gimana? Emang bisa naik bus sendirian?"tolak Aleon seraya menghadapkan tubuhnya kearah Azizi.
"Ish, kan ada Ira sama Lily. Lagian kalo naik bus bikin aku hilang, harusnya Ira udah hilang duluan dong? Ira'kan udah sering naik bus."jelas Azizi berusaha untuk meyakinkan Papanya.
Hari ini rencananya mereka akan keliling kota menggunakan bus, hanya membayar lima ribu saja mereka sudah bisa berkeliling sampai di halte terakhir. Dan rencana ini yang memberikan ide adalah Lily.
"Iya tapi jangan naik bus, deh. Nanti Papa aja yang jemput."
"Kenapa sih emangnya? Masa naik bus gak boleh sih?"
Azizi menekuk wajahnya, perasaannya kesal karena selalu dilarang untuk menggunakan transportasi umum. Pergi sendiri pun juga dilarang meski hanya keluar dari area 10. Kemana-mana harus ditemanin oleh kedua orang tuanya atau dengan Ine. Sekalipun sama orang lain, kemungkinan hanya dengan keluarga Nisa saja.
"Kamu masih kecil Zi, kalo kenapa-kenapa gimana? Kamu anak satu-satunya loh, engga ada penggantinya."ucap Aleon dengan suara lembutnya agar Azizi mengerti tujuannya melarang Azizi.
"Yaudah terserah."jawab Azizi dengan ketus seraya mengambil tas bekalnya dan berlalu pergi.
Aleon memandangi punggung Azizi yang menjauhinya menuju pintu keluar. Ia mengangkat kacamata hitamnya dan meletakkannya di atas kepala. Ia pun mengambil tas ranselnya dan berjalan menghampiri Azizi yang kemungkinan sudah duduk manis di dalam mobil.
"Ya udah coba telpon Bunda minta izin dulu."celetuk Aleon ketika Azizi hanya diam saja selama perjalanan menuju sekolah. Azizi tak bergeming karena ia tahu jawaban Bundanya akan sama seperti Papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan di 2045
RomanceHasya seorang dokter gigi yang memiliki keluarga kecil semanis coklat dan selembut sutra ternyata harus menghadapi mahasiswi yang ingin merebut suaminya. Baginya ini bukan persaingan tetapi pembasmian. Ternyata tidak selamanya kehidupan itu selalu m...