Ribuan Lilin

121 18 5
                                    


Rabu, 13 Juni Pukul 08.30 WITA Sandra dinyatakan telah meninggal dunia dengan memberikan lima organ tubuhnya kepada lima pasien. Dua ginjal, satu hati, satu jantung, dan dua kornea mata. Operasi berlangsung selama 13 jam dengan lancar dilaksanakan.

Kini jenazah Sandra telah dimandikan dan telah di masukan ke peti mati. Anggi yang selalu membersamai Sandra setelah tubuh tak berdaya Sandra keluar dari ruang operasi pun kini nampak pucat saat berada di ruang pemandian.

Ia tak sendiri, ada Claudia yang menemaninya.

Anggi menatap lekat kearah Sandra yang berbaring di dalam peti mati. Memandanginya lamat-lamat sebelum petugas menutupnya.

"Aku tepati janji aku untuk donorin organ kamu ke orang yang membutuhkan. Dan sekarang, kamu harus tepati janji kamu kalo kamu bisa bahagia. Kita sama-sama bahagia ya Sand meski alam kita udah beda."lirih Anggi berusaha untuk tidak meneteskan air matanya.

"Makasih untuk hal baiknya Sandra Sadewi."

Claudia mengusap air matanya tatkala ia melihat betapa tulusnya Anggi berteman dengan Sandra. Claudia pun menarik tubuh Anggi ke dalam pelukannya ketika petugas akan menutup peti mati itu.

Tangis Anggi pecah ketika penutup itu sudah dirapatkan oleh petugas.

"Bahkan dihari terakhirnya dia di dunia, engga ada satupun keluarganya dia yang jenguk!"seru Anggi menatap nanar kearah peti mati yang kini diangkat ke atas brankar khusus.

"Sstt, kamu salah satu keluarga Sandra, Nggi. Kamu keluarga dia."ujar Claudia berusaha untuk menenangkan Anggi.

Tak berapa lama Anggi telah tenang dipelukan Claudia dan Anggi telah siap untuk keluar dari ruang pemandian jenazah.

"Kalo kamu engga siap nganter Sandra ke pemakaman, kamu bisa istirahat aja di rumah."ujar Claudia yang membuat Anggi menggeleng, "Aku kuat kok, aku mau anterin sahabat aku di tempat istirahat terakhirnya."jawab Anggi dengan tegas seraya mengusap kasar wajah lelahnya.

Kini petugas pengurus jenazah membuka pintu ruangan sedangkan di belakang terdapat Anggi di sisi depan kiri dan Claudia yang berada di sisi kanan peti. Mereka mendorong peti itu untuk dimakamkan.

Mata Anggi seketika memanas dan banjir air mata ketika melihat barisan orang-orang yang berdiri di sisi kanan dan kiri koridor. Anggi kembali menangis ketika di sana tak hanya ada dokter yang berdiri tegap, tetapi juga ada teman-teman Sandra yang juga temannya di kampus.

Claudia menatap kearah Anggi yang hanya diam memperhatikan barisan orang-orang yang sedang berduka.

"Ayo Nggi."tegur Claudia yang membuat Anggi mengangguk dan berjalan pelan di antara barisan orang-orang tersebut.

Sedangkan di salah satu barisan tepatnya di tengah-tengah terdapat Hasya dengan blazer hitam dan celana jenis cuffed pants berwarna hitam juga. Hasya menatap sedih kearah peti mati Sandra yang di dorong oleh Anggi menuju ujung koridor yang telah ditunggu oleh mobil mercedes benz hearse.

Ketika peti mati itu mendekati Hasya, Hasya menundukkan sedikit tubuhnya sebagai penghormatan terakhir dan ucapan terimakasih. Air matanya pun menetes kala mengingat beberapa momen dengan Sandra.

Momen yang tak bisa Hasya bilang bahagia, seharusnya ada sedikit momen baik antara dirinya dan juga Sandra.

"Semoga tenang dialam sana Sandra."bisik Hasya dengan suara lirihnya.

Hasya pun menegakkan tubuhnya dan ikut berjalan mengiringi peti mati Sandra menuju mobil. Begitu pula yang lainnya yang sudah dilewati oleh peti mati Sandra. Hingga peti mati itu dinaikkan ke dalam mobil.

Kehidupan di 2045Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang