Lukisan Langit Malam

293 37 3
                                    


Pagi ini terdapat huru-hara di dalam rumah Hasya. Hasya dan Aleon yang ingin berangkat kerja pun menunda kepergian mereka karena anak kesayangan super manja itu merengek ingin pergi bersama Hara.

"Tolonglah Zi jangan buat drama dulu, bisa?"pinta Hasya yang sudah rapi memakai kemeja putih dengan celana bahan berwarna hitam.

"Kalian pergi kerja, aku di rumah kesepian. Aku juga lagi libur sekolah, ini udah seminggu libur aku kesepian. Aku bosen di rumah sama Mba Ine terus."keluh Azizi dengan wajah lesunya.

"Tiga hari lagi'kan kita ke liburan, di rumah dulu bentar doang kok."bujuk Aleon seraya mengusap kepala Azizi dengan lembut.

"Tetep aja aku kesepian. Aku ikut kalian juga engga boleh. Lagian cuman main sama Kak Hara doang."

Hasya menghela napasnya dengan kasar dan memicingkan mata kearah Azizi. "Ngertiin Bunda dulu bisa enggak? Hara itu orang asing, sayang. Mana mungkin Bunda biarin kamu pergi sama dia yang bahkan Bunda engga terlalu kenal sama dia."

"Bunda ngerti kesepian apa engga? Aku kesepian Bund."balas Azizi dengan suara rendahnya tanpa melihat kearah Hasya.

Hasya hanya diam memandangi Azizi, "Aku engga punya temen kalo kalian pergi kerja. Aku tiap hari main sama Mba Ine doang. Aku ke rumah Lily juga engga boleh sama Bunda. Aku ke rumah Ira juga engga boleh. Aku harus kemana biar aku punya hiburan?"

"Aku kesepian sampe aku bingung harus ngapain, lagi."sambung Azizi dengan mata yang berkaca-kaca dan siap untuk menjatuhkan air mata bening tersebut.

"Maaf kalo aku cuman nyusahin kalian dan udah bikin drama terus."ujar Azizi dengan penuh sesal dan bangkit untuk pergi ke kamarnya.

Hasya menatap punggung Azizi yang kini sudah menjauh darinya dan hilang di balik tangga. Ia menatap kearah Aleon yang juga sedang menatap ke arahnya.

"Kamu berangkat kerja aja duluan, engga papa. Biar aku yang hibur Zizi."ujar Aleon dengan senyum manis diakhir kalimatnya.

Hasya menggigit bibir dalamnya dan matanya pun kini berkaca-kaca. Aleon yang sangat paham jika perasaan Hasya sedang campur aduk pun menghampiri Hasya dan memeluknya dengan erat.

"Mungkin Zizi lagi di masa pertumbuhan jadinya emosinya naik-turun. Hal yang wajar apalagi dia anak satu-satunya. Engga papa, nanti juga dia kembali ceria kok."ucap Aleon menenangkan Hasya yang kini sudah meneteskan air matanya.

"Gapapa sayang."ucap Aleon seraya mengusap punggung Hasya.

"Aku berlebihan ya?"tanya Hasya masih dalam dekapan Aleon.

Aleon menggeleng pelan, "Engga, ini juga wajar karna kamu cuman punya Azizi."

Rasanya menjadi serba salah sebagai orang tua. Tak ingin membiarkan anak kesayangan mereka dalam bahaya karena hanya memiliki seorang anak yang menjadi harapan besar bagi mereka. Namun, terlalu mengekang justru membuat resah seorang anak karena tidak bisa bergerak dengan bebas.

Masing-masing memiliki harapan yaitu keamanan dan kebebasan. Keduanya memiliki alasan tersendiri. Dan tentu memiliki risiko pula.

Terkadang apa yang dilakukan oleh orang tua ke anak belum tentu dipahami maksud dan tujuannya oleh seorang anak. Begitu pula sebaliknya, harapan seorang anak ke orang tuanya sudah pasti sangat dipahami oleh orang tuanya.

Salah ya?

Harusnya, harapan seorang anak ke orang tuanya belum tentu dipahami dengan baik oleh orang tua? Begini? Namun, kenyataannya orang tua lebih paham apa yang harus mereka lakukan. Mereka memiliki prinsip, "Saya lebih tau dan lebih berpengalaman daripada seorang anak.". Benar begitu bukan?

Kehidupan di 2045Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang