Sebuah sungai dengan alirannya yang cukup deras mampu membuat sebuah perahu yang berlayar diatasnya terbawa arus. Semilir angin yang berhembus kencang pun ikut menambahkan kecepatan lajunya perahu itu.
Sepasang insan di kala sore hari itu sedang dimabuk asmara. Keduanya saling menikmati waktu kebersamaan ditambah suasana disekitar yang sangat mendukung. Sang wanita menyenderkan kepalanya pada pundak sang lelaki, begitu pula diusapnya kepala wanita itu oleh si lelaki.
"Rambutmu sangat halus dan indah, Yasufumi" ucap sang lelaki yang kali ini kedua tangannya menangkup wajah sang wanita "wajah dan matamu membuatku terpaku sesaat"
Yasufumi, wanita itu menutup mulut sang pria dengan jari telunjuknya, menatap dengan lekat "jangan menggodaku seperti itu, tuan, jika tidak istrimu akan berfikir bahwa akulah yang mencoba menggodamu"
Dari wajah pindahlah kedua tangan itu menggenggam erat tangan sang wanita, menatap sepasang bola mata yang sama di depannya "itu tidak akan terjadi. Istriku orang yang baik hati, aku yakin ia akan menerimamu sebagai istri keduaku"
Seketika genggaman yang bertaut itu dilepas paksa Yasufumi, dan wanita itu menghadap ke arah lain sambil memercikkan air. Tingkahnya membuat sang lelaki heran.
"Ada apa, Yasufumi?" tanya lelaki itu pelan.
Yasufumi menolehkan kepalanya, menatap tajam ke arah sang penanya "aku tidak mau jadi istri keduamu, tuan"
"Apa maksudmu? Apa kau tidak mencintaiku?"
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Tapi bukankah kau pernah mengatakan bahwa kau telah menikah, bahkan memiliki seorang anak?" balas Yasufumi, masih dengan kegiatannya yang memercikkan air.
"Lalu ada apa masalahnya, Yasufumi?" tanya pria itu kebingungan.
Perahu saat ini telah dibuat menepi, sehingga Yasufumi melangkahkan kakinya keluar perahu terlebih dahulu. Dengan terburu-buru sang pria berusaha mengejarnya.
"Masalahnya anakmu!" Jawab Yasufumi dengan nada tinggi lalu menatap lawan bicara "anakmu yang akan menjadi masalah di pernikahan kita nanti! Dia akan menjadi penerus dari perusahaan besarmu! Sementara aku?! Aku akan menjadi ibu tirinya! Aku dan anakku nanti akan seperti seorang pelengkap saja! Anakmu yang akan berkuasa, sementara anakku tidak mendapatkan apa-apa! Bukankah itu sungguh tidak adil, tuan Ukai?!"
"Apa maksudmu, Yasufumi? Apakah kau.. Tidak mau menerima anakku?" tanya dengan suara bergetar, sungguh apa yang baru saja diucapkan oleh kekasihnya itu sangat diluar perkiraannya.
"Aku hanya akan menikahimu, apabila aku menjadi satu-satunya istrimu!" ucap Yasufumi dengan lantang.
Ukai terdiam sesaat, ditatapnya sepasang bola mata yang sama itu seakan mencari jawaban yang ingin ia dapatkan, dan yang berhasil ia dapatkan hanyalah sebuah keseriusan.
Ukai menunduk lalu berbalik arah dan berjalan perlahan meninggalkan Yasufumi yang masih ditempatnya. Pikirannya terombang-ambing, disatu sisi ia sangat mencintai Yasufumi, namun disisi lain ia sangat menyayangi anak dan istrinya.
"Kau mau kemana, tuan Ukai Ikkei?!" teriak Yasufumi tatkala melihat pria itu menjauhi dirinya dan enggan menatapnya kembali.
"Aku akan kembali. Anakku berulang tahun esok, aku harus menepati janjiku untuk merayakannya bersama dengan keluarga kecilku, dan menjadikannya seorang penerus perusahaanku" balas Ukai tanpa menoleh sedikitpun dan tetap melanjutkan jalannya.
"Tapi aku akan kembali, untuk menjemput dirimu" sambungnya.
"Kau tidak bisa mendapatkan keduanya, tuan. Kau hanya bisa mendapatkan 1 dari 2 kebahagiaanmu. Yaitu menikahiku dengan syarat menceraikan istri pertamamu beserta anakmu, atau tetap bersama keluarga kecilmu dan menjadikan anakmu penerusmu dan melupakan diriku" balas Yasufumi lalu berlari meninggalkan Ukai yang masih terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏eace 𝐒tory || Haikyuu
Teen FictionAwal kisah dari sebuah ketamakan akan kedudukan dan rasa iri hati membakar diri seorang wanita yang tak ingin menjadi nomor dua suaminya. Hingga akhirnya sang suami menceraikan istri pertamanya demi memprioritaskan istri keduanya. Putra istri pertam...