9. Yaku & Tetsu

76 10 1
                                    

Tiupan angin malam berhembus dengan kencang, disusul pula oleh sang petir yang menyambar seolah malam itu dipenuhi oleh kegelapan. Suara gemuruh yang luar biasa bunyi nya dapat membuat siapa saja yang mendengarnya merasa ketakutan.

Bahkan sebuah jendela yang berasal dari kamar milik seorang gadis pun ikut terbuka karena angin yang sangat kencang. Gadis itu terduduk diam ketakutan dengan memeluk lututnya dan membenamkan dirinya diatas selimut.

"Nona Mori!!" seru salah seorang pelayan memasuki kamarnya. Pelayannya tak sengaja melihat pintu kamar sang nona terbuka, lalu menampilkan sang nona sedang ketakutan, ditambah jendela yang terbuka dengan sepoi angin yang kencang.

"Yuki? Kau kah itu?!" sahut gadis itu "kemarilah Yuki, aku sangat takut, tolong nyalakan lampu juga, temani aku disini"

Pelayan bernama Yuki itu berlari menghampiri Mori lalu mendekapnya dalam pelukannya. Dapat ia rasakan bahwa nona nya ini begitu gemetar ketakutan. Bahkan ia merasa bahwa orang yang dalam dekapannya ini sudah berkeringat sangat banyak karena ketakutan.

"Aku takut, Yuki. Aku takut kegelapan. Aku takut petir. Aku takut. Temani aku" ucap Mori yang semakin mempererat dekapan itu, hingga membuat Yuki tak bisa beranjak untuk menyalakan lampu.

"Kalian" panggil Yuki tatkala ia melihat 2 orang pelayan lainnya yang sedang berjalan di depan ruang kamar Mori "tolong nyalakan lilinnya, lampu menjadi padam karena angin yang kuat"

2 pelayan itu segera mendekat lalu menghidupkan banyak lilin di kamar sang nona. Mereka semua tau jika sang nona memiliki ketakutan berlebih dengan kegelapan.

Setelah setidaknya 15 lilin telah dinyalakan, barulah dua pelayan itu meninggalkan kamar Mori. Yuki masih berusaha menenangkannya dan mengatakan akan baik-baik saja "tenang saja nona Mori, aku akan menemanimu, kau jangan khawatir"

"Kembali lah tidur nona Mori, besok anda akan segera menikah" sambung Yuki, masih dengan membelai surai milik Mori "bukankah anda ingin melihat siapa calon suamimu?"

Keadaan kembali sunyi. Tak ada lagi petir menyambar atau angin yang bertiup terlalu kencang, bahkan lampu kembali menyala seperti sebelumnya terjadi. Kini Mori baru memberanikan diri untuk melepas dekapan dari sang pelayan setianya itu.

"Sungguh kejadian tadi sangat membuatku takut, Yuki. Aku bingung dan bertanya-tanya pada diriku sendiri, mengapa aku bisa setakut itu pada kegelapan?" ucap Mori, ia berdiri dengan tangannya meraih ke arah lilin dengan tujuan mematikan lilin itu.

"Semua orang pun takut pada kegelapan, nona. Sangat wajar bila anda ketakutan seperti tadi" balas Yuki, ia mematikan lilin yang berada di sisi lain Mori.

"Kau tau, Yuki? Dalam mimpiku tadi aku memimpikan sosok suami yang sangat aku impikan sejak dulu" seru Mori kembali ke tempat tidurnya "tubuh yang gagah, pemberani, tampan, bahkan tak sedikitpun terlupakan dalam ingatanku ini"

"Aku harap orang yang berada dalam mimpiku ini akan benar-benar menjadi suamiku nanti sebagai petunjuk dari Tuhan" sambungnya "aku tak sabar menantikan hari esok"

Yuki fokus mendengarkan, sambil tersenyum ia mendekat menghampiri sang nona "nona, aku yakin kau akan mendapatkan suami yang kau impikan sejak dulu. Apakah kau sudah tahu siapa namanya, nona?" pertanyaan itu sengaja Yuki buat dengan maksud mengejek sang nona.

Mori berbalik menatap Yuki yang dimana telah menampilkan senyuman yang sangat mengejek di wajahnya "ayah jahat sekali, ia tidak memberitahukan namanya padaku dan justru memberitahunya padamu! Sebenarnya anak ayah itu aku atau kau sih?!"

Yuki tertawa. Bagi dirinya, Mori sudah seperti kakaknya sendiri. Usia mereka juga hanya terpaut 2 tahun dan dirinya ditugaskan untuk menjadi pelayannya Mori ketika usianya menginjak 7 tahun oleh sang tuan besar. Dan Mori tentu saja senang mendapatkan teman bermainnya.

𝐏eace 𝐒tory || HaikyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang