26. Anak Tak Berdosa

33 4 6
                                    

Sapuan angin dingin yang membekukan suatu pagi saat itu. Diiringi hujan salju yang lebat sehingga sebagian besar salju menutupi jalanan. Ada pula berita tentang longsornya salju di suatu tempat. Sungguh dingin layaknya musim dingin pada umunya. Bahkan suhu pun mencapai -8°C di Jepang saat ini.

Disebuah klinik desa terpencil, terbaringlah Koushi pada salah satu ruang inap disana. Dirinya masih sangatlah lemah usai melahirkan putra ketiganya. Dingin bukan menjadi rintangan bagi Koushi saat ini, justru yang ia pikirkan ialah mengenai putranya yang baru saja ia lahirkan ke dunia.

Dokter mengatakan bahwa anak itu akan dimasukkan ke dalam ruang inkubator karena detak jantungnya yang melemah. Ya, Koushi melahirkan putra ketiganya itu dalam keadaan prematur. Tadi malam ia merasakan sakit pada perutnya dan berakhir dibawa Daichi menuju klinik terdekat.

Bahkan sampai saat ini pun Koushi masih belum melihat wajah dari anaknya itu. Daichi berusaha menghibur istrinya dan mengalihkan pikirannya pada anak mereka untuk sementara waktu, tetapi fokus Koushi hanya pada anak itu saja saat ini.

"Tuanku, akankah anak kita baik-baik saja disana?" tanya Koushi dalam tatapan mata yang kosong sembari melihat ke arah jam yang menempel di dinding "sudah 3 jam lebih, bahkan anakku pun belum ada kabarnya"

Daichi mengerti perasaan istrinya. Bagi seorang ibu, hal seperti ini sangatlah menyayat hati mereka. Bagaimana mungkin mereka bisa tenang di saat anak mereka sedang menderita disana? Meski begitu Daichi tetap tidak bisa apa-apa selain menunggu kabar dari dokter yang merawat bayi mereka.

"Tunggulah sebentar lagi, Suga. Berdoa lah pada Tuhan supaya Ia menyelamatkan putra kita" balas Daichi seadanya. Jujur ia tidak bisa berbuat banyak saat ini. Ia juga mencemaskan istri dan juga anaknya.

Bagaimana juga dengan kedua anaknya yang ia tinggalkan sendirian di rumah? Yui berkata bahwa ia akan pergi malam sebelum Koushi dibawa ke klinik. Saat kontradiksi mulai terjadi, Daichi sesegera mungkin membawa Koushi dan meninggalkan kedua anaknya di rumah dalam keadaan badai salju.

"Ayah selamatkan lah ibu dan adik. Aku dan Yuuji bisa jaga diri selagi kami tetap di dalam rumah" itulah kata anak sulungnya untuk meyakinkan dirinya. Sungguh dewasa sekali pemikiran anak itu yang saat ini sudah menginjak usia 5 tahun.

Lamunannya dipecahkan tatkala seorang dokter datang membawa bayi mungil mereka yang sudah terselimuti oleh kain. Daichi langsung berdiri dan menghampiri sang dokter.

"Dokter, bagaimana anakku? Apa ia baik-baik saja?" tanya Daichi, lebih ke desak sebenarnya. Bahkan Koushi pun berusaha duduk untuk mendengar percakapan keduanya.

Dokter itu menyerahkan bayi mungil itu pada Daichi dan memberinya secarik kertas yang bertuliskan hasil diagnosa. Dengan sigap Daichi membaca tulisan-tulisan medis yang ada di kertas itu dan mulai mencernanya.

"Apa ini dokter?" ucap Daichi tak paham. Tentu saja, ia bukanlah lulusan mahasiswa dari kedokteran yang sampai mempelajari bahasa-bahasa medis seperti itu. Beda halnya dengan Tooru.

"Hasil diagnosa mengatakan bahwa jantung putra bapak akan sulit untuk berkembang, mengingat dirinya dilahirkan secara prematur. Ada kemungkinan dirinya bisa terkena berbagai penyakit yang dapat menyerang organ pernapasannya" jelas dokter itu.

Badan Daichi bergetar, mulut bagian bawah ia gigit menggunakan giginya guna menahan kesal dan tangis. Setelahnya dokter mengatakan permisi untuk melanjutkan tugasnya.

𝐏eace 𝐒tory || HaikyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang