23. Lahirnya Anak Tertua

29 4 1
                                    

Setelah 1 bulan lamanya kepergian Daichi dan kedua istrinya dari kediaman yang mewah itu, keluarga kecil itu kini tinggal dan hidup di tengah hutan. Dengan rumah yang dibangun seadanya dan sangatlah sederhana.

Saat ini Yui tengah mengambil bahan makanan berupa sayuran yang ada di hutan. Sementara Daichi, pria itu baru saja pulang dari pasar di desa sebelah untuk membeli bahan makanan lainnya.

Dan saat ini lah Koushi berdiri di sebuah dapur sederhana sembari memasak makanan yang dibawa oleh Daichi tadi. Sudah berapa hari ini rasanya Koushi pusing sekali, bahkan sangat mual.

Koushi harus memberi tahukan hal ini sebelumnya, tetapi ia masih ragu untuk menyampaikannya. Hingga saat ini ia berniat untuk memberi tahukan semuanya pada Daichi yang kebetulan saat ini sedang bersamanya di dapur.

"Tuanku, aku ingin memberi tahukan sesuatu darimu" ucap Koushi seraya menghampiri Daichi dan duduk di sebelahnya yang sedang meminum secangkir teh.

"Katakanlah"

Perlahan Koushi mendudukkan dirinya disebelah Daichi, dengan ragu ia tatap wajah Daichi yang sedang menunggu jawaban darinya "tuanku, aku.."

"Aku hamil"

Dengan mata yang melebar, Daichi tersenyum bahagia lalu berdiri dan memeluk istrinya "benarkah itu, Suga?! Benarkah itu?! Jawab aku!!" desaknya.

Koushi tersenyum lalu berdiri sembari membalas pelukan dari suaminya itu "iya tuanku, sebentar lagi kau akan menjadi ayah. Selamat ya" jawabnya.

Daichi semakin mengeratkan pelukan itu sembari menciumi pucuk surai sang istri yang tengah mengandung anak pertamanya. Hari yang sangat bahagia.

"Aku harus memberi tahukan hal ini pada orang-orang di mansion" ucap Daichi lalu dibalas anggukan oleh Koushi "sungguh terima kasih banyak Suga, terima kasih. Rasa lelah usai melakukan perjalanan ke desa sebelah menghilang karena kabar ini"

Lagi dan lagi hanya dibalas senyum oleh Koushi. Entahlah, sampai saat ini suaminya itu masih belum ia beritahu bahwa ini adalah kehamilan keduanya.

"Tetapi.." ucap Daichi yang tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi murung "bagaimana dengan kutukan itu Suga? Akankah anak-anak kita akan mendapatkannya? Sungguh aku merasa sangat takut, bahkan saat mereka belum lahir saja aku sudah mencemaskannya"

Koushi melepas pelukannya dan menatap sepasang mata suaminya dengan mengambil tangan Daichi dan mengelusnya "jangan pikirkan itu. Aku kenal dengan beberapa orang saat aku masih sekolah. Mereka adalah orang-orang yang bisa mengatasi hal seperti itu"

"Terima kasih Suga. Terima kasih banyak!" rasanya Daichi ingin menangis sekarang juga. Sungguh beruntung dirinya bisa mendapatkan wanita seperti Koushi yang mau menerima dirinya yang penyakitan, hidup sederhana dan tinggal di hutan, dan pandai dalam mengatasi berbagai macam permasalahan.

Daichi merasa sangat beruntung. Bahkan ia berfikir bahwa ia sudah terlalu banyak merepotkan istrinya itu. Tetapi ia berfikir, Sang Pencipta memberikannya wanita seperti itu pasti memiliki rencana yang lebih baik.

Disaat suasana yang mengharukan itu terpancar dari arah dapur, ternyata Yui mendengar semua percakapan mereka. Bahkan dirinya pun menjadi saksi hidup kedua orang itu sedang bermesraan bersama.

Hatinya tergores. Tanpa sadar air matanya runtuh membasahi kedua pipinya. Ia terduduk lemas sembari menghapus air mata itu lalu memegang dada kirinya "rasa cemburu yang sangat membara ini sungguh membuatku terluka. Kakak lebih beruntung daripada aku"

"Tetapi apa salahnya jika kau setidaknya mau menyentuhku, tuan Daichi! Kau bahkan sama sekali tidak pernah menyentuhku! Kau hanya mempedulikan kakak saja, kau sudah berlaku tidak adil padaku!"

𝐏eace 𝐒tory || HaikyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang