Tokyo, ibu kota dari sebuah negara maju di dunia, Jepang namanya. Kota yang padat baik bagi pejalan kaki maupun pengendara. Lalu lintas yang tertib, hingga membuat nyaman setiap mata memandang.
Gadis ini baru turun dari mobilnya, menyuruh supir pribadinya untuk menunggu lalu dengan segera ia berlarian kecil ke sebuah tempat yang dimana menjadi pertemuan mereka. Sedikit genangan air pun tak ia hiraukan karena dirinya merasa sudah sangat terlambat.
Setibanya ditempat yang dijanjikan, teman-temannya menatap dirinya, mungkin dengan sedikit kesal. Wajar saja, gadis itu memang benar-benar sudah sangat terlambat, nasib baik saja mereka masih mau menunggunya.
"Maaf telah membuat kalian menunggu, hehe" ujarnya sedikit ngos-ngosan dan mengatur pernapasannya menjadi lebih stabil. Ia tatap wajah temannya satu-persatu.
"Dasar kau ini, untung saja kami tidak meninggalkanmu"
Takeda tersenyum bersalah dengan meletakkan tangan kanannya di belakang kepala, kemudian ia langsung menarik paksa teman-temannya itu untuk segera masuk ke mall besar yang ada di Tokyo.
Satu-persatu tempat mereka kunjungi, mencari barang yang akan mereka beli, sesekali bermain permainan wahana yang menyenangkan sebagai hiburan. Hingga tak terasa waktu sudah hampir sore, yang menandakan ia harus kembali sebelum malam tiba, seperti janji yang ia buat pada ibunya.
"Gawat! Aku harus pulang!" ucapnya. Ia dengan segera berlarian kecil menuju sebuah eskalator, teman-temannya yang lain juga mengikutinya dari belakang.
"Kenapa cepat sekali, Takeda? Biasanya kau yang paling tak ingin pulang cepat" tanya salah satu temannya, posisinya ada tepat dibelakang Takeda berada.
"Kau ini lupa ya? Dia akan menikah besok, itu sebabnya calon pengantin wanitanya tidak boleh pulang terlambat untuk pernikahannya nanti" balas temannya yang lain.
Takeda hanya tersenyum kecil.
"Ah aku melupakannya! Hey Takeda, seperti apa dia?"
Takeda tersenyum, menggenggam tangannya sendiri, lalu tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang sedang ia sendiri pikirkan. Seorang pemuda yang berdiri di sebuah toko yang menjual aneka jenis topi.
"Sepertinya ia suka memakai topi" batin Takeda menatap pemuda itu yang perlahan memudar dari pandangannya.
"Hey Takeda, kau kenapa? Kenapa kau tak menjawabku?" temannya yang bertanya tadi sedikit mengguncang bahu Takeda, hingga menyadarkan sang pemilik bahu itu sendiri.
"Ah, bukan apa-apa" balas Takeda, masih dengan tersenyum "oke, bye-bye!" ia melambaikan tangannya, berlarian kecil dengan tas yang ia gantung di pundaknya. Menimbulkan tanda tanya bagi teman-temannya itu.
Sementara Takeda, gadis itu memasuki toko yang baru beberapa menit lalu di datangi oleh pemuda yang ia sukai. Ia mencari sebuah topi yang mungkin cocok jika dikenakan oleh orang itu.
Hingga seorang pelayan menghampirinya "sedang mencari apa, nona?" tanya pelayan itu menatap bingung ke arah pelanggan yang sedari tadi nampak kebingungan.
Takeda menoleh, mendapati seorang pelayan toko menghampirinya "ah! Kebetulan sekali! Apa tadi ada seorang pria yang datang kesini beberapa waktu lalu? Ia mengenakan jas berwarna abu-abu dan memakai topi berwarna hitam bergradasi putih"
Pelayan itu nampak berpikir sejenak "ah, pria itu, iya aku ingat, dia adalah langganan di toko kami. Tuan Ukai Keishin, ia sering membeli banyak topi dari sini, sepertinya ia menyukai topi" jawab pelayan itu.
Senyum Takeda kembali merekah "itu dia! Apa kau tau topi seperti apa yang sering ia beli?" tanya Takeda dengan antusias.
"Ah, tuan Keishin itu menyukai model topi yang memiliki dua warna" jawab sang pelayan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏eace 𝐒tory || Haikyuu
Novela JuvenilAwal kisah dari sebuah ketamakan akan kedudukan dan rasa iri hati membakar diri seorang wanita yang tak ingin menjadi nomor dua suaminya. Hingga akhirnya sang suami menceraikan istri pertamanya demi memprioritaskan istri keduanya. Putra istri pertam...