Sudah sekitar 4 bulan lamanya berlalu dengan damai, kini Daichi mengajak kedua istrinya untuk berlibur ke luar negeri. Rencananya ia akan mengajak istrinya untuk berlibur ke Singapura.
Ia sengaja memilih negeri itu untuk dikunjungi karena ada seseorang yang mau mengajaknya bekerja sama untuk perusahaannya. Awalnya Daichi ingin mengajak ibunya, namun ibunya itu menolak karena tak ingin mengganggu waktu putranya beserta istrinya.
Dan sekarang disinilah mereka. Di negeri yang makmur dengan rakyat yang sejahtera. Daichi telah memesan hotel untuk disinggahi selama liburan. Menghabiskan waktu bersama dengan istrinya sangatlah hal yang ia inginkan.
"Tuanku" seru Yui. Wanita itu berjalan ke arah balkon untuk menghampiri suaminya yang kala itu berada disana pula.
Daichi menoleh dan menatap wanita itu "ada apa, Yui?" tanyanya.
"Karena kita sudah berada disini, mengapa kita tidak jalan-jalan saja? Sudah 2 hari sejak kedatangan kita kesini tetapi kau belum bisa menyempatkan waktu bersama kami" jawab Yui.
"Mungkin tuan masih sibuk, Yui" sahut Koushi, saat ini ia sedang membawakan segelas kopi untuk suaminya "nanti jika urusannya sudah selesai, ia pasti akan mengajak kita pergi keluar"
Yui menatap tajam ke arah Koushi, sepertinya ia tak senang "tuanku bilang ia membawa kita kesini untuk berlibur, tapi apa kenyataanya? 2 hari disini tidak melakukan apa-apa itu sungguh membosankan!" balasnya dengan nada meninggi.
"Yui? Apa yang sedang kau bicarakan? Tuanku itu bekerja juga untukmu. Jika ia membiarkan tugasnya, mau diberi makan apa nanti kita?" ucap Koushi.
"Sudah hentikan!" tegas Daichi. Ia berjalan ke meja tamu dan duduk sembari meminum kopi buatan Koushi "pekerjaanku akan selesai pada pukul 2 nanti. Kalian bersiap-siaplah, kita akan keluar segera"
Mendengar itu Yui tersenyum senang. Setidaknya ia merasa menang melawan Koushi yang dimana Daichi mau menuruti kemauannya.
Sementara Koushi, ia hanya tersenyum dan bisa menggelengkan kepalanya melihat wanita itu terlihat sangat antusias dan tak ingin kalah. Padahal ia sudah mengatakan tidak ada persaingan.
.
.
.
.
.
Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Koushi pun telah mendapatkan telpon dari Daichi untuk menunggu dibawah dan segera dijemput. Lagi dan lagi Yui merasa cemburu, ia sama sekali tidak menyukai hal itu, meski hanya sebatas telpon saja.
Koushi dan Yui sudah berada di depan pintu masuk hotel. Sengaja menunggu di pinggirnya agar tak mengganggu jalan keluar masuk orang. Keduanya hening, sama-sama tak ada yang mau memulai percakapan.
Hingga tiba sebuah mobil berwarna hitam mewah menghampiri mereka. Kaca jendela terbuka dan menampilkan wajah Daichi yang melambai ke arah kedua istrinya "masuklah"
Dengan itu mereka beranjak dan mulai mendekati mobil itu. Namun disaat Koushi hendak menarik pintu yang dimana kursi disamping pengemudi, tangan Yui telah lebih dulu membuka pintu itu. Alhasil ialah yang masuk ke dalamnya.
Sebelum masuk, ia sempat melirik ke arah Koushi dengan melemparkan senyuman remeh padanya. Koushi yang melihat itu hanya bisa bersabar dan membuka pintu bagian belakang.
Saat keduanya telah masuk, Daichi menoleh ke belakang dan mendapati Koushi ada di belakangnya. Ia pikir Koushi akan duduk disampingnya, namun ternyata Yui lah yang duduk disampingnya.
Tangan Daichi yang sempat terhenti pada tempat sabuk pengaman itu dipegang oleh jemari milik Yui. Daichi menatap wanita itu yang saat ini sedang menyandarkan kepalanya pada pundak Daichi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏eace 𝐒tory || Haikyuu
Teen FictionAwal kisah dari sebuah ketamakan akan kedudukan dan rasa iri hati membakar diri seorang wanita yang tak ingin menjadi nomor dua suaminya. Hingga akhirnya sang suami menceraikan istri pertamanya demi memprioritaskan istri keduanya. Putra istri pertam...