20. Hari yang Bahagia

32 7 6
                                    

Sebuah mobil mewah memasuki gerbang yang berdiri kokoh dengan megahnya. Diikuti beberapa mobil dibelakang lainnya bagai seorang pengawal. Mobil itu berhenti tepat di depan rumah yang sangatlah besar luasnya.

Pintu telah dibukakan, menampilkan seorang pemuda yang sudah 3 bulan menghilang tanpa kabar sedikit pun. Tak lama pintu sebelahnya ikut terbuka, memperlihatkan sosok wanita keluar dengan tersenyum. Diketahui mereka adalah pasangan yang baru menikah.

Sepasang insan itu mendekati pintu masuk yang sudah banyak orang berdiri disana. Pemuda itu menatap salah seorang wanita disana. Wanita itu menundukkan kepalanya dan matanya terlihat seperti tatapan yang kosong.

"Selamat datang kembali di rumah tuan Daichi, dan selamat datang juga untuk istri barunya" ucap wanita itu yang diketahui bernama Koushi. Ia masih enggan menatap orang yang ada di depannya.

Daichi menatap penuh penyesalan dan rasa bersalah. Ia dihantui oleh perasaan bersalah yang mendalam setelah menikahi wanita lain tanpa sepengetahuan istrinya terlebih dahulu.

"Aku pulang" ucap Daichi. Pria itu langsung saja menghampiri sang kakak tertuanya lalu memeluknya seerat mungkin "aku pulang kak"

Tetsu, pria itu mengangguk dan membalas pelukan dari adiknya itu "aku sungguh bangga padamu karena telah berhasil mengalahkan orang-orang itu dan membantumu. Kehebatan milikmu itu akan menjadi kebanggan bagi dirimu" ucapnya.

Daichi melepas pelukan itu lalu tersenyum. Semua orang hendak masuk ke dalam rumah, namun suara Daichi menyuruh mereka untuk menahan keinginan itu.

"Aku ingin bicara sebentar" ucapnya dengan lantang. Seluruh mata kini tertuju padanya "kemenangan, kasih sayang, cinta, pengabdian, kehebatan, dan kekuatan, semua yang aku dapatkan hari ini bukanlah hasil dari diriku sendiri"

Semua mendadak diam, saling bertatapan satu sama lain, tak mengerti maksud yang Daichi katakan. Pengecualian bagi Koushi, wanita itu justru terlihat tak peduli.

"Selama hidupku, aku hanya menemukan 1 diantara ribuan atau bahkan ratusan orang di dunia ini yang dimana keberaniannya, kekuatannya, cinta serta kasih sayangnya itulah yang membuatku menjadi seperti ini" sambungnya.

"Ia adalah sosok yang aku idamkan, seorang kakak yang mampu menyinari adiknya. Karena berkat dirinyalah, kemenangan ini bisa terjadi" Daichi menunjuk ke arah Tetsu, seluruh pandangan tertuju padanya "ialah kakakku. Seluruh kemenangan ini adalah miliknya"

Mendengar itu, seluruh orang menatap tersenyum senang. Tetsu pun bahkan meneteskan air mata bangganya. Ia merentangkan tangannya, menyuruh sang adik untuk masuk ke dalam pelukannya.

Daichi tersenyum bahagia, ia berlari kecil lalu memeluk erat kakaknya itu. Tetsu mengelus surai milik Daichi beberapa kali dan semakin mengencangkan pelukan itu. Entahlah, ia merasa sangat senang dan bangga disini.

Namun tidak untuk pria satu ini. Ia menatap tak terima dan bahkan sesekali mengumpat lantaran benci akan situasi ini, yang tak lain dan tak bukan adalah Satori. Ia berdiri sembari menatap tajam ke arah Daichi.

"Rencanaku untuk membuat Tetsu membenci Daichi telah gagal total. Aku harus memikirkan cara yang lain lagi" gumam Satori terhanyut dalam pikirannya.

"Membenci? Apa maksudmu kak?!" suara dari sang adik tercinta, yaitu Mori, membuyarkan segala pikirannya "apa yang kau maksud itu, jawab aku!"

Satori sedikit gelagapan, berusaha menenangkan dirinya lalu tersenyum pada adiknya "tidak ada adikku tersayang, tidak ada. Aku hanya berfikir bahwa tuan Tetsu itu sangatlah menyayangi adiknya itu, hanya itu"

"Dengar ya kak, jika kau sampai macam-macam pada keluargaku, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Mori. Mereka berbicara dengan suara yang tak terlalu besar, sehingga hanya mereka berdua saja yang dapat mendengarkan percakapan itu.

𝐏eace 𝐒tory || HaikyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang