Alunan melodi tersapu halus mengelilingi sebuah kediaman yang sangat megah. Sebuah bangunan bergaya barat yang kini sangat cantik seusai dihias untuk sebuah pesta pernikahan yang meriah disana nanti.
Para pelayan tengah sibuk menggelar karpet beserta bunga-bunga yang harumnya tiada tandingannya. Menata sebuah kamar dengan sangat indahnya yang sebentar lagi akan ditempati oleh sebuah pasangan baru.
Seorang pemuda yang kini sedang merentangkan tangannya, hidungnya dapat mencium berbagai aroma bunga yang ada disekelilingnya sembari membayangkan betapa meriahnya pesta pernikahannya nanti.
"Kakak" sebuah panggilan memanggil namanya membuyarkan semua lamunannya. Dengan berbalik badan, pemuda itu sudah dapat mengetahui siapa orang yang memanggilnya tadi.
"Kau menggangguku, Daichi. " balasnya, tapi dengan ujung bibir yang ditarik keatas "aku sedang membayangkan pernikahanku, kemarilah, aku ingin kau mengetahui seperti apa pikiranku"
Daichi mendekat dengan tersenyum, lalu pundak dirinya diraih oleh sang kakak "disana ada pintu masuk utama" tunjuk Tetsu pintu masuk yang berdiri megah "dari sanalah dia akan menginjakkan kakinya ke mansion ini, dari sanalah"
Daichi tersenyum masih mendengarkan. Bergeser sedikit menuju ruang keluarga, terdapat sofa beserta perabotan mewah lainnya disana "lalu ketika bosan kami akan menghabiskan waktu berdua kami. Disini, di tempat ini. Dia akan menyalakan televisi dan menonton siaran favoritnya, lalu ia akan menceritakan semua yang dilihatnya padaku"
Bergeser lagi ke kamar miliknya sendiri yang telah dihias sedemikian rupa "dan ini adalah kamar milik kami, tempat dimana kami akan menghabiskan cinta kami kelak"
Daichi tersenyum bangga lalu diraihlah pundak sang kakak yang lebih tinggi darinya itu "luar biasa kak! Gambaran keluarga bahagiamu pun dapat ku rasakan. Aku turut bahagia kakak, aku tidak sabar melihat pernikahanmu dengan calon kakak iparku nanti"
Tetsu tertawa, Daichi pun ikut tertawa. Tak lama Tetsu memeluk Daichi dengan erat sembari membisikkan sesuatu pada telinganya "jaga dirimu baik-baik, Daichi. Setelah menikah mungkin kakakmu ini tidak bisa sepeduli seperti sebelumnya"
Daichi melepas pelukan itu, menatap lembut ke arah mata sang kakak yang sedari lahir sudah tidak dapat untuk melihat "aku akan baik-baik saja, tidak usah khawatirkan aku, yang terpenting adalah dirimu sekarang, kau harus bersiap-siap sebentar lagi waktu pernikahannya"
Menurut saja, Tetsu didorong oleh adiknya hingga masuk ke kamar miliknya sendiri. Duduk di depan cermin yang biasanya setiap orang dapat melihat pantulan dari dirinya, namun pemuda ini tak bisa mendapatkannya.
"Ini baju untuk pernikahanmu kak, pakailah dan segeralah bersiap. Aku mau pergi keluar sebentar, nanti aku panggilkan Tooru jika kau membutuhkan bantuan–"
"Tidak!" sela Tetsu, dirinya menatap marah pada Daichi "mau kemana kau disaat seperti ini? Kenapa harus Tooru?! Apa ini usahamu untuk mendekatkanku padanya?! Apa kau sudah tidak menyayangi kakakmu lagi?!"
Daichi menggeleng lalu diraihlah tangan Tetsu kemudian dielus perlahan "aku sangat menyayangimu lebih dari nyawaku kak. Aku hanya ingin kau dan Tooru bisa akur, dan itu akan membuatku merasa senang. Aku mau pergi bukan karena aku tak mau melihat pernikahanmu, aku pergi karena harus mengambil obat di rumah sakit"
"Persediaan obatku mulai habis, aku harus membeli obat lagi untuk berjaga-jaga" sambungnya. Tetsu menunduk lalu ditepuknya punggung sang adik.
"Maafkan aku, apa kau mau ku temani? Atau aku akan memanggilkan supir untuk mengantarmu ke rumah sakit" ucap Tetsu, terlihat sangat jelas pada wajahnya bahwa dirinya sangat mencemaskan sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏eace 𝐒tory || Haikyuu
Teen FictionAwal kisah dari sebuah ketamakan akan kedudukan dan rasa iri hati membakar diri seorang wanita yang tak ingin menjadi nomor dua suaminya. Hingga akhirnya sang suami menceraikan istri pertamanya demi memprioritaskan istri keduanya. Putra istri pertam...