Mansion yang begitu megah berdiri telah bertahun-tahun lamanya. Bangunan yang bergaya barat itu memiliki 4 lantai dengan luas sekitar 568 hektar. Lengkap dengan seluruh fasilitas dan pelayanan yang mewah.
Para pelayan juga diberikan tempat tinggal yang layak yakni sebuah bangunan yang lumayan besar untuk ditinggali seluruh pelayan yang ada di rumah itu. Bahkan mereka memiliki setidaknya 1 bodyguard setiap orang di rumah itu.
Memiliki kamar yang sangat banyak hingga tak kesulitan jika kekurangan ruangan. Hingga pada salah satu kamar itu, seorang pemuda dengan surai hitamnya berdiri di depan cermin. Menatap pantulan dirinya yang terlihat begitu rapi.
Pemuda itu menghembuskan napasnya. Tangannya sudah sedari tadi dingin akibat cemas dan juga gugup. Hari ini pemuda itu akan melamar seorang wanita yang sudah lama ia impikan. Namun yang ia takutkan adalah, apakah wanita itu masih mengingatnya? Akankah gadis itu menolak lamarannya? Itu yang sedari tadi ia pikirkan.
Krek
Pintu kamar terbuka, menampilkan sesosok pemuda tinggi dengan rambut coklatnya "Daichi, kau sudah siap?" tanyanya lalu menghampiri pemuda itu yang sedari tadi menatapi dirinya selama 2 jam lebih di cermin.
Daichi menoleh lalu mendapati sang adik yang kini sudah berada disampingnya. Ia menunduk lalu tersenyum getir "Tooru, bagaimana caranya melamar seorang gadis?"
"Hah?" sebentar, Tooru agak tidak mengerti perkataan kakaknya ini.
"Ya– kau tau kan maksudku, aku sama sekali belum pernah menjalin hubungan dengan perempuan mana pun. Sementara kau yang sudah menikah, aku mau menanyakannya padamu bagaimana caranya melamar seorang wanita" ucap Daichi memperjelas kalimat awalnya.
Sontak Tooru tertawa lepas, satu tangannya ia gunakan untuk diletakkan pada bagian pinggangnya dan tangan lainnya menyentuh pundak Daichi "kau sedang gugup ya?"
Daichi tertunduk malu. Sangat malu. Bisa-bisanya adiknya ini menggoda dirinya.
"Dengar, kau hanya perlu mengikuti alur suasananya saja. Aku yakin paman akan membantumu berbicara pada gadis itu" sambung Tooru "biasanya, para gadis selalu mengajukan pertanyaan untuk menilai calon suaminya. Jika jawabannya dapat memuaskan hati sang gadis, maka gadis itu bersedia menikah dengannya"
"Lalu, pertanyaan seperti apakah yang biasa tiap gadis ucapkan, Tooru?" tanya Daichi, ia menatap Tooru dengan serius "kemarin apa yang ditanyakan Iwaizumi padamu? Beri tahu aku!"
"Hoho, satu satu ya kakakku Daichi yang terhormat" balas Tooru, sedikit menggoda Daichi dengan senyumannya "aku tidak tau apa yang biasa ditanyakan tiap gadis saat mereka dilamar, tetapi kemarin Iwa-chan menanyakan hal ini"
Daichi mendengarkan, tak ada niat untuk memotong.
"'Apakah makna dari sebuah hubungan? Apakah dengan tinggal satu rumah namun sibuk dengan pekerjaan masing-masing itu dapat dikatakan sebuah keluarga?' kira-kira seperti itu yang ditanyakan Iwa-chan padaku"
"Lalu, apa yang kau jawab?"
"Aku menjawab 'hubungan dapat tercipta karena adanya perasaan peduli dan saling mencintai satu sama lain. Dapat memahami setiap perasaan dan suka maupun duka akan tetap dilalui bersama. Percuma jika sepasang suami istri tinggal di atap yang sama namun jarang memiliki waktu untuk berdua, karena mereka tidak mengerti apa itu arti hubungan yang sebenarnya' yah begitulah"
Bukannya merespon, Daichi memilih duduk diujung kasur dan menggenggam kedua tangannya yang semakin mendingin. Jika wanita bertanya hal yang sulit seperti itu tentu saja adiknya ini pasti bisa menjawabnya karena kecerdasannya.
"Hey Daichi! Berhentilah melamun seperti itu dan segeralah keluar. Paman dan ibumu pasti sedang menunggumu" seru Tooru setelah mengetahui lawan bicaranya sama sekali tak merespon, padahal ia berharap ia akan dipuji akan jawabannya. Ternyata ekspetasinya terlalu tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏eace 𝐒tory || Haikyuu
Teen FictionAwal kisah dari sebuah ketamakan akan kedudukan dan rasa iri hati membakar diri seorang wanita yang tak ingin menjadi nomor dua suaminya. Hingga akhirnya sang suami menceraikan istri pertamanya demi memprioritaskan istri keduanya. Putra istri pertam...