Sebuah gorden mewah teruntai elegan sembari tertiup angin sepoi yang masuk melalui jendela. Tangan besar seorang pemuda mampu menyibak seluruh gorden yang tergantung disana hanya dengan satu tangannya saja.
Dengan penuh amarah dan emosi yang meluap, ia bahkan membakar salah satu gorden dengan salah satu lilin yang sengaja dinyalakan. Berjalan begitu cepat hingga tak peduli apa saja yang ia tabrak.
"Kakak! Kakak ku mohon dengarkan aku kak! Kakak!" seru Daichi yang saat ini masih mengejar sang kakak "jangan biarkan api kemarahan membakar dirimu kak! Tenangkan dirimu"
Sang kakak, Tetsu, berbalik lalu menggertakkan giginya untuk menahan rasa kesal. Dihampiri lah sang adik dengan tergesa-gesa jalannya "tenang katamu?! Tenang setelah hak ku direnggut oleh anak pelayan itu?!"
Daichi menunduk terdiam.
"Aku sudah berusaha untuk bersikap baik padanya dan mencoba membuka lembaran baru. Tetapi apa yang aku dapatkan?! Seharusnya hak mendapatkan jabatan itu di dapatkan oleh diriku! Dia menolakku ketika aku hendak di nobatkan!"
"Haruskah aku mengemis untuk hak ku?! Itu yang kalian inginkan?!" lagi, tangannya menyibakkan gorden hingga mengenai lilin yang dibiarkan menyala disana "dia itu iri padaku! Dia selalu ingin melihat diriku dibawahnya! Bahkan hanya tinggal 1 langkah saja ia menghentikan penobatanku!"
Dengan kepala yang masih tertunduk, Daichi memejamkan matanya. Mencoba mengatur napas dan menenangkan pikirannya. Ia berfikir bahwa Tooru tidak sepenuhnya bersalah, namun dengan memperlakukan Tetsu seperti ini itu sangat tidak bisa ia terima.
"Pergilah Daichi!" teriak Tetsu "pergilah dan kembalilah ke aula, tempat dimana acara sedang digelar!"
"Tapi kak–"
"Diam saja kau Daichi!!!!" kaki panjang Tetsu kini meraih sebuah meja yang berisikan buah-buahan. Diraihnya sebilah pisau itu lalu ditempelkannya pada leher sang adik.
"Kau senangkan?! Senang bukan?! Jika bukan aku yang dinobatkan sebagai penerus, yang tersisa hanyalah kau! Ya! Hanya kau!" ucap Tetsu dengan volume suara yang sangat keras.
"Apa maksudmu kak? Aku tidak menginginkan jabatan itu. Bahkan tak pernah terlintas dalam pikiranku untuk mendapatkannya. Aku lahir hanya untuk melayanimu, kak. Kenapa kau mengatakan kalimat yang sangat menyakitkan buatku kak?" seru Daichi dengan suara serak. Air mata mengalir keluar dari matanya hingga membanjiri kedua pipinya.
"Sudah diam dan pergi saja kau dari sini!!" setelah kalimat itu, Tetsu mendorong kuat tubuh Daichi hingga terjatuh ke lantai. Dirinya berjalan menyusuri lorong yang telah dipenuhi oleh api. Tak peduli seberapa panas api itu akan membakarnya.
*****
"Apa-apaan kau, Tooru?! Atas dasar apa kau mengatakan hal itu?!" marah Yasufumi "kau– kau tau sendirikan bahwa itu adalah hak milik Tetsuro sendiri?!"
"Itu memang benar, nenek. Tetapi disini aku hanya menjalankan tugas dan kewajibanku" jawab Tooru, masih dengan wajahnya yang percaya diri "orang yang tidak lengkap sedari lahir, tidaklah pantas untuk menjadi presdir"
"Lalu siapa yang akan menjadi presdirnya, wahai orang pintar?!" sela Satori. Ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekat yang dimana orang-orang itu sedang berdebat.
"Kakak.." gumam Mori.
"Duduk dan diam saja kau, tuan muda Satori!" tegas Keishin pada Satori agar tak mendekat "jangan pernah kau ikut campur dalam urusan keluarga kami! Silahkan duduk ke tempatmu kembali!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏eace 𝐒tory || Haikyuu
Ficção AdolescenteAwal kisah dari sebuah ketamakan akan kedudukan dan rasa iri hati membakar diri seorang wanita yang tak ingin menjadi nomor dua suaminya. Hingga akhirnya sang suami menceraikan istri pertamanya demi memprioritaskan istri keduanya. Putra istri pertam...