Di sebuah kota, terletak jauh dari Tokyo, berdirilah sebuah mansion megah bagai sebuah istana ditengah-tengah kota Nagano. Kediaman yang ditinggali oleh seorang kepala keluarga, istrinya, dan ketiga putrinya, beserta pelayan-pelayannya kini menyambut kedatangan putra dari Ukai Ikkei, yaitu Ukai Keishin, yang mereka undang untuk acara lamaran.
Sementara pelayan sibuk mempersiapkan segalanya untuk acara, ketiga putri yang amat cantik ini tengah bersiap-siap menghias diri. Diselingi dengan percakapan-percakapan kecil dan canda tawa, hingga sebuah pertanyaan keluar dari salah satu dari mereka.
"Kak Takeda, apa kau tidak gugup saat acara lamaran nanti? Kau terlihat tidak tegang, bahkan biasa saja" tanya sang putri bungsu pada putri sulung.
Sang putri sulung, Takeda Ittetsu, yang tadinya tengah memakai celak dibagian matanya pun melirik adiknya melalui kaca yang ada dihadapannya "tentu saja aku gugup, wanita mana yang tidak gugup jika akan dilamar?" ujarnya masih dengan kegiatannya sendiri.
"Tapi kak, aku takut jika orang yang akan menjadi suami kita nanti itu orangnya tidak baik. Aku takut jika ia tidak bisa membimbing kita" balas sang adik sambil menggenggam tangannya sendiri guna melepas cemas.
Setelah selesai dengan kegiatannya, Takeda langsung menghampiri adik bungsunya yang sedari tadi nampak cemas tak berujung. Ia memilih duduk disampingnya, ikut menggenggam kedua tangan adiknya yang bertaut "itu tidak mungkin. Ayah dan ibu sangat menyayangi kita, mereka tidak akan mungkin memberikan pasangan yang tidak layak bagi kita, percayalah pada mereka, adikku Mai"
"Yang dikatakan kak Takeda itu benar" sang putri kedua, Shimizu Kiyoko, menyela ditengah percakapan kakak dan adiknya. Ia duduk disebelah Mai yang kosong lalu mengelus pelan surainya "setelah ini kita akan melihat siapa calon kita, jadi kita harus bersiap. Aku yakin sekali bahwa suami kita kelak akan bisa membimbing kita dan berlaku adil pada kita semua"
Sedikit menghilangkan rasa cemasnya, Mai mengangguk sembari tersenyum. Ia memeluk kedua kakaknya sebagai tanda penghilang kecemasannya.
"Ayo, kita harus bersiap, sebentar lagi pihak mempelai suami kita akan segera tiba"
.
.
.
.
.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, tiba saatnya Keishin di kediaman yang akan menjadi keluarga bagi adiknya. Pagar mewah yang sudah terbuka seakan telah menunggu kedatangannya. Dibukakan pintunya oleh sang pelayan di mansion itu dan dibawakan lah hingga ke ruang tengah.
Hati Keishin sungguh bergemuruh tak enak. Ia merasa akan menipu keluarga yang sudah menyambutnya dengan baik ini dengan kelakuan adiknya nanti. Jujur jika ia bisa, ia akan segera meninggalkan tugasnya saat ini juga. Namun ia tak punya keberanian, ia tak ingin mengecewakan hati ibunya.
"Selamat datang di kediaman kami, tuan Ukai Keishin" sambut sang kepala keluarga dengan hangat. Dipersilahkan olehnya untuk duduk dan menghidangkan sebuah teh hangat sebagai penghilang rasa lelah selama perjalanan.
Keishin dapat melihat ketiga putri yang akan dinikahkan dengan adiknya duduk diseberang sofa miliknya. Mereka sangat cantik, dan juga anggun. Perasaannya bersalahnya semakin menghantui dirinya saat itu juga.
"Kau lihat, lumayan bukan?" ujar Takeda sedikit menyiku lengan kedua adiknya. Ia tersenyum, sedikit tersipu.
"Kau benar kak, mungkin aku telah salah menilai seseorang" balas Mai, ia tersenyum melihat pihak dari laki-laki telah tiba.
"Sebentar lagi kak Takeda akan menjadi istri yang paling disayang oleh suami kita" sambung Kiyoko dengan cengiran dari bibirnya yang manis.
Takeda tertawa pelan "itu tidak mungkin, aku yakin suami kita akan berlaku adil pada kita nanti"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏eace 𝐒tory || Haikyuu
Fiksi RemajaAwal kisah dari sebuah ketamakan akan kedudukan dan rasa iri hati membakar diri seorang wanita yang tak ingin menjadi nomor dua suaminya. Hingga akhirnya sang suami menceraikan istri pertamanya demi memprioritaskan istri keduanya. Putra istri pertam...