Dalam sebuah ruangan yang sangatlah luas untuk dikatakan sebuah kamar, kini ada 3 orang pria yang sedang memainkan permainan dadu bersama. Terlihat ketiganya nampak fokus pada permainan itu.
Salah seorang diantara mereka mengambil dadu lalu melemparkannya hingga mengeluarkan angka 6, yang tak lain dan tidak bukan adalah Tendo Satori.
"Kau dengar itu, tuan bos? Itu adalah suara-suara orang yang tak menerima posisimu" ucapnya sembari menggerakkan bidak miliknya "mereka adalah orang-orang bodoh yang memuja Daichi sebagai direktur yang baru, padahal dirimu lebih pantas dengan semua itu"
"Diamlah kau, Satori!" seru pria lain, yang diyakini adalah Tetsu "jangan pernah panggil aku tuan bos atau semacamnya. Aku sudah kalah, aku tak akan mendapatkannya. Justru kau hanya akan menghinaku jika memanggilku seperti itu!"
"Menghina? Hahahahahah" balas Satori dengan tawanya terbahak-bahak "direktur, aku sama sekali tidak menghinamu, justru aku ada di pihakmu"
Mendengar itu, Tetsu membulatkan matanya "apa maksudmu dengan itu?!"
Satori kembali tertawa, ia tersenyum jahat "direktur, kau tau kan bahwa perusahaan ini adalah hakmu? Tentu saja aku juga tau itu! Mereka menyingkirkanmu agar tidak bisa berkuasa, karena mereka itu takut padamu!!"
"Mereka takut jika kau yang berkuasa maka perusahaan ini akan berkembang tidak seperti yang mereka bayangkan" sambungnya "terutama wanita tua itu!"
"Apa maksudmu tidak seperti yang mereka bayangkan?! Apa aku seburuk itu dalam menjalankan tugasku, tuan Satori?!" tegas Tetsu, ia menunjuk Satori yang duduk di depannya.
"Tidak direktur tidak" balas Satori "aku tidak pernah meragukan dirimu sama sekali, bahkan dirimu itu sangatlah beruntung karena dapat memiliki adikku sebagai istrimu!"
Tetsu menautkan kedua alisnya, mempertanyakan maksud perkataannya.
"Maksudku– ia wanita yang cantik! Diramal memiliki 10 orang putra yang sangat hebat! Tetapi lihatlah dia!! Lihat wanita itu!" ucap Satori, berlagak layaknya sedang drama "ia bahkan tidak bisa menyenangkanmu sama sekali, sungguh maafkan adikku karena telah menipu, tuan bos" kini, tubuh Satori membungkuk.
"Atau.. Kau lah yang telah menipu adikku" sambung Satori, namun dengan intonasi yang lebih dingin "dihari saat ia menerimamu, kau malah menolak dirinya. Bukankah itu juga termasuk penghinaan?"
Tetsu terdiam. Ia menunduk dengan mengepalkan kedua tangannya. Sungguh yang dikatakan kakak iparnya ini memanglah benar, terutama sikapnya yang terlalu kasar pada adiknya.
Seorang pelayan wanita mengetuk pintu kamar yang luas itu dan menyuarakab dengan suara yang sopan "tuan Tetsu, tuan Daichi meminta izin untuk masuk ke ruangan"
Mendengar itu, Tetsu, Satori, dan pria satu lagi, Kai, berdiri dari duduknya. Kai adalah orang kepercayaan dari Tetsu sendiri, bisa dibilang ia adalah tangan kanan dari Tetsu.
"Selamat siang kak" sapa Daichi setrlah diberikan izin masuk oleh Tetsu.
"Ya ya, selamat siang adikku" sahut Tetsu. ia tersenyum seperti sedang mengejek "jadi kau sudah menyelesaikan tantangan dariku? Sungguh luar biasa sekali kau"
Daichi tersenyum "selain untuk tantanganmu, aku memang berniat untuk menikah kak. Aku menikahinya bukan semata tantangan, tetapi karena aku mencintainya"
Mendengar itu, Tetsu merasa kesal. Satori melirik ke arah sang adik ipar lalu kembali menatap Daichi yang ada di hadapannya "wah benarkah itu, tuan Daichi? Aku sangat senang mendengarnya! Lalu, apa kau mau memperkenalkan istrimu pada kakakmu?"
Tetsu membulatkan matanya. Satori memutuskan sepihak bahkan ia sendiri masih enggan bertemu dengan adiknya, apalagi istrinya.
"Aku mau memperkenalkan istriku padamu kak" balas Daichi tersenyum, ia berbalik badan "Koushi, masuklah"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏eace 𝐒tory || Haikyuu
Teen FictionAwal kisah dari sebuah ketamakan akan kedudukan dan rasa iri hati membakar diri seorang wanita yang tak ingin menjadi nomor dua suaminya. Hingga akhirnya sang suami menceraikan istri pertamanya demi memprioritaskan istri keduanya. Putra istri pertam...