24. Derita Yaku Morisuke

25 4 1
                                    

Beberapa bulan lagi umur Kiyoomi mencapai usia 2 tahun. Saat itu pula Koushi serta Daichi ikut kerepotan dikarenakan Koushi tengah mengandung anak keduanya. Usia kandungannya sendiri sudah berusia 6 bulan, perutnya sudah mulai membuncit.

Setelah melakukan tes, hasilnya menampilkan bahwa bayi yang sedang Koushi kandung dalam keadaan sehat dan berjenis kelamin laki-laki. Daichi lagi dan lagi sangatlah bahagia. Mimpinya menginginkan banyak anak laki-laki akan segera terpenuhi.

Pada saat ini, Daichi tengah duduk di ruang tengah di rumah seadanya bersama dengan Kiyoomi. Mengajari anak itu caranya memberikan cinta dan kasih sayang, bersabar dan patuh pada orang lain lebih tua. Daichi juga mengajarkan pada Kiyoomi sendiri untuk tidak pernah berbohong.

"Dengar ini, anakku Kiyoomi" ucap Daichi "kau adalah anak tertua di keluarga ini. Sayangilah adik-adikmu, jadilah panutan yang hebat bagi adik-adikmu. Jangan pernah memberikan kasih sayang yang berbeda pada saudara dari ayahmu atau saudara dari pamanmu. Mereka semua adalah saudaramu"

Kiyoomi kecil mengangguk paham. Gemas rasanya melihat anak kecil seperti itu "apakah adikku akan segera lahir, ayah?" tanya Kiyoomi kecil.

Daichi tertawa pelan dengan pertanyaan dari anak sulungnya. Ia kemudian mengangkat tubuh anaknya dan memangkunya dalam pangkuannya "tentu saja. Dalam waktu dekat, adik laki-lakimu akan segera lahir"

Kiyoomi mengangguk.

"Hitoka, adikmu dari paman Tooru juga harus kau sayangi nak. Ia juga adikmu yang berbeda 1 tahun denganmu. Sayangilah dia, lindungi dia" sambung Daichi "dengar nak, wanita itu harus dilindungi dan dihormati. Jadi ku harap, ketika kau sudah besar nanti, kau akan menjaga ibu serta saudara perempuanmu. Mengerti?"

Kiyoomi mengangguk sembari tersenyum manis. Daichi mengelus surai hitam ikal milik Kiyoomi "dan juga ingatlah hal ini, Kiyoomi. Jangan pernah sekali pun kau berkata bohong. Jangan pernah. Sekalinya kau berbohong itu akan membuat dirimu melakukannya berkali-kali"

Kiyoomi masih setia mendengarkan Daichi yang berbicara.

"Berbohong hanya akan membuat dirimu rugi. Maka jadilah anak yang jujur ya"

Kritt

Suara engsel pintu berbunyi dan dibuka oleh seorang Yui yang sepertinya baru selesai memasak "tuanku, makanan sudah siap. Makanlah bersama, ajak Kiyoomi juga" ucapnya.

"Baiklah" balas Daichi, ia menyuruh Kiyoomi berdiri dari pangkuannya "pergilah ke dapur duluan bersama ibu Yui, nak. Ayah akan menyusul"

"Baik ayah"

.

.

.

.

.

Koushi, Yui, serta Kiyoomi sudah berada di ruang dapur. Tak ada meja makan yang mewah, hanya duduk dilantai berlapis tikar saja yang ada disana. Namun itu sudah jauh lebih cukup untuk kehidupan baru mereka.

"Kenapa ayah lama sekali ibu?" tanya Kiyoomi.

"Kiyo boleh makan duluan kalau sudah lapar" balas Koushi "bisa makan sendiri kan? Atau mau ibu suapi?"

"Tidak. Kiyo sudah besar, jadi Kiyo sudah bisa makan sendiri" jawab Kiyoomi dengan bangga, Koushi pun ikut tersenyum "tetapi Kiyo harus nunggu ayah tiba dulu. Tidak sopan makan duluan tanpa ayah dan ibu"

Koushi tersenyum bangga. Ia mengelus surai hitam ikal milik putra sulungnya itu. Meskipun masih kecil, ia terlihat tidak seperti anak kecil. Cara bicaranya pun terdengar layaknya orang dewasa.

Daichi lah yang telah mengajarinya. Ia berkata bahwa ia memiliki tanggung jawab yang besar, dan Daichi juga percaya bahwa putra sulungnya itu mampu melakukannya.

𝐏eace 𝐒tory || HaikyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang