32. Kebun Mangga

22 3 2
                                    

Berjalan menyusuri tiap-tiap lorong yang ada di mansion ini sungguh membingungkan layaknya sebuah labirin. Ada banyak sekali lorong-lorong yang ada di mansion ini, namun tak ada dari satu pun mereka yang mampu mengantarkan Yuuji beserta Rin ke dapur rumah ini.

Mereka sudah berkeliling selama 15 menit, namun dapur itu masih belum juga ditemukan. Bahkan saking mereka tak tahu arah, mereka sampai nyasar hingga ke permukiman para pekerja yang bekerja di rumah itu.

Sungguh memalukan bila diingat-ingat.

"Bagaimana ini, Rin. Kita sudah mengitari rumah ini selama 15 menit, tetapi kita sama sekali belum menemukan dapurnya" seru Yuuji, dirinya bahkan sudah pasrah.

"Aku jadi lelah kak. Kita istirahat saja dulu" balas Rin "lagi pula bagaimana kau bisa lupa dimana arah dapurnya, padahal baru semalam kita kesana bersama-sama!"

Yuuji melotot lalu melirik tajam ke arah adiknya itu "lalu kau sendiri bagaimana?! Kau juga ada disana kan semalam? Lalu kenapa kau tak mengantarkanku pada dapur sampai saat ini? Haaah, kau pun sama saja"

Rin berpura-pura tak mendengar celotehan dari sang kakak, kemudian dirinya melihat seorang anak perempuan yang berjalan perlahan melintasi mereka. Akal Rin tiba-tiba saja berjalan "kakak, bagaimana jika kita tanyakan dapurnya pada orang itu?"

Yuuji menyerngitkan alisnya "kau saja yang bertanya"

Rin memajukan bibirnya "aku tau kau pasti malu kan bertanya dimana arah dapurnya kan? Apalagi bertanya pada seorang gadis"

Yuuji melotot lalu memukul pelan pantat sang adik "sudah lakukan saja sana! Jangan banyak bicara!"

Rin mengelus pantat yang baru saja dipukul sang kakak. Mungkin bagi Yuuji, pukulan itu terasa pelan, namun tidak bagi Rin.

"Permisi, nona pelayan" seru Rin ketika anak perempuan itu sudah berada dekat dengannya. Kakinya ia lebih dekatkan pada gadis itu, diiringi pula oleh Yuuji.

"Pelayan..?" gumam gadis itu.

"Apa kau tau dimana arah dapur rumah ini?" tanya Rin pada gadis itu.

Gadis itu melihat wajah dari sosok yang bertanya ini, dan kemudian beralih menatap pada orang di belakangnya, yang tak lain dan tak bukan adalah Yuuji sendiri.

Gadis itu perlahan tersenyum "dari sini kalian bisa lurus saja, lalu saat ada perempatan, kalian belok ke arah kanan. Setelah itu jalan ke kiri, lalu ke kanan lagi. Setelah tiba disana, gunakanlah indra penciumanmu"

Baik Yuuji maupun Rin, semuanya tak mengerti maksud dari gadis itu. Gadis itu menjelaskan terlalu berbelit-belit, namun mau tak mau Rin menunduk untuk menghormatinya "terima kasih banyak, nona pelayan"

Gadis itu tersenyum lalu melangkahkan kembali jalannya.

Setelah agak jauh gadis itu, Yuuji membisikkan sesuatu pada telinga Rin "hey, apa kau mengerti maksud penjelasannya?"

Rin menghembuskan napasnya lalu menggeleng "sama sekali tidak kak. Gadis itu bicaranya cepat sekali, sampai aku tidak bisa mendengar arahannya"

"Lalu bagaimana ini sekarang?!" seru Yuuji, ia menyandarkan tubuhnya pada dinding yang ada disana "aku sudah lapar sekali. Semalaman aku menahan lapar agar tak melukai hati ibu"

"Kau pikir hanya kau saja yang lapar kak?" sahut Rin, dirinya mendekati sang kakak "aku juga sama! Bahkan kak Kiyoomi dan Ryu yang mau ikut kita ke dapur saja jadi disuruh ibu untuk membelikan obat untuk kak Sachi"

"Mereka berdua mempercayakan kita, sementara kita bahkan belum menemukan lokasi dapurnya" sambung anak itu.

Sudah pusing dengan segala cara yang mereka lakukan, tiba-tiba saja hidung Yuuji kembali aktif. Hidungnya mencium sesuatu "hey Rin, apa kau ingat apa kata pelayan tadi? Dia bilang, gunakanlah indra penciumanmu"

𝐏eace 𝐒tory || HaikyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang