Bertahun-tahun telah berlalu. Kini perusahaan milik tuan Ukai Ikkei kembali mendapatkan penerusnya. Setelah 25 tahun sejak meninggalnya calon penerus, perusahaan itu selalu dijaga oleh Yasufumi dan Keishin dengan baik. Hingga sekarang, tibalah seorang calon penerus baru yang akan melanjutkan perusahaan milik Ukai Ikkei itu.
Di sebuah lapangan berpasir, juga diselingi dengan suara kuda, pemuda 25 tahun itu sedang menarik anak panahnya dengan duduk diatas kuda kesayangannya, Neko namanya.
Anak panah itu melesat cepat dan tepat mengenai ke tengah-tengah sasaran bidikan. Ia turun dari kudanya dan berjalan mendekati tempat persenjataan. Disana, ia lebih memilih pedang. Ditariknya pedang itu hingga keluar dari sarungnya, dan diajaknya duel lah para penjaga yang ada disana.
Sudah menjadi kebiasaan bagi tuan muda lah untuk bermain pedang dan memanah sambil berkuda. Itu adalah cara untuk menghabiskan waktunya yang sangat membosankan. Pamannya pun tam melarangnya sama sekali.
Tadinya ia sedang berlatih pedang dengan orang yang dipercayakan untuk menjaga persenjataan, namun tiba-tiba ujung pedang itu ia arahkan ke arah yang berlawanan, hampir sedikit lagi mengenai leher orang yang baru saja menghampirinya.
"Kakak?"
Pemuda itu lantas menurunkan senjatanya, menyuruh penjaga senjata itu untuk membiarkan dirinya beserta adiknya berada di ruangan itu berdua saja. Disarungkan kembali pedang itu lalu menatap tubuh tegap di hadapannya.
"Kenapa kau kesini, Daichi? Aku sedang ingin sendirian" ucapnya lalu membalikkan badan, enggan menatap orang yang sedang ia ajak bicara "pergilah jika kau masih sayang nyawamu"
Daichi, pemuda yang lebih muda 4 bulan darinya pun tersenyum. Dengan sedikit berlari ia meraih pundak kakaknya yang sedikit lebih tinggi darinya "kakak! Aku kesini untuk berlatih pedang denganmu!"
Pemuda yang dipanggil kakak itu menepis kasar tangan adiknya. Ditatapnya adiknya itu "tidak, aku tidak ingin berlatih denganmu, pergilah. Kau berlatih saja dengan Tooru, kau di pihak dia kan? Pergilah dan jangan ganggu aku!" di dorongnya tubuh adiknya itu dengan harapan menjauh dari dirinya.
Masih keras kepala, Daichi mengejar kakaknya yang sedang menghindarinya "kau bilang apa kak, kalian itu saudaraku, apakah aku salah jika aku berlatih dengan saudaraku yang lain?" tanyanya.
Pemuda itu menghentikan langkahnya, berbalik badan guna menatap mata sang adik "itu masalahnya!" ia berbalik lagi "dia itu berbeda dari kita, Daichi! Kita adalah anak dari istri sah ayah kita, sementara ia tidak! Ia hanyalah anak dari seorang pelayan!"
Daichi tersenyum manis, di raihnya lagi pundak kekar itu "tapi ayah kita sama kak, artinya itu tak ada bedanya bagi kita" ucapnya lembut "aku menerimanya sebagai saudara kita, paman dan nenek juga menerimanya. Dia juga baik, cerdas, dan juga sopan. Umur kita juga hanya beda beberapa bulan"
"Baik katamu?!" sarkas pemuda yang lebih tinggi "dia itu sering melaporkanku pada paman dan nenek! Dia juga selalu tidak pernah mendukungku! Bahkan jahatnya dia tidak mau menerima fakta bahwa aku adalah penerus selanjutnya"
"Tapi dia itu baik–"
"Dia hanya baik padamu! Tidak denganku! Dia sangat membenciku! Dia iri padaku karena aku adalah anak dari istri sah, sementara dia anak dari seorang pelayan!" pemuda itu memotong.
"Kakak jangan berkata seperti itu, dia saudaramu" balas Daichi "kau, aku, dan Tooru adalah saudara, ayah kita sama, tidak ada bedanya. Jangan kau berkata yang menyakitkan tentang dia"
"Terserah padamu saja, aku tidak peduli. Pergilah, atau mata pedang ini akan mengakhiri setiap mimpimu" sahut pemuda tinggi itu mengancam Daichi.
Daichi menunduk lalu mengangguk "baiklah, kak Tetsu, aku pergi" dengan itu, Daichi meninggalkan Tetsu seorang diri
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏eace 𝐒tory || Haikyuu
Teen FictionAwal kisah dari sebuah ketamakan akan kedudukan dan rasa iri hati membakar diri seorang wanita yang tak ingin menjadi nomor dua suaminya. Hingga akhirnya sang suami menceraikan istri pertamanya demi memprioritaskan istri keduanya. Putra istri pertam...