11. Mengetahui Fakta

52 7 3
                                    

Terik matahari yang menyinari seluruh alam semesta telah kembali menjalankan tugasnya. Burung-burung ikut bersenandung di setiap dahannya dan tak kalah langit pun menunjukkan cuaca yang sangat cerah. Sungguh hari yang menyenangkan untuk menggelar pernikahan.

Di kota Kyoto, seorang pengantin wanita telah dihias bak seorang bidadari dari kayangan. Bermacam aksesoris telah terpakai dan tak lupa pula gaun mewah yang ia kenakan menambah kesan imut dan manisnya pengantin wanita ini.

"Yuki, bagaimana penampilanku? Apa aku terlihat cantik?" tanya Mori yang kini berdiri di hadapan sebuah cermin besar "aku harus berhias secantik mungkin agar suamiku nanti akan merasa terpuaskan"

Yuki, sang pelayan setia Mori itu tersenyum, meraih pundak sang nona yang tingginya tak jauh beda dari dirinya "kau sungguh luar biasa nona Mori! Aku yakin setelah melihatmu tuan Tetsu akan terpesona akan kecantikanmu"

Mori tertawa, ia tersipu mendengar perkataan Yuki baru saja itu "aku harap dia akan selamanya memiliki diriku seorang. Aku tak sanggup jika harus berbagi cinta dengan wanita lain, Yuki"

Raut wajah yang tadinya bahagia kini menjadi murung, seakan takut jika suaminya nanti akan kembali menikah dengan wanita lain dan dirinya terpaksa harus membagi cintanya. Tidak, Mori tidak bisa itu.

"Kau tenang saja, nona Mori" ucap Yuki, ia tersenyum lalu membawa tubuh sang nona kembali menghadap cermin besar yang ada disana "apakah kau melihat celah pada cermin itu? Apakah orang sesempurna itu akan tetap dimadu oleh seorang laki-laki?"

Kembali tersenyum, Mori kini berbalik menatap Yuki "kau benar, Yuki! aku yakin dia akan menyesalinya jika ia berani menduakanku"

"Tidak akan ada yang menduakanmu, adikku tersayang" suara berat nan nyaring masuk ke dalam pendengaran kedua gadis dalam sebuah kamar mewah. Dihampirilah Mori dan Yuki sedikit menggeser untuk memberikan ruang.

"Dengan kecantikanmu seluruh laki-laki yang ada di dunia ini tidak mungkin menolakmu" sambungnya, ia tersenyum lalu menangkup pipi kiri sang adik "aku yakin kau akan bahagia dengan pernikahanmu"

"Hentikan kakak! Kau membuatku semakin merasa bahagia" balas Mori, ia mendorong bidang dada sang kakak yang jauh lebih tinggi darinya "orang mana yang tidak bahagia dengan pernikahannya"

"Calon suamimu sangat beruntung jika menikahimu, adikku. Bukankah kau pernah diramal akan memiliki 10 orang putra? Itu akan sangat menguntungkan dirimu beserta keturunanmu" ucap sang kakak.

"Iya kak, aku juga pernah berfikir bagaimana kehidupan kami setelah anak ke 10 kami lahir" jawab Mori, berjalan sembari berkhayal "kami akan membesarkan mereka bersama-sama. Langkah kaki mereka akan membuatku merasa hidup kembali. Suara tawa serta candaan dapat aku rasakan jauh sebelum keluarga itu terbentuk, kak"

"Maka dari situ bersiaplah untuk pernikahanmu, adikku tersayang" balas sang kakak "karena beberapa menit lagi, kita akan menempuh perjalanan menuju Tokyo. Ku harap kau tidak mabuk saat perjalanan nanti"

Tanpa aba-aba, dipukullah pantat sang kakak dengan cukup keras hingga sang pemilik sedikit merasa kesakitan dan juga terkejut "aku bercanda!!"

"Kakak!!!"

Yuki hanya menatap kedua kakak beradik itu dengan penuh senyum. Baginya, keluarga ini sudah seperti keluarganya sendiri. Sang tuan dan nyonya telah menerimanya dari kecil, begitu pula dengan kedua anak mereka.

"Tuan Satori, ajaklah nona Mori untuk keluar dari kamarnya, karena kita akan segera menuju kediaman calon mempelai pria" ucap Yuki, ia mempersilahkan sang tuan muda untuk mengingatkan adiknya.

"Oh iya, terima kasih, Yuki" balas Satori tersenyum "silahkan, adikku tersayang"

*****

𝐏eace 𝐒tory || HaikyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang